ketiganya merupakan unsur pendidikan yang saling berkaitan satu sama lain. Pendidikan di lingkungan keluarga berfungsi sebagai pendidikan
pertama yang akan menjadi pondasi pendidikan seseorang. Kemudian sekolah berfungsi sebagai lembaga pendidikan formal yang memberikan
pendidikan lanjutan setelah keluarga. Sementara masyarakat berfungsi sebagai lembaga pendidikan non formal yang mengarahkan seseorang
menjadi anggota masyarakat yang baik, dengan kata lain masyarakat merupakan wadah pengaplikasian pendidikan keluarga dan sekolah.
6. Strategi dan Metode Pendidikan karakter
Dalam upayanya membentuk karakter peserta didik, pendidikan pada era globalisasi saat ini memerlukan terbosan atau inovasi guna mendukung
upaya tersebut. Dibutuhkan pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif bila ingin benar-benar membentuk karakter seseorang. Melalui
pola pendidikan karakter yang komprehensif diyakini akan menghasilkan lulusan yang mampu membuat keputusan moral, sekaligus memiliki perilaku
yang terpuji berkat pembiasaan terus-menerus dalam proses pendidikan. Pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif dapat dilakukan
dengan menggunakan metode inkulkasi, keteladanan, fasilitasi, dan pengembangan keterampilan.
77
a. Inkulkasi Nilai
77
Ibid., h. 233-240.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Inkulkasi Nilai adalah melaksanakan penanaman nilai-nilai karakter pada kegiatan-kegiatan yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya
sehari-hari. b. Keteladanan Nilai
Seperti yang telah kita ketahui bahwa karakter merupakan perilaku, bukan pengetahuan. Sehingga untuk dapat diinternalisasikan kepada
peserta didik maka harus diteladankan bukan hanya diajarkan. Oleh karena itu dalam hal ini dibutuhkan sosok model yang bisa dijadikan
sebagai teladan. Semakin dekat model dengan peserta didik, maka semakin mudah dan efektif pula pendidikan karakter yang dilaksanakan.
Untuk lebih menunjang strategi keteladanan nilai, ada dua syarat yang harus terpenuhi, Pertama, guru atau pengajar atau orang tua harus bisa
berperan sebagai teladan yang baik bagi peserta didik atau anak-anak. Kedua, peserta didik atau anak-anak harus memiliki teladan orang-orang
terkenal yang berakhlak mulia, misalanya Nabi Muhammad. Dengan begitu anak-anak atau peserta didik dapat termotivasi untuk menjadi
manusia seperti yang diteladankan tersebut. c. Fasilitasi
Inkulkasi dan keteladanan memberikan pengetahuan dan contoh perilaku terhadap peserta didik tentang nilai-nilai yang baik. Sementara
fasilitasi memberikan lahan atau kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih dan menerapkan secara langsung tentang pengetahuan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
perilaku-perilaku baik yang telah dicontohkan tersebut. Dengan begitu peserta didik tidak hanya diajarkan tentang pengetahuannya saja
melainkan juga
diberikan kesempatan
untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh tersebut, sehingga menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan mengenah bagi peserta didik itu sendiri.
d. Pengembangan Kompetensi Pengembangan kompetensi ini bertujuan supaya peserta didik dapat
mengembangkan lebih baik lagi kompetensi yang dimiliki. Melalui fasilitasi kesempatan berlatih dan pengarahan yang tepat mampu
mengembangkan kompetensi yang diantaranya adalah kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap sosial dan
spiritual yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga akan menuntun peserta didik menuju ke arah manusia yang seutuhnya insan al-kamil,
yang tidak hanya cerdas dalam intelektual dan keterampilan saja, melainkan juga diimbangi dan didasari pada kecerdasan sikap sosial dan
spiritual.
C. Pengaruh Lingkungan Pondok Pesantren terhadap Pembentukan Karakter
Peserta Didik
Karakter merupakan suatu istilah yang sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan saat ini. Pembentukan karakter dianggap semakin perlu bila melihat
degradasi moral yang terjadi di ruang lingkup masyarakat. Semakin berkembangnya zaman membentuk pola pikir masyarakat Indonesia menjadi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pragmatis. Dewasa ini masyarakat Indonesia lebih disibukan dengan problematika sosial ekonomi, sehingga menjadikan mereka cenderung individual
atau mementingkan kebaikan dirinya sendiri tanpa memperdulikan akibatnya bagi orang lain.
Seperti yang telah diungkapkan Thomas Lickona, bahwa seyogyanya pendidikan karakter haruslah bisa mengombinasikan tiga aspek diantaranya
yakni pengetahuan moral moral knowing, perasaan moral moral feeling, dan perbuatan moral moral doing. Seseorang yang mengetahui tentang nilai-nilai
kebajikan belum tentu mampu mengaplikasikan nilai-nilai kebajikan tersebut pada tindakan. Hal tersebut dikarenakan kurang terbiasanya ia merasakan dan
melakukan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu penekanan kepada ketiga aspek merupakan kunci supaya seseorang bisa
mengetahui, merasakan dan melaksanakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Dibutuhkan lebih dari sekedar pendidikan formal untuk dapat membenahi
karakter yang tercermin pada mayoritas masyarakat saat ini. Dibutuhkan pendidikan karakter yang komprehensif bila ingin membenahi karakter seseorang.
Dan dibutuhkan lingkungan yang berkarakter pula bila ingin membiasakan seseorang untuk hidup berkarakter. Pendidikan yang komprehensif tidak akan
bisa maksimal membentuk karakter seseorang manakala tidak didukung dengan lingkungan yang berkarakter pula.
Dalam hal ini Lingkungan pondok pesantren dianggap sebagai lembaga pendidikan yang ideal untuk mewujudkan pendidikan karakter yang maksimal.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hal tersebut didukung oleh beberapa faktor, Pertama, tujuan pondok pesantren yang selaras dengan tujuan dari pendidikan karakter, yakni sama-sama bertujuan
membentuk manusia menjadi lebih baik, baik dari segi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kedua, Peranan pondok pesantren yang bertugas sebagai wadah
pembinaan moral. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren memiliki peran sebagai bengkel perbaikan moralakhlak bagi santri dan masyarakat sekitarnya.
Hal tersebut dikarenakan prinsip pesantren yang selalu berkaitan dengan agama, sehingga secara otomatis pesantren dipandang selalu mengarah kepada nilai-nilai
kebajikan yang universal. Ketiga, Keberadaan guruustadzkiai kharismatik yang bisa dijadikan sebagai teladan yang baik bagi para santri. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa karakter merupakan suatu perilaku bukan pengetahuan, sehingga untuk bisa diinternalisasikan kepada peserta didik adalah dengan diteladankan
bukan hanya diajarkan. Dengan adanya teladan yang baik maka akan lebih mendukung terlaksananya pendidikan karakter secara optimal.
Keempat, sistem pendidikan pesantren yang berkonsep pada pembangunan membuat pesantren ideal sebagai wadah membangun karakter santri. Sistem
pendidikan pesantren yang berlangsung selama 24 jam menjadikan santri terbiasa hidup disiplin dan mandiri dengan memperhatikan nilai-nilai norma yang berlaku.
Kelima, Lingkungan pondok pesantren yang bisa dikatakan sebagai lingkungan berkarakter. Seperti yang telah diketahui bahwa di dalam pondok pesantren pada
umumnya diberlakukan aturan-aturan yang ketat bagi para santrisantriwatinya, aturan-aturan ini lah yang pada akhirnya akan menciptakan situasi dan kondisi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id