T2 832013009 BAB III
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang peubah penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data yang dijelaskan sebagai berikut:
3.1 PEUBAH PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat dua (2) peubah tak gayut (independent variable) dan satu (1) peubah gayut (dependent variable) yaitu:
Peubah tak gayut : Kecerdasan emosional (X1) Keharmonisan keluarga (X2)
Peubah gayut : Kecenderungan kenakalan remaja(Y).
3.2 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional setiap peubah dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Kecenderungan Kenakalan Remaja
Kecenderungan kenakalan remaja adalah dorongan atau keinginan untuk berperilaku melanggar aturan baik di sekolah maupun aturan dalam masyarakat yang tidak dapat diterima secara sosial berupa pelanggaran status yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kecenderungan kenakalan remaja diukur menggunakan skala kecenderungan kenakalan remaja yang dimodifikasi dari Fitiasari (2008) berdasarkan aspek
(2)
kecenderungan kenakalan remaja dari Jensen (1985, dalam Sarwono, 2007), yaitu:
1. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain
2. Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat dan hubungan seks pra-nikah
4. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan membolos, mengingkari status orang tua dengan minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.
Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan semakin tinggi tingkat kecenderungan kenakalan remaja dan sebaliknya semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat kecenderungan kenakalan remaja.
(3)
3.2.2 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan itu untuk membantu pikiran memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosional dan intelektual (Salovey & Mayer, 1990 dalam Stein & Book, 2002). Skala kecerdasan emosional diukur menggunakan aspek kecerdasan emosional dari Tsaousis (2008) yang berdasarkan teori kecerdasan emosional dari Salovey dan Mayer dengan aspek sebagai berikut:
1. Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)
Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keputusan serta menjadi tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Mengelola emosi (control of emotions)
Menangani emosi dalam diri sedemikian rupa sehingga berdampak positif, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
3. Memotivasi diri sendiri (use of emotion for fascilitation thinking) Menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun menuju sasaran, membantu diri dalam mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
(4)
4. Mengenali emosi orang lain atau empati (caring or emphaty)
Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang lain.
Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional remaja dan sebaliknya semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat kecerdasan emosional.
3.2.3 Keharmonisan Keluarga
Keharmonisan keluarga adalah suatu lingkungan yang diantara anggotanya tercipta apresiasi dan kasih sayang, komitmen, komunikasi yang positif, mempunyai waktu bersama dalam keluarga, tercipta kesejahteraan spiritual dan memiliki kemampuan untuk mengatasi krisis di dalam keluarga sehingga tercipta kehidupan yang memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara seimbang (Defrain & Stinnet dalam Coombs, 2005). Keharmonisan keluarga diukur dengan memodifikasi
American Family Strengths Inventory (DeFrain & Stinnet, 2008) dengan aspek-aspek antara lain:
(5)
2. Komitmen (Commitment)
Keluarga yang harmonis umumnya berkomitmen bahwa keluarga adalah yang utama. Pekerjaan maupun unsur-unsur lain dari kehidupan tidak akan mengambil waktu terlalu banyak. Anggota keluarga berdedikasi/rela berkorban satu sama lainnya, memberikan waktu dan energi dalam kegiatan keluarga.
3. Komunikasi yang positif (Positive communication)
Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga. Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik, mereka dapat mengidentifikasi kesulitan, dan menemukan solusi yang efektif untuk semua anggota keluarga. Keluarga yang harmonis biasanya menghabiskan waktu untuk berbicara dan saling mendengarkan satu sama lain. 4. Mempunyai waktu bersama keluarga (Enjoyable time together)
Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak bermain dan liburan keluarga, mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya.
5. Kesejahteraan spiritual (Spiritual well-being)
Orang-orang dalam keluarga harmonis menggambarkan spiritualitas dalam berbagai cara, beberapa berbicara tentang keimanan terhadap Tuhan, harapan atau rasa optimisme dalam hidup, beberapa yang lain mengungkapkan spiritualitas dalam hal nilai-nilai etis dan komitmen. Keluarga yang harmonis juga ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah
(6)
tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.
6. Kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis (Succesful management of strees and crisis)
Sebagian besar masalah di dunia ini dimulai atau berakhir di keluarga. Kadang-kadang keluarga atau anggota keluarga secara tidak sengaja menciptakan masalah dalam keluarga, dan kadang-kadang dunia menciptakan masalah bagi keluarga, dan hampir selalu keluarga akan terjebak dengan masalah tidak peduli apa penyebabnya. Dalam keluarga yang harmonis, anggota keluarga memiliki kemampuan untuk mengelola dengan baik stres yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kesulitan atau krisis yang terjadi dalam kehidupan secara kreatif dan efektif. Mereka tahu bagaimana mencegah masalah sebelum terjadi, dan bagaimana bekerja sama untuk menghadapi tantangan dalam hidup (DeFrain & Stinnett 2002, dalam Coombs, 2005).
Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan semakin tinggi tingkat keharmonisan keluarga dan sebaliknya semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat keharmonisan keluarga.
(7)
3.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu skala kecerdasan emosional, skala keharmonisan keluarga dan skala kecenderungan kenakalan remaja. Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini, dikembangkan berdasarkan skala Likert dengan 5 alternatif jawaban, yakni: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral: tidak dapat menentukan dengan pasti (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden diminta memberikan jawaban dengan tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Skor tertinggi diberi angka 5 dan skor terendah diberi angka 1.
3.3.1 Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja
Skala kecenderungan kenakalan remaja yang dipakai dalam penelitian dimodifikasi dari skala kecenderungan kenakalan remaja Fitiasari (2008) dengan reliabilitas 0,801. Skala ini berdasar pada aspek kecenderungan kenakalan menurut Jensen (1985, dalam Sarwono 2007).
(8)
Tabel 3.1
Blue Print Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja
Aspek Indikator Nomor Aitem Total
Favorable Unfavorable
Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain
Perkelahian 1, 7, 18 11 4
Penggunaan benda tajam
17, 20, 26 13 4
Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi
Perusakan 3, 12, 19 23 4
Pencurian 10, 22, 30 5 4
Keinginan melakukan kenakalan sosial
Merokok, mengkonsumsi minuman keras dan menyalahgunakan obat terlarang
9, 21, 24 15 4
Hubungan Seks pra-nikah
8, 14, 25 16 4
Keinginan untuk melakukan kenakalan yang melawan status
Tidak mematuhi aturan/tata tertib sekolah: -terlambat, -bolos - mengeluarkan kata-kata makian
2, 27, 31 28 4
Tidak mematuhi aturan dalam keluarga dan norma dalam masyarakat
4, 6, 29 32 4
(9)
3.3.2 Skala Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada The Greek Emotional Intelligence Scale yang disusun Tsaousis (2008). Validitas dari skala ini bergerak dari 0,800 sampai 0,920 dengan tingkat reliabilitas 0,900. Skala ini terdiri dari 20 aitem, penulis memodifikasi menjadi 32 aitem yang disesuiakan dengan tujuan penelitian.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kecerdasan Emosional
Aspek Indikator Nomor Aitem Total
Favorable Unfavorable
Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)
Mampu mengenali dan memahami apa yang sedang dirasakan
1, 6, 7 3 4
Mengetahui penyebab emosi yang sedang dirasakan
2, 8, 11 12 4
Mengelola emosi (control of emotions)
Mampu mengontrol emosi diri sendiri
4, 5, 9, 13, 16, 17, 21
20 8
Memotivasi diri sendiri
(use of emotion for fascilitation thinking)
Memiliki rasa optimis pada diri sendiri
10, 14, 18 22 4
Mampu menyemangati diri sendiri
15, 19, 28 25 4 Mengenali emosi
orang lain atau empati (caring or emphaty)
Mampu memahami apa yang dirasakan oleh orang lain
23, 27, 29 31 4
Menemukan cara untuk mengenali atau mengetahui apa yang dirasakan orang lain
24, 26, 30 32 4
(10)
3.3.3 Skala Keharmonisan Keluarga
Skala keharmonisan keluarga yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada aspek keharmonisan keluarga yang dikemukakan DeFrain dan Stinnet (2002, dalam Coombs, 2005) dengan memodifikasi dari
American Family Strengths Inventory. Skala ini pernah dimodifikasi dan digunakan oleh Xie, Defrain, Meredith dan Combs (1996) dengan reliabilitas 0,970. Selain itu juga pernah dimodifikasi dan digunakan oleh Murni (2004) dengan tingkat reliabilitas 0,808. Selanjutnya oleh Widayati (2014) dalam penelitiannya dengan reliabilitas 0,900. American Family Strengths Inventory terdiri dari 82 aitem, selanjutnya penulis mengadopsi dan memodifikasi skala ini menjadi 36 aitem yang disesuikan dengan tujuan penelitian.
(11)
Tabel 3.3
Blue Print Skala Keharmonisan Keluarga
Aspek Indikator Nomor Aitem Total
Favorable Unfavorable
Adanya apresiasi dan kasih sayang (Appreciation and affection)
Saling peduli 1 8 2
Hubungan
persahabatan antara anggota keluarga
3,13 2
Saling menghargai 15, 22 - 2
Komitmen (Commitment)
Kepercayaan 7, 27 - 2
Kejujuran 18 23 2
Kesetiaan 9, 16 2
Komunikasi yang positif (Positive communication)
Komunikasi terbuka 14, 19 2
Diskusi dalam keluarga
2, 11 - 2
Menghindari sikap saling menyalahkan
4 12 2
Mempunyai waktu bersama keluarga (Enjoyable time together)
Berkumpul 6 10 2
Menikmati kebersamaan
17, 21 - 2
Menyediakan waktu untuk keluarga
5, 24 2
Terciptanya kesejahteraan spiritual (Spiritual well-being)
Beribadah 25 30 2
Diskusi tentang ajaran agama
29 35 2
Kasih sayang 32, 34 - 2
Kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis (Succesful management of strees and crisis)
Mampu menghadapi masalah
26, 31 - 2
Tidak saling bertengkar
33 36 2
Ketahanan menghadapi masalah
20, 28 - 2
(12)
3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 13 Ambon yang berjumlah 156 siswa. Pemilihan populasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Ambon dengan alasan ditemui fenomena kecenderungan kenakalan remaja yang cukup marak. Selain itu rentan umur siswa berada pada tahap remaja awal yang tentunya akan mengalami berbagai perubahan secara fisik maupun psikologis.
3.4.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII berjumlah 156 siswa. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Anak remaja (laki-laki dan perempuan) berusia 13-17 tahun. 2. Tinggal bersama dengan orang tua
(13)
3.5 DAYA DISKRIMINASI DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
3.5.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem
Uji daya diskriminasi alat ukur merupakan bentuk pengujian terhadap ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur sehingga memberikan informasi yang akurat (Azwar, 2009; Sugiyono, 2010).
Dengan demikian, alat ukur yang valid merupakan alat ukur yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Untuk menentukan apakah sebuah aitem dinyatakan valid atau tidak maka Azwar (2009) menetapkan patokan besaran koefisien corrected item-total correlation <0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah ítem. Artinya, bila koefisien corrected item-total correlation lebih besar atau sama dengan 0,30 maka hal ini mengindikasikan aitem tersebut memiliki daya diskriminasi yang memadai.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana suatu hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan (Azwar, 2009). Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach. Nilai koefisien alpha yang dianggap reliabel jika memenuhi minimal 0,60 (Ghozali, 2009).
(14)
3.6 UJI ASUMSI KLASIK
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Dalam asumsi klasik terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas, uji linearitas dan uji homogenitas.
3.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, peubah gayut memiliki distribusi normal ataukah tidak (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisi grafik yang digunakan adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot
dengan membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting
data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov dimana data dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov di atas 0,05.
(15)
3.6.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar peubah tak gayut atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara peubah tak gayut. Santoso (2000) menjelaskan, bahwa model regresi yang bebas multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1, dan mempunyai angka tolerance mendekati 1.
3.6.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak berubah, maka disebut sebagai
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot. Jika titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Santoso (2000) menjelaskan, jika titik-titik tidak mempunyai pola yang jelas, serta menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(16)
3.7 UJI HIPOTESIS
Untuk pengujian hipotesis dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang diolah melalui SPSS for windows evaluation version 16. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peubah tak gayut yaitu: Kecerdasan Emosional (X1), Keharmonisan Keluarga (X2), terhadap peubah gayut yaitu Kecenderungan Kenakalan Remaja (Y).
Bentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = α+ β1 X1+ β2 X2 + e
Y = Kecenderungan Kenakalan Remaja α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi Kecerdasan Emosional β2 = Koefisien regresi Keharmonisan Keluarga X1 = Kecerdasan Emosional
X2 = Keharmonisan Keluarga
3.8 UJI COBA INSTRUMEN
Kualitas skala psikologi sangat ditentukan oleh kualitas aitem-aitem di dalamnya. Oleh karena itu, selain berbagai masalah yang menyangkut penulisan aitem, salah satu hal yang perlu mendapat perhatian
(17)
Distribusi frekuensi responden try-out berdasarkan jenis kelamin dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4
Karakteristik Responden Try-out menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase
Laki-Laki Perempuan
30 26
54% 46 %
Total 56 100%
Dari Tabel 3.4 di atas terlihat responden try-out yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 30 orang dengan presentase sebesar 56% dan perempuan berjumlah 26 orang dengan presentase sebesar 46%.
3.8.1 Hasil Uji Coba Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja
Uji coba instrumen kecenderungan kenakalan remaja sebanyak 32 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui corrected item-total correlation diperoleh 4 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 5, 13, 15, 16. Koefisien cronbach’s alpha dari 28 aitem adalah 0,878 untuk skala kecenderungan kenakalan remaja. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur disajikan di dalam tabel 3.5 di bawah ini:
(18)
Tabel 3.5
Sebaran aitem valid dan gugur skala kecenderungan kenakalan remaja
No. Aspek Kecenderungan
Kenakalan Remaja
Jumlah Aitem
Nomor Aitem
Aitem Valid Aitem Gugur
1. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain
8 1, 7, 11, 17, 18, 20, 26
13
2. Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi
8 3, 10, 12, 19, 22, 23, 30
5 3. Keinginan melakukan
kenakalan sosial
8 8, 9, 14, 21, 24, 25
15, 16 4. Keinginan untuk melakukan
kenakalan yang melawan status
8 2, 4, 6, 27, 28, 29, 31, 32
Total 32 28 4
3.8.2 Hasil Uji Coba Skala Kecerdasan Emosional
Aitem yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan emosional siswa sebanyak 32 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui
corrected item-total correlation diperoleh 8 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 3, 6, 8, 12, 20, 22, 31, 32. Koefisien cronbach’s alpha dari 24 aitem sebesar 0,876. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur disajikan di dalam tabel 3.6 di bawah ini:
(19)
Tabel 3.6
Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Kecerdasan Emosional
Aspek Jumlah
Aitem
Nomor Aitem
Aitem Valid Aitem Gugur
Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)
8 1, 2, 7, 8, 11, 12
3, 6, 8, 12 Mengelola emosi (control of
emotions)
8 4, 5, 9, 13,16, 17,
21
20 Memotivasi diri sendiri
(use of emotion for fascilitation thinking)
8 10, 14, 15, 18, 19, 25,
28
22 Mengenali emosi orang lain atau
empati (caring or emphaty)
8 23, 24, 26, 27, 29, 30,
31
31, 32
Total 32 24 8
3.8.3 Hasil Uji Coba Skala Keharmonisan Keluarga
Aitem yang digunakan untuk menilai keharmonisan keluarga adalah sebanyak 36 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui
corrected item-total correlation diperoleh 3 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 9, 12, 35. Koefisien cronbach’s alpha dari 33 aitem sebesar 0,935. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur disajikan di dalam Tabel 3.5 di bawah ini:
(20)
Tabel 3.7
Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Keharmonisan Keluarga
No. Aspek Jumlah
Aitem
Nomor Aitem
Aitem Valid Aitem gugur
1. Adanya apresiasi dan kasih sayang (Appreciation and affection)
6 1, 3, 8, 13, 15, 22,
-
2. Komitmen (Commitment) 6 7, 16, 18, 23, 27 9 3. Komunikasi yang positif
(Positive communication)
6 2, 4, 11, 14, 19 12 4. Mempunyai waktu bersama
keluarga (Enjoyable time together)
6 5, 6, 10, 17, 21, 24
- 5. Terciptanya kesejahteraan
spiritual (Spiritual well-being)
6 25, 29, 30, 32, 34 35 6. Kemampuan untuk
mengatasi stres dan krisis (Succesful management of strees and crisis)
6 20, 26, 28, 31, 33, 36
-
(1)
3.6.2 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar peubah tak gayut atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara peubah tak gayut. Santoso (2000) menjelaskan, bahwa model regresi yang bebas multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1, dan mempunyai angka tolerance mendekati 1.
3.6.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak berubah, maka disebut sebagai
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot. Jika titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Santoso (2000) menjelaskan, jika titik-titik tidak mempunyai pola yang jelas, serta menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(2)
3.7 UJI HIPOTESIS
Untuk pengujian hipotesis dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang diolah melalui SPSS for windows evaluation version 16. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peubah tak gayut yaitu: Kecerdasan Emosional (X1), Keharmonisan Keluarga (X2), terhadap peubah gayut yaitu Kecenderungan Kenakalan Remaja (Y).
Bentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = α+ β1 X1+ β2 X2 + e
Y = Kecenderungan Kenakalan Remaja α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi Kecerdasan Emosional β2 = Koefisien regresi Keharmonisan Keluarga X1 = Kecerdasan Emosional
X2 = Keharmonisan Keluarga
3.8 UJI COBA INSTRUMEN
Kualitas skala psikologi sangat ditentukan oleh kualitas aitem-aitem di dalamnya. Oleh karena itu, selain berbagai masalah yang menyangkut penulisan aitem, salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan skala psikologi adalah prosedur analisis dan seleksi aitem (Azwar, 2012). Dalam prosedur analisis dilakukan uji coba. Dalam penelitian uji coba dilakukan dengan responden siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga pada tanggal 17-18 Maret 2015 dengan 56 siswa.
(3)
Distribusi frekuensi responden try-out berdasarkan jenis kelamin dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4
Karakteristik Responden Try-out menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase
Laki-Laki Perempuan
30 26
54% 46 %
Total 56 100%
Dari Tabel 3.4 di atas terlihat responden try-out yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 30 orang dengan presentase sebesar 56% dan perempuan berjumlah 26 orang dengan presentase sebesar 46%.
3.8.1 Hasil Uji Coba Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja
Uji coba instrumen kecenderungan kenakalan remaja sebanyak 32 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui corrected item-total correlation diperoleh 4 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 5, 13, 15, 16. Koefisien cronbach’s alpha dari 28 aitem adalah 0,878 untuk skala kecenderungan kenakalan remaja. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur disajikan di dalam tabel 3.5 di bawah ini:
(4)
Tabel 3.5
Sebaran aitem valid dan gugur skala kecenderungan kenakalan remaja No. Aspek Kecenderungan
Kenakalan Remaja
Jumlah Aitem
Nomor Aitem
Aitem Valid Aitem Gugur
1. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain
8 1, 7, 11, 17, 18, 20, 26
13
2. Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi
8 3, 10, 12, 19, 22, 23, 30
5 3. Keinginan melakukan
kenakalan sosial
8 8, 9, 14, 21, 24, 25
15, 16 4. Keinginan untuk melakukan
kenakalan yang melawan status
8 2, 4, 6, 27, 28, 29, 31, 32
Total 32 28 4
3.8.2 Hasil Uji Coba Skala Kecerdasan Emosional
Aitem yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan emosional siswa sebanyak 32 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui
corrected item-total correlation diperoleh 8 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 3, 6, 8, 12, 20, 22, 31, 32. Koefisien cronbach’s alpha dari 24 aitem sebesar 0,876. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur disajikan di dalam tabel 3.6 di bawah ini:
(5)
Tabel 3.6
Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Kecerdasan Emosional
Aspek Jumlah
Aitem
Nomor Aitem
Aitem Valid Aitem Gugur
Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)
8 1, 2, 7, 8, 11, 12
3, 6, 8, 12 Mengelola emosi (control of
emotions)
8 4, 5, 9, 13,16, 17,
21
20 Memotivasi diri sendiri
(use of emotion for fascilitation thinking)
8 10, 14, 15, 18, 19, 25,
28
22 Mengenali emosi orang lain atau
empati (caring or emphaty)
8 23, 24, 26, 27, 29, 30,
31
31, 32
Total 32 24 8
3.8.3 Hasil Uji Coba Skala Keharmonisan Keluarga
Aitem yang digunakan untuk menilai keharmonisan keluarga adalah sebanyak 36 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui
corrected item-total correlation diperoleh 3 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 9, 12, 35. Koefisien cronbach’s alpha dari 33 aitem sebesar 0,935. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur disajikan di dalam Tabel 3.5 di bawah ini:
(6)
Tabel 3.7
Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Keharmonisan Keluarga
No. Aspek Jumlah
Aitem
Nomor Aitem
Aitem Valid Aitem gugur
1. Adanya apresiasi dan kasih sayang (Appreciation and affection)
6 1, 3, 8, 13, 15, 22,
-
2. Komitmen (Commitment) 6 7, 16, 18, 23, 27 9 3. Komunikasi yang positif
(Positive communication)
6 2, 4, 11, 14, 19 12 4. Mempunyai waktu bersama
keluarga (Enjoyable time together)
6 5, 6, 10, 17, 21, 24
- 5. Terciptanya kesejahteraan
spiritual (Spiritual well-being)
6 25, 29, 30, 32, 34 35 6. Kemampuan untuk
mengatasi stres dan krisis (Succesful management of strees and crisis)
6 20, 26, 28, 31, 33, 36
-