PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETRAMPILAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR KELAS II SD N 2 PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012-2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETRAMPILAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR KELAS II SD N 2

PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012-2013

Oleh ELLYZAR ASFA

Berdasarkan observasi penulis pada siswa kelas II SD N 2 Perumnas Way Kandis, dengan jumlah 30 orang, diperoleh data tentang pembelajaran sebagai berikut :15 orang siswa lancar membaca.15 orang siswa belum lancar membaca. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terutama pada keterampilan membaca.

Prosedur penelitian melalui siklus berdaur ulang. Setiap siklusnya terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Data penelitian diperoleh melalui lembar observasi dan tes hasil belajar.

Data hasil analisis penilaian aktivitas siswa dan tes hasil belajar siswa sebagai instrumen evaluasi yang telah direfleksikan dapat dilihat bahwa pada siklus aktivitas siswa pada siklus ke-1 sebanyak 60%, dan pada akhir penelitian mengalami kenaikan yaitu sebanyak 100%. Persentase hasil belajar siklus ke-1 yang belum tuntas sebanyak 40% dari 30 siswa dan siklus ke-2 sebanyak 3,4% dari 30 siswa, sedangkan persentase hasil belajar siklus ke-1 yang sudah tuntas sebanyak 60% dari 30 siswa dan siklus ke-2 sebanyak 96,4% dari 30 siswa. Dengan demikian hasil pelaksanaan tindakan siklus ke-2 telah mengalami

kenaikan yang cukup signifikan pada ketrampilan membaca menggunakan media gambar.

.

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Prestasi Belajar, Ketrampilan Membaca dan Media Gambar


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ix

MOTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan

orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka menyerah.Kebanggaan kita yang

terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhanaku ini, kepada :

1. Kedua orang tuaku, yang selalu mendoakan dan memberi nasehat kepada penulis.

2. Anak-anaku tersayang yang selalu sabar dan penuh rasa cinta selalu mendo’akan serta menyemangati penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(9)

x

SANWACANA

Alhamdulillah, atas segala karunia dan kehendak Nyalah akhirnya penelitian yang penulis lakukan dapat terselesaikan tepat waktu. Sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi pembelajaran di sekolah terutama dalam meningkatkan kemampuan mengajar guru sesuai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan selesainya penyusunan skripsi ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP UNILA.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Prodi PGSD FKIP Unila 4. Bapak Drs. Tambat Usman, M.H., selaku dosen pembimbing. 5. Bapak Drs. H. Sugiman, M.Pd., selaku dosen pembahas. 6. Seluruh dosen dan karyawan FKIP UNILA.

7. Bapak Kholid, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD N Perumnas Way Kandis Bandar Lampung tempat penulis bertugas, atas saran, arahan dan motivasinya.

8. Rekan-rekan satu angkatan SI Dalam Jabatan angkatan 2009 atas persahabatan yang terjalin selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu mohon kritik dan saran.


(10)

xi

Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi sumbangsih bagi dunia pendidikan. yang selalu mengadapi tantangan seiring tuntutan zaman.

Bandar Lampung, April 2014 Penulis


(11)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan masalah ...4

1.3 Pembatasan Masalah ... ..4

1.4 Tujuan Penelitian ...4

1.5 Manfaat Hasil Penelitian ...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... ...6

2.1 Pengertian Belajar ... 7

2.3 Tujuan Belajar ...9

2.4 Bahasa Indonesia ...12

2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ...13

2.6 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ...14

2.7 Ragam Metode Pembelajaran ... .14

2.8 Kerangka pikir ... 22

2.9 Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian ...24

3.2 Prosedur Penelitian ...24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Laporan Tindakan Siklus I ...37

4.2 Deskripsi Laporan Tindakan Siklus II ...44


(12)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 53 5.2 Saran ... 53 Daftar Pustaka


(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 4.1 Aktivitas Siswa Siklus I ...39

2. Tabel 4.2 Distibusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa Kelas II ...39

3. Tabel 4.3 Rekapitulasi nilai tes hasil belajar siswa ...40

4. Tabel 4.4 Distibusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas II ...41

5. Tabel 4.5 Aktivitas Siswa Siklus II ...46

6. Tabel 4.6 Distibusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa Kelas II ...46

7. Tabel 4.7 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ...47

8. Tabel 4.8 Distibusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas II ...48

9. Tabel 4.9. Peningkatan Aktivitas Siswa ... 51


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skils), (2) keterampilan berbicara (speaking skils), (3) keterampilan membaca (reading skils), dan (4) keterampilan menulis (writing skils). Purwoko, (2001: 20)

Pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki tempat utama yang utama bagi peserta didik, karena melalui pembelajaran Bahasa Indonesia inilah pertama kali diletakkan kemampuan dasar berbahasa Indonesia. Sebagian peserta didik yang memasuki sekolah dasar tidak memiliki latar belakang yang sama, ada yang dari taman kanak-kanak, ada yang dari rumah tangga (khususnya mereka yang berada di pelosok atau desa terpencil). Pengajaran Bahasa Indonesia menjadi sangat penting khususnya membaca menulis permulaan, karena siapapun manusia hidup di dunia ini tak dapat mengetahui berbagai ilmu apa pun bentuknya kalau mereka tidak dapat membaca menulis. Tanpa memiliki kemampuan membaca menulis sejak dini peserta didik akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari atau di kelas selanjutnya.

Faktor-faktor yang mempengarui aktivitas dan hasil belajar membaca permulaan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Depdikbud, (1995: 10). Sedangkan faktor eksternal


(15)

2

dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu sosial dan non sosial. Faktor non sosial meliputi lingkungan alamiah, instrumental, dan materi pelajaran. Materi dan metode mengajar hendaknya disesuaikan kondisi dan tingkat perkembangan siswa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar khususnya kelas satu suatu proses yang harus dipahami oleh semua pihak yang terlibat langsung dalam menangani siswa tersebut. Pembelajaran yang akan diberikan menekankan pada pembelajaran Membaca . Untuk pembelajaran tersebut erat hubungannya dan tak akan mungki berdiri sendiri dan dalam waktu yang hampir bersamaan secara otomatis akan belajar huruf-huruf dan menuliskannya.

Hartati (2006: 30).

Berdasarkan observasi penulis pada siswa kelas II SD N 2 Perumnas Way Kandis, dengan jumlah 30 orang, diperoleh data tentang pembelajaran sebagai berikut :

a. 15 orang siswa lancar membaca.

b. 15 orang siswa belum lancar membaca.

Keterampilan membaca permulaan siswa dapat diketahui bahwa, peserta didik yang sudah hafal huruf dan lancar membaca ada 50%, dan peserta didik yang belum lancar membaca ada 50%. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terutama pada keterampilan membaca.


(16)

3

Sehubungan dengan permasalahan di atas, diperlukan adanya suatu alat bantu untuk memperjelas informasi atau media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu penggunaan alat bantu atau media tersebut dapat membuat murid menjadi lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hamalik dalam Arsyad, (2000: 4). Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Salah satu alat bantu yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran diantaranya adalah gambar (chart). Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana Sadiman (1996: 29). Media gambar sebagai alat bantu proses belajar mengajar sangat bermanfaat bagi siswa maupun guru. Pemilihan media gambar sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 2 Perumnas Way Kandis dikarenakan media ini dianggap paling cocok digunakan dengan pertimbangan bahwa media ini paling umum dipakai, praktis dan tidak membutuhkan biaya yang besar

Dari semua paparan di atas, pembelajaran perlu mendapatkan perhatian dan bimbingan yang maksimal agar mendapatkan hasil yang memuaskan dengan menggunakan media gambar (chart).


(17)

4

1.2 Rumusan Dan Pemecahan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah

Apakah ketrampilan membaca dapat ditingkatkan dengan menggunakan media gambar di kelas II SD N 2 Perumnas Way Kandis Kandis Bandar Lampung.

1.2.2 Pemecahan Masalah

Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca secara bersamaan dengan penggunaan media gambar.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan media gambar pada kelas II SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam pendahuluan tersebut, maka identifikasi masalah pada penelitian tindak kelas ini adalah:

Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan ketrampilan membaca siswa.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian 1.5.1 Bagi Guru

a) Guru dapat memahami hal–hal yang perlu dilakukan untuk menyampaikan pembelajaran secara aktif dan menarik bagi siswa


(18)

5

agar siswa menyimak pelajaran dengan baik sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

b) Guru menjadi aktif dan kreatif dalam menyajikan pelajaran pada siswa dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat.

c) Guru mengetahui penggunaan alat evaluasi yang sesuai untuk mengukur kemampuan siswa.

d) Penelitian ini diharapkan meningkatkan kemampuan pada siswa serta memberikan sumbangan pemikiran bagi guru

1.5.2 Bagi Siswa

a. Siswa dapat lebih mudah dan semangat dalam memahami materi pelajaran.

b. Dapat merangsang siswa untuk belajar lebih aktif lagi.

1.5.3 Bagi Lembaga

a. Sekolah dapat lebih mudah dalam memperoleh dan menggunakan alat peraga tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, karena alat peraga media gambar bisa dibuat dari lingkungan sekitar dan didapat dari siswa itu sendiri.

b. Memberikan strategi pembelajaran alternatif bagi teman sejawat untuk memperkaya pengalaman dan pengetahuan dalam menyajikan pelajaran lainnya.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Setiap manusia memerlukan belajar untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Oleh karena itu, dengan melalui proses belajar maka seseorang akan mengetahui hal-hal baru serta dapat mengerti dan memahami tentang sesuatu tersebut dengan baik.

Adapun yang dimaksud dengan belajar menurut EP. Hutabarat,(1984:12) dalam bukunya “Cara Belajar”, adalah sebagai berikut : “Belajar adalah suatu proses aktif, artinya orang yang belajar itu ikut serta dalam proses itu. Orang yang belajar itu mempelajari apa yang sedang dilakukannya, apa yang dirasakannya dan apa yang dipikirkannya. Ia memberikan reaksi atau tanggapan terhadap apa yang terjadi sewaktu berlangsungnya proses belajar. Jika tidak ada tanggapan, maka hasil belajar tidak ada”.

Sedangkan menurut Ketut Sukardi, (1983:15) pengertian dari belajar adalah “perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang instinktif atau yang bersifat temporer”.

Sehubungan dengan pengertian di atas, selanjutnya penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar : perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri


(20)

7

seseorang sebagai akibat dari latihan dan pengalaman yang dilakukannya berulang-ulang.

Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 2 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012.

2.2 Pengertian Membaca

Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya saja melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan berfikir,dan kognitif, sebagai proses membaca merupakan proses menerjemahkan tulisan (huruf) kedalam kata : lisan sebagai suatu proses berfikir membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata biasa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan rumus Crawly dan mointain,(1995:8).

Membaca juga merupakan suatu strategis, membaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengerti makna ketika membac, strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.

Sedangkan Klein, dkk (1996: 24) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup :

1. Membaca merupakan suatu proses 2. Membaca adalah strategi


(21)

8

Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat,akan memenuhi beberapa tujuan yang ingin dicapainya,teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Menurut Dewi (2008: 23) pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan pembaca mereka dari teks yang mereka baca. Keterlibatan pembaca termotivasi untuk membaca dengan berbagai tujuan, memanfaatkan pengaturan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya untuk membangkitkan pemahaman baru serta berpartisipasi dalam interaksi social yang bermakna tentang bahan bacaan. Agar hasil pembaca dapat secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan dalam proses membaca tersebut Dewi (2008: 28) oleh sebab itu, guru-guru SD mempunyai peranan penting dalam membimbing dan menyusun tujuan mebaca agar siswa mampu menguasai kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik.

Tujuan membaca mencakup : 1. Kesenangan

2. Menyempurnakan membaca nyaring 3. Menggunakan strategi tertentu

4. Memperbaharui pengetahuannya tentang topic

5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya 6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan dan tulisan


(22)

9

7. Mengkonfirmasikan atau menolaj prediksi

8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberap cara lain dan mempelajari tentang struktur teks

9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik Dewi (2008: 29)

Berdasarkan teori-teori diatas maka dapat kita simpulkan bahwa setiap anak memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dalam penguasaan bacaan. Hal ini disebabkan karena setiap anak memiliki motivasi yang berbeda dalam belajar, kesempatan serta kemampuan yang berbeda . hal ini tentunya akan berpengaruh dengan tingkat keberhasilan penguasaan bacaan pada pelajaran bahasa Indonesia, sehingga dalam pembelajaran bahasa banyak dikembangkan berbagai metode dan teknik pembelajaran bahasa ini dikembangkan agar dapat membantu siswa dalam penguasaan bacaan tersebut. Bukan hanya memahami bacaan itu dari segi tata bahasanya saja, tetapi dapat menggunakan bahasa secara komunikatif. Salah satu metode pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran tugas-tugas tertentu.

2.3 Tujuan Belajar

Menurut Cox (1999:12) konstruktivisme mengaplikasikan belajar bahasa dalam 4 cara berikut ini :

a. Pembaca membangun makna dengan aktif ketika mereka membaca daripada hanya menerima pasan secara positif


(23)

10

b. Teks tidak mengatakan semuanya, pembacalah yang mengambil informasi dari teks

c. Satu teks tunggal dapat mempunyai makna yang banyak karena adanya perbedaan antara pembaca dan konteks

d. Membaca dan menulis merupakan proses konstruktif

Lebih lanjut konstruktivisme juga mengaplikasikan pengajaran bahasa. Guru bisa membantu siswa belajar empat keterampilan berikut ini :

a. Membuat hubungan antara apa yang mereka ketahui dan apa yang akan mereka pelajari

b. Menggunakan strategi untuk membaca (misalnya membuat prediksi) dan menulis( misalnya : menggambarkan pengalaman sebelumnya)

c. Berfikir tentang proses membaca dan menulis mereka sendiri

d. Mendiskusikan tanggapan-tanggapan mereka tentang teks yang mereka baca dan tulis.

Ada dua macam strategi dalam membaca yaitu dengan menggunakan pendekatan bottom-up dan top-down. Pada buttom-up pembaca memperhatikan unit-unit yang kecil lalu keunit yang lebih besar untuk mendapatkan pemahaman teks, misalnya pembaca mengartikan kata-kata yang ada diteks untuk memahami kalimat yang disajikan dalam teks lalu pembaca akan menyimpulkan isi dari teks tersebut. Pada top-down ,pembaca membaca dengan menggunakan pengethuan dan pengalaman dalam memahami teks. Pembaca akan memperhatikan tema teks terlebih dahulu, setelah itu pembaca akan memperhatikan isi teks secara lebih detail. Menurut Dewi (2008:32) bottom-up dan top down dapat digunakan dalam proses belajar membaca,


(24)

11

membaca yang efektif adalah dengan menngintegrasikan kedua strategi tersebut, menyarankan kepada pembelajaran yang akan membaca agar memiliki tujuan-tujuan berikut :

a. Untuk mendapatkan informasi

b. Untuk mendapatkan instruksi atau cara-cara yang dapat digunakan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari

c. Untuk bermain atau menyelesaikan puzzle

d. Untuk berinteraksi dengan rekan melalui korespondensi atau pembelajaran dapat membaca surat-surat resmi untuk menambah pengetahuannya

e. Untuk mengetahui suatu kejadian akan terjadi atau telah terjadi

f. Untuk mengetahui suatu kejaduan misalnya membaca Koran dan majalah g. Untuk memdapat kesenangan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membaca teks, pembelajar bahasa Indonesia disarankan untuk membaca teks-teks yang menyenangkan atau menarik. Dengan membaca berbagai informasi dikoran, majalah, atau dengan membaca surat resmi, pembaca juga dapat menambah pengetahuan kebahasaanya. Misalnya dengan membaca koran, pembaca dapat memperhatikan penggunaan kaidah-kaidah kebahasaan dalam prakteknya.

Dalam menyelesaikan tugas-tugas berkaitan dengan suatu bacaan Dewi (2008:35) memaparkan langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengenal dan memahami naskah atau teks dan formatnya 2. Mengenal dan memahami kata kunci kalimat - kalimat yang ada 3. Skimming teks untuk mengambil inti sarinya


(25)

12

4. Menentukan inti dari teks 5. Membaca teks secara detail

2.4 Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa, dimana setiap orang akan mengerti jika diantara mereka menggunakan bahasa Indonesia, di lihat dari sudut pandang linguistika, Bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36. Yang merupakan juga bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disebut dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari sering menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, Bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi Bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek Bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.

Bahasa Indonesia diresmikan pada tahun 1945 sewaktu Indonesia mencapai kemerdekaan. Bahasa Indonesia adalah bahasa dinamik yang terus menyerap kata-kata dari pada bahasa-bahasa asing. Pada Awalnya, Bahasa Indonesia


(26)

13

ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan Belanda. Selepas tahun 1972, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Dengan EYD dua bahasa serumpun, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu semakin distandarkan. Fonologi dan tata Bahasa Indonesia mudah dipelajari. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di sekolah-sekolah.

2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar merupakan pembelajaran yang paling utama. Karena dengan bahasalah siswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan dari pendidik. Proses tersebut terjadi sejak awal belajar di sekolah. Mencermati hal itu, maka guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran di sekolah, dituntut untuk dapat merancang, melaksanakan,dan mengevaluasi aspek-aspek yang tercakup dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hartati (2006:17). Bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan, Depdikbud (1995:16). Hal ini relevan dengan, KTSP (2006) kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

Menurut hartati (2006:19) keterampilan menyimak dan berbicara, yang merupakan keterampilan berbahasa reseptif, diperoleh seseorang untuk pertama kalinya di lingkungan rumah. Tetapi keterampilan membaca dan menulis, yakni keterampilan berbahasa produktif, diperoleh seseorang ketika mereka memasuki pendidikan formal. Oleh karena itu, kedua jenis keterampilan


(27)

14

berbahasa ini merupakan sajian pembelajaran yang utama dan pertama bagi peserta didik sekolah dasar di kelas awal.

2.6 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia SD dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikkan, KTSP (2006) adalah:

a. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

b. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta memiliki menggunakan dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam tujuan.

c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan sosial. d. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa.

e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, wawasan hidup, meningkatkan berbahasa. f. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya dan intelektual. KTSP (2006).

2.7 Pengertian Media Gambar

Menurut Angkowo dan Kosasih (2007: 10) kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medius yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali


(28)

15

informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong dalam proses pembelajarannya.

Media pembelajaran secara umum adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar Arsyad, (2002: 4). Sedangkan menurut Sadiman (2003: 6) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar di kelas bisa terjadi. Sadiman (2003: 6) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kegunaan media yaitu:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata tertulis atau tulisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.

3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif pada anak.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.


(29)

16

Menurut Sunarti (2009: 28), media dalam pemahaman yang sangat luas adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi guna membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pendidikan adalah grafik, fotografi, elektronik atau alat-alat mekanik yang digunakan untuk menyajikan, memproses dan menjelaskan informasi lisan. Dengan pengertian ini,berarti guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. media yaitu pembawa pesan (dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar penerima pesan ialah siswa. Melalui indranya, siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indranya sehingga mampu menerima pesan secara lebih lengkap. Dalam pembelajaran, pesan yang disalurkan oleh media ialah isi pelajaran. Dengan kata lain, pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin juga harus dirangsang dengan cermat untuk dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.

Menurut Djamarah (2006: 123) media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membatu guru memperkaya wawasan anak didik. aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Sedangkan Hairuddin (2007: 76) mengklasifikasikan jenis media berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu: media tradisional dan media dengan teknologi mutakhir. Media tradisional meliputi (1) media visual diam yang diproyeksikan, contohnya: proyeksi tak tembus pandang, (2) media visual yang tak diproyeksikan, contohnya: gambar, poster, foto, diagram dll, (3) audio, contohnya: radio, piringan hitam, dan tape recorder, (4) multimedia, contonya: tape recorder dan multi-image, (5) visual


(30)

17

yang diproyeksikan, contohnya: film, televisi, dan video, (6) media cetak, contonya: buku teks, modul, workbook, majalah, hand out, (7) permainan, (8) realita, contohnya: model manipulatif seperti boneka dan peta. Media dengan teknologi mutakhir meliputi dua jenis. Pertama, media berbasis telekomunikasi, contohnya teleconference dan kuliah jarak jauh. Kedua, media berbasis mikroprosesor, contohnya: computer-assisted instruction, permainan, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc.

Dari berbagai batasan di atas, dapat dirumuskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Selain itu, media secara mendasar berpotensi memberikan peluang bagi siwa untuk mengembangkan kepribadian.

Di antara media pendidikan yang ada, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Media ini berfungsi menyalurkan pesan dari sumber informasi ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan, dan pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol tersebut perlu dipahami secara tepat agar proses penyampaian pesan dapat efektif dan efisien. Namun secara khusus media gambar berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau memberi variasi pada fakta yang kemungkinan akan dilupakan atau dibaikan. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaan termasuk media yang murah harganya. Media gambar atau media grafis terdiri


(31)

18

atas gambar, bagan, diagram, grafik, poster, kartu dan komik. Di antara media grafis, gambar adalah media yang paling umum dipakai.

Menurut Sudjana (2007: 26) media gambar adalah media yang mengombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat dan sebagainya.

2.7.1 Fungsi Media Gambar

Pemanfaatan media pembelajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang digunakan oleh guru. Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah:

1. Fungsi Edukatif, artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.

2. Fungsi Sosial, artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang.

3. Fungsi Ekonomis, artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal.


(32)

19

5. Fungsi Seni Budaya dan Telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan

teknologi yang modern (Hamalik,

http://tpcommunity.blogspot.com/).

Fungsi-fungsi tersebut di atas terkesan masih bersifat konseptual. Fungsi praktis yang dijalankan oleh media pengajaran adalah sebagai berikut:

1. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi pesrta didik, misalnya kaset video rekaman kehidupan di luar sangat diperlukan oleh anak yang tinggal di daerah pegunungan.

2. Mengatasi batas ruang dan kelas, misalnya gambar tokoh pahlawan yang dipasang di ruang kelas.

3. Mengatasi keterbatasan kemampuan indra.

4. Mengatasi peristiwa alam, misalnya rekaman peristiwa letusan gunung berapi untuk menerangkan gejala alam.

5. Menyederhanakan kompleksitas meteri.

6. Memungkinkan siswa mengadakan kontak langsung dengan masyarakat atau alam sekitar (Rohani, http://tpcommunity.blogspot.com/).

2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

Sadiman, (dalam Rahadi. http://muslich-m.blogspot.com/html) mengungkapkan kelebihan media gambar :

1. Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.

2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. 3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4. Memperjelas masalah bidang apa saja.


(33)

20

Kelemahan Media Gambar :

1. Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa.

2. Gambar diinterpretasikan secara personal dan subjektif.

3. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran. (Rahadi,

http://tpcommunity.blogspot.com/).

Menurut Sudjana (2001: 12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut :

1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.

2. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif.

3. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.

4. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau 1 halaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.

5. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para siswa menjadi efektif.

6. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan


(34)

bagian-21

bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas media gambar.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media gambar tidak hanya memiliki kelebihan saja tetapi media gambar juga mempunyai kekurangan yaitu walaupun media gambar itu sifatnya konkret dan harganya murah tetapi gambar hanya dapat disajikan dalam ukuran yang sangat kecil dan hanya dapat diinterpretasikan secara personal dan subjektif.

2.7.3 Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar :

Depdikbud (1997: 56) mencantumkan langkah-langkah penggunaan media gambar sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi.

2. Membangkitkan kesiapan siswa. Siswa dituntut memiliki kesiapan untuk menulis, misalnya dengan cara memberikan komentar awal dan pertanyaan-pertanyaan.

3. Memperlihatkan contoh gambar misalnya gambar tempat rekreasi. Tuntun siswa untuk mengingat pengalaman menulis mereka.

4. Diskusi (membahas) materi tentang media gambar. Sebaiknya setelah selesai memperlihatkan gambar, diskusi dimulai secara informal dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, seperti ”Apa yang paling berkesan dari gambar tersebut?”


(35)

22

5. Menindaklanjuti. Pada umumnya, diskusi dan evaluasi dilakukan setelah menulis karangan. Dengan demikian, diharapkan siswa akan termotivasi untuk mempelajari lebih banyak tentang pelajaran itu dengan melihat gambar-gambar pada buku bacaaan yang ada di perpustakaan atau buku cerita bergambar yang berkaitan dengan isi materi yang sudah pernah dibahas sebelumnya.

Dengan demikian media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif kerena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melaui pengungkapan kata-kata dan gambar. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah foto atau sejenisnya yang menampakkan benda yang banyak dan umum digunakan, mudah dimengerti dan dinikmati dalam pembelajaran, serta untuk mengatasi kesulitan-kesulitan menampilkan benda aslinya di dalam kelas. Gambar yang bagus digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang dibuat sendiri atau mengambil dari media gambar yang telah ada.

2.8 Kerangka pikir

Pengajaran Bahasa Indonesia diberikan di sekolah dasar karena sejak awal siswa harus berkomunikasi dan mengerti berbagai ilmu, dan semua itu dapat dipahami jika anak sudah mengerti bahasa. Banyak sekali siswa dari awal masuk sekolah belum dapat berbahasa dengan baik. Untuk dapat memperbaiki hal tersebut penulis mencoba mengunakan media sehinga


(36)

23

siswa lebih tertarik mempelajari pelajaran bahasa indonesia khususnya pada pelajaran membaca

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

2.9 Hipotesis

Pembelajaran membaca dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas II SD N 2 Perumnas Way Kandis .

Pembelajaran Bahasa Indonesia

rendah Media

Gambar

Pembelajaran Bahasa Indonesia


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di SD N 2 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung. Alasan menggunakan lokasi atau tempat ini yaitu dengan pertimbangan bahwa penulis bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Maret 2012.

3.1.3 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD N 2 Perumnas Way Kandis berjumlah 30 siswa, terdiri dari laki-laki 13 orang siswa, perempuan 17 orang siswa.

3.2 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Kasihani (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk


(38)

25

memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Artinya, penelitian tindakan kelas merupakan tindakan praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada. Suharsimi (2007:3).

Prosedur penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam kegiatan berbentuk siklus (cycle). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu: perencanaan, pelaksaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi.

Alur penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Urutan PTK


(39)

26

Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi melalui media gambar dengan langkah-langkah:

1. Pertama diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan.

3. Menyiapkan gambar yang akan diberikan kepada siswa.

4. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

5. Menyiapkan lembar kerja siswa yang mengacu pada pembelajaran menggunakan media gambar.

6. Menyiapkan tes formatif Bahasa Indonesia untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

7. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan (action)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam


(40)

27

pembelajaran menggunakan media gambar pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi.

2. Guru membuka pelajaran dan dilanjutkan dengan menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang mengarang yang pernah diketahui oleh siswa. Tujuan kegiatan apersepsi ini adalah untuk menggali pengalaman siswa.

3. Membangkitkan kesiapan siswa. Siswa dituntut memiliki kesiapan untuk bercerita, misalnya dengan cara memberikan komentar awal dan pertanyaan-pertanyaan.

4. Memperlihatkan contoh gambar yaitu gambar “binatang” Tuntun siswa untuk mengingat pengalaman mereka.

5. Kemudian guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran yang hendak dilaksanakan yaitu bercerita menggunakan

media gambar “binatang”

6. Guru akan menyajikan materi bercerita dengan menggunakan media

gambar “binatang”

7. Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan tentang cara bercerita agar mudah dipahami siswa.

8. Siswa diberi tugas untuk membuat cerita yang akan dibuatnya sesuai pilihannya sendiri dengan bantuan gambar yang telah diberikan oleh guru.


(41)

28

9. Guru berkeliling sambil memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan.

10. Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk dinilai. 11. Kemudian guru meminta beberapa perwakilan siswa

mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergiliran dengan siswa yang lain.

12. Guru memberi penguatan untuk menghadapi tugas-tugas berikutnya. 13. Guru bersama siswa melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang

telah berlangsung.

14. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tugas lanjutan yang bertujuan mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam bercerita setelah proses pembelajaran di kelas.

c. Observasi (observe)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pmbelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda cheklist pada lembar observasi.

d. Refleksi (reflect)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil kerja siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana kemampuan siswa terhadap kegiatan mengarang menggunakan media gambar. Analisis


(42)

29

hasil kerja siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai kajian dan bahan perencanaan terhadap kegiatan pelaksanaan siklus kedua.

Siklus II

Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam membaca menggunakan media gambar. Hasil pembelajaran pada siklus kedua ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus pertama. Siklus kedua ini juga melalui langkah-langkah yang sama seperti siklus pertama yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti. Dalam siklus kedua ini peneliti mempersiapkan proses pembelajaran membaca menggunakan media gambar pada siklus II dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kegiatan ini diawali dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti.

2. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan.

3. Menyiapkan gambar yang akan diberikan kepada siswa.

4. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

5. Menyiapkan lembar kerja siswa yang mengacu pada pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan media gambar.


(43)

30

6. Menyiapkan tes formatif Bahasa Indonesia untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

7. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan atau Kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan (action)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan media gambar pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi.

2. Guru membuka pelajaran dan dilanjutkan dengan menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang mengarang yang pernah diketahui oleh siswa. Tujuan kegiatan apersepsi ini adalah untuk menggali pengalaman siswa tentang mengarang narasi.

3. Membangkitkan kesiapan siswa. Siswa dituntut memiliki kesiapan untuk menulis, misalnya dengan cara memberikan komentar awal dan pertanyaan-pertanyaan.

4. Memperlihatkan contoh gambar yaitu gambar “Tempat Umum.”

Tuntun siswa untuk mengingat pengalaman menulis mereka.

5. Guru memberikan penjelasan atau menerangkan cara menentukan pokok-pokok pikiran dalam cerita.


(44)

31

6. Siswa diberi tugas untuk menentukan pokok-pokok pikiran dalam cerita yang sudah diberikan oleh guru.

7. Guru berkeliling sambil memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa yang mengalami kesulitan.

8. Setelah menentukan judul, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berdialog (tanya jawab) tentang pokok-pokok pikiran yang dibuatnya dan cara penulisannya.

9. Pengumpulan hasil karangan dari masing-masing siswa.

10. Guru mencatat kesalahan-kesalahan umum dari hasil penulisan siswa. 11. Dari catatan tersebut guru memberikan program perbaikan dengan

menerangkan kembali cara menentukan pokok-pokok pikiran dalam cerita.

c. Observasi (observe)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pmbelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda cheklist pada lembar observasi.

d. Refleksi (reflect)

Pada siklus ke dua ini peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa serta penilaian hasil kerja siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana kemampuan siswa terhadap kegiatan


(45)

32

menulis karangan narasi melalui media gambar dan membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus pertama dalam bentuk persentase, apakah ada peningkatan atau tidak. Peneliti juga menganalisis hasil kerja siswa dengan cara menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis dipergunakan sebagai bahan kajian dan bahan pembanding terhadap hasil penilaian siklus pertama dalam bentuk persentase, apakah ada peningkatan rata-rata nilai.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara - cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang daftar nama siswa, jumlah siswa dan data lain yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nama dan jumlah siswa kelas II SD N 2 Perumnas Way Halim Kandis.

2. Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dengan media gambar pada membaca permulaan.

3. Metode Observasi

Metode observasi dalam penelitian ini untuk mengamati aktivitas belajar siswa (mental activity) dalam membaca permulaan dengan media gambar.


(46)

33

Arikunto (2002:125)

3.3.1 Instrument Penelitian

Pengamatan yang dilakukan secara kolaborasi yang melibatkan rekan sejawat sebagai pengamat di kelas menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :

a. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui aktivitas belajar siswa yang berupa aktivitas mental siswa (mental activities) dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan media gambar.

b. Tes hasil belajar

Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini ada 2 siklus berarti ada 2 kali tes, yaitu berupa obyektif tes dan tes unjuk kerja (Performance test). Tes ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

c. Kuisioner atau angket

Angket ini digunakan untuk mengungkap tanggapan (respon) siswa terhadap pelaksanaan bembelajaran menggunakan media gambar.

3.3.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif kualitatif, dengan tujuan untuk mengetahui


(47)

34

kecenderungan peningkatan aktivitas belajar siswa yang berupa (mental activity) dan hasil belajar siswa dari setiap siklus dalam kegiatan belajar mengajar. Data dianalisis dengan tahapan - tahapan sebagai berikut : 1. Daftar tabel dari jawaban lembar observasi

2. Analisis Lembar observasi untuk mengetahui peningkatan mental activities belajar siswa. Kemudian dianalisis menggunakan analisis persentase. Untuk analisis persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P =�

��100

Ali. M, (1987:184) keterangan :

P = Persentase pelaksanaan setiap indikator S = Jumlah skor perolehan untuk setiap indicator N = Jumlah skor total

Penelitian ini menggunakan tiga kategori aktif yaitu : perhatian, kerjasama, partisipasi. Siswa yang memiliki skor:

1, 2 dan 3 : termasuk kategori aktif 1 : termasuk kategori pasif

3. Data aktivitas belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif persentase sebagai berikut :

Persentase (%) = � ��100


(48)

35

Keterangan :

% = Persentase

n = Jumlah skor yang diperoleh dari data N = Jumlah skor maksimal

4. Data tentang hasil belajar (kognitif) siswa dihitung dengan menggunakan rumus :

Nilai akhir = jumlah jawaban benar

jumlah skor maksimal x 100

Slameto, (2001:189) 5. Analisis ketuntasan tes hasil belajar

Analisis ketuntasan tes hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tiap siklus.

Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65% dinyatakan mengalami kesulitan belajar dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65% dinyatakan telah tuntas belajar.

mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus:

% nilai = nilai jumlah siswa yang mendapat nilai ≥65

jumlah siswa

Agung Purwoko, (2001:103)

Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika prosentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat nilai ≥ 65 % jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85 % dari jumlah seluruh siswa di dalam kelas.


(49)

36

Indikator Keberhasilan

1. Keaktifan belajar siswa dalam proses pengajaran sekurang-kurangnya 75% berperan aktif dalam pembelajaran dengan media gambar ,Priatiningsih (2004:7).

2. Sekurang - kurangnya 100% dari keseluruhan siswa telah tuntas dengan KKM 65 untuk hasil belajar kognitif, Mulyasa, (2004:99).


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data yang dihasilkan dari penelitian penulis dapat memperoleh beberapa hasil temuan sebagai berikut:

1. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan ketrampilan membaca pada siswa kelas II SD N Perumnas Way Kandis pada semester 2 tahun pelajaran 2011-2012. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi atau test tulis dengan rata-rata nilai siswa pada siklus ke-1 60% meningkat pada siklus ke-2 menjadi 81%.

2. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan prosentase keaktifan siswa pada siklus ke-1 sebesar 60% meningkatkan pada sikus ke-2 menjadi 100%.

5.2 Saran

Proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah hal yang semestinya diciptakan oleh pendidik dalam membimbing dan memberi motivasi kepada siswa di kelas. Penulis menyarankan agar dalam pembalajaran membaca sebaiknya menggunakan media. Adapun media yang mudah didapatkan adalah menggunakan gambar karena dengan media gambar siswa


(51)

54

mudah bercerita menggali pengalaman. Dengan demikian siswa akan lebih termotivasi untuk menyimak, menulis dan membaca, sehingga pembelajaran yang menyenangkan akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, 2002. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Angkowo. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1995. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud.

Djamrah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Raja grafindo Persada. Jakarta EP, Hutabarat. 1984. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta

Hairuddin, dkk.2008. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud : Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka .Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar Bandung: Bumi Aksara. Hartati, Tatat,Ernalis,Yayah Churiah. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Rendah. Bandung : Upi Press. Klein. 1996. Pengelolaan Belajar. Rajawali. Jakarta

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka

Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta


(1)

34

kecenderungan peningkatan aktivitas belajar siswa yang berupa (mental activity) dan hasil belajar siswa dari setiap siklus dalam kegiatan belajar mengajar. Data dianalisis dengan tahapan - tahapan sebagai berikut : 1. Daftar tabel dari jawaban lembar observasi

2. Analisis Lembar observasi untuk mengetahui peningkatan mental activities belajar siswa. Kemudian dianalisis menggunakan analisis persentase. Untuk analisis persentase menggunakan rumus sebagai berikut :

P =�

��100

Ali. M, (1987:184) keterangan :

P = Persentase pelaksanaan setiap indikator S = Jumlah skor perolehan untuk setiap indicator N = Jumlah skor total

Penelitian ini menggunakan tiga kategori aktif yaitu : perhatian, kerjasama, partisipasi. Siswa yang memiliki skor:

1, 2 dan 3 : termasuk kategori aktif 1 : termasuk kategori pasif

3. Data aktivitas belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif persentase sebagai berikut :

Persentase (%) = � ��100


(2)

Keterangan :

% = Persentase

n = Jumlah skor yang diperoleh dari data N = Jumlah skor maksimal

4. Data tentang hasil belajar (kognitif) siswa dihitung dengan menggunakan rumus :

Nilai akhir = jumlah jawaban benar

jumlah skor maksimal x 100 Slameto, (2001:189)

5. Analisis ketuntasan tes hasil belajar

Analisis ketuntasan tes hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tiap siklus.

Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65% dinyatakan mengalami kesulitan belajar dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65% dinyatakan telah tuntas belajar.

mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus:

% nilai = nilai jumlah siswa yang mendapat nilai ≥65

jumlah siswa

Agung Purwoko, (2001:103)

Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika prosentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat nilai ≥ 65 % jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85 % dari jumlah seluruh siswa di dalam kelas.


(3)

36

Indikator Keberhasilan

1. Keaktifan belajar siswa dalam proses pengajaran sekurang-kurangnya 75% berperan aktif dalam pembelajaran dengan media gambar ,Priatiningsih (2004:7).

2. Sekurang - kurangnya 100% dari keseluruhan siswa telah tuntas dengan KKM 65 untuk hasil belajar kognitif, Mulyasa, (2004:99).


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data yang dihasilkan dari penelitian penulis dapat memperoleh beberapa hasil temuan sebagai berikut:

1. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan ketrampilan membaca pada siswa kelas II SD N Perumnas Way Kandis pada semester 2 tahun pelajaran 2011-2012. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi atau test tulis dengan rata-rata nilai siswa pada siklus ke-1 60% meningkat pada siklus ke-2 menjadi 81%.

2. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan prosentase keaktifan siswa pada siklus ke-1 sebesar 60% meningkatkan pada sikus ke-2 menjadi 100%.

5.2 Saran

Proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah hal yang semestinya diciptakan oleh pendidik dalam membimbing dan memberi motivasi kepada siswa di kelas. Penulis menyarankan agar dalam pembalajaran membaca sebaiknya menggunakan media. Adapun media yang mudah didapatkan adalah menggunakan gambar karena dengan media gambar siswa


(5)

54

mudah bercerita menggali pengalaman. Dengan demikian siswa akan lebih termotivasi untuk menyimak, menulis dan membaca, sehingga pembelajaran yang menyenangkan akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, 2002. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Angkowo. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1995. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud.

Djamrah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Raja grafindo Persada. Jakarta EP, Hutabarat. 1984. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta

Hairuddin, dkk.2008. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud : Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka .Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar Bandung: Bumi Aksara. Hartati, Tatat,Ernalis,Yayah Churiah. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Rendah. Bandung : Upi Press. Klein. 1996. Pengelolaan Belajar. Rajawali. Jakarta

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka

Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS II SDN 2 GULAK-GALIK หกฟห BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 45

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 15

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012/2013

0 6 52

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD N 1 WAY KANDIS KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

0 3 34

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI I WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 82

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA LINGKUNGAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I WAY KANDIS BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013-2014

1 18 66

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) (Studi pada Siswa Kelas IV SDN 3 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA DENGAN TEKNIK DISKUSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 55

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SDN 1 PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG

1 5 99

PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN MODEL DIRECTIVE LEARNING DI SD N 2 PERUMNAS WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

19 239 70