23
3. Tata Bunyi Bahasa Jawa
Menurut Wedhawati, dkk. 2010:65 bunyi bahasa di dalam bahasa Jawa dibagi menjadi tiga yaitu vokal, konsonan, dan semivokal.
a. Vokal
Fonem vokal dalam bahasa Jawa berjumlah enam yaitu i, e, ǝ , a, u, o. Fonem bersifat abstrak, sehingga apa yang terucap dan terdengar oleh telinga
adalah alofon atau variannya yang berupa bunyi. Berikut ini adalah uraian dari alofon fonem vokal dalam bahasa Jawa Wedhawati, dkk., 2010:66-73.
1 Vokal Tinggi a Alofon Vokal Tinggi i
Fonem vokal tinggi depan i mempunyai dua alofon. Pertama adalah fonem vokal diucapkan dengan meninggikan bagian depan lidah, bentuk bibir tidak
bulat, jarak lidah dengan langit-langit dekat sehingga struktur tertutup. Bunyi yang terjadi adalah bunyi [i]. Kedua, fonem vokal diucapkan dengan bagian depan
lidah berada pada posisi lebih rendah daripada alofon [i], bentuk bibir tidak bulat, jarak lidah dengan langit-langit dekat, strukturnya semitertutup. Berikut ini
distribusi kedua alofon tersebut.
1Alofon [i]
Alofon [i] muncul jika i berdistribusi pada suku kata terbuka, seperti contoh berikut.
kursi [kUrsi] ‘kursi’ iki [iki] ‘ini’
24 Alofon [i] dapat pula muncul jika i berdistribusi pada suku kata akhir tertutup,
tetapi hanya terbatas pada kata-kata yang bernilai rasa sangat, seperti contoh berikut.
amis [amis] ‘sangat anyir’ pait [pait] ‘sangat pahit’
Alofon [i] yang muncul pada suku kata akhir tertutup yang tidak tergolong tingkat perbandingan superlatif afektif sangat terbatas adalah seperti contoh
berikut. criwis [criwis] ‘banyak omong’
pit [pit] ‘sepeda’
2Alofon [I]
Alofon [I] muncul jika i berdistribusi pada suku kata tertutup. Berikut ini adalah contohnya.
garing [g
h
ar ] ‘kering’ wit [w t] ‘pohon’
b Alofon Vokal Tinggi u
Fonem vokal tinggi belakang u mempunyai dua alofon, yang pertama
yaitu diucapkan dengan meninggikan bagian belakang lidah, bentuk bibir bulat, jarak bagian depan lidah dengan langit-langit dekat sehingga strukturnya tertutup.
Bunyi yang terjadi adalah [u]. Kedua fonem vokal i diucapkan dengan bagian lidah belakang berada pada posisi lebih rendah dari alofon [u], bentuk bibir bulat,
jarak lidah dengan langit-langit agak dekat sehingga strukturnya semi tertutup. Bunyi yang terjadi adalah [U]. Ketinggian lidah bagian belakang dalam
25 mengucapkan bunyi [U] hampir sama dengan ketinggian lidah dalam
mengucapkan [o]. Berikut ini distribusi kedua alofon tersebut.
1Alofon [u]
Alofon [u] muncul pada suku kata terbuka. Contoh:
kuru [kuru] ‘kurus’ idu [idu] ‘air liur’
Alofon [u] dapat muncul pada suku kata tertutup tetapi hanya terbatas pada kata-kata tingkat perbandingan superlatif afektif menyangatkan.
Contoh: aduh [ad
h
uh] ‘sangat jauh’ adhuh [aḍ
h
uh] ‘aduh kata seru’ Kemunculan alofon [u] pada suku kata tertutup yang tidak menyatakan
superlatif afektif hanya terdapat pada beberapa kata yaitu: sumber [sumb
h
er] ‘sumber’ sun [sun] ‘cium’
sumpah [sumpah] ‘sumpah’ tustẻ l [tustɛ l] ‘tustel’
2Alofon [U]
Alofon [U] muncul jika u berdistribusi pada suku kata tertutup. Contoh:
lung [lUɳ ] ‘jalar’ umuk [umU ] sombong