KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP RAUDLATUL HIKMAH TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

Muhammad Yusuf Prasetyo NIM 108013000067

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013


(2)

(3)

(4)

iii

Nama : Muhammad Yusuf Prasetyo

NIM : 108013000067

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan Tahun : 2008/2009

Alamat : Kampung Bulak, RT 01 RW 09 Kel. Benda Baru Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan, Banten

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014” adalah hasil karya sendiri di bawah bimbingan:

Nama : Dra. Mahmudah Fitriyyah ZA, M.Pd.

NIP : NIP 19640212 199703 2 001

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 21 Agustus 2013 Yang menyatakan,


(5)

iv

pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kebiasaan membaca dan hubungannya dengan menemukan gagasan utama.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16-18 Juli 2013 di SMP Raudlatul Hikmah, Tangerang Selatan, Banten. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 2 SMP Raudlatul Hikmah, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan tes. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan data dengan angket dan tahap pengambilan data dengan tes.

Hasil Berdasarkan pada df sebesar 28 yang dikonversi ke rtabel pada

taraf signifikansi 5% diperoleh harga sebesar 0,361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga sebesar 0,463. Kriteria pengajuan ialah jika rxy≥ dari rtabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika rxy ≤

dari rtabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ternyata rxy yang besarnya

0,500 lebih besar dari rtabel. Karena rxy lebih besar dari rtabel, maka hipotesis

alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.

Berdasarkan interpretasi yang dicocokan dengan hasil perhitungan

angka indeks korelasi “r” product moment dengan besar rxy (0,500) yang

besarnya terletak antara 0,40 – 0,70. Ini berarti antara kebiasaan membaca dan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan terdapat korelasi yang sedang atau cukup, dengan kontribusi sebesar 25% sedangkan sisanya 75% ditentukan oleh faktor lain.

Jadi, simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.


(6)

v

Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang Academic Year 2013/2014. Education majors Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2013.

This study aimed to obtain the data and describe the findings related to reading habits and their relationship to find the main idea.

This study was conducted on 16-18 July 2013 at the Junior High School Raudlatul Hikmah, South Tangerang, Banten. The method used is quantitative methods. The subjects were students of class VIII-2 Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang Academic Year 2013/2014.

Data collection techniques used were questionnaires and tests. This study was conducted in two phases, namely a data retrieval phase with questionnaires and data collection phase of the test.

Based on the results of 28 df converted to rtabel at significance level

of 5% obtained a price of 0.361, while the 1% significance level of 0.463 obtained price. Submission criteria is if rxy ≥ of rtabel then Ho is rejected

and Ha is accepted, otherwise if rxy ≤ of rtabel then Ho is rejected and Ha

accepted. It turns out that the magnitude rxy 0,500 bigger than rtabel.

Because rxy bigger than rtabel, then the alternative hypothesis (Ha) is

accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected.

Based on the interpretation of the results of the calculation are matched with the indices of correlation "r" with a large product moment rxy (0,500) whose magnitude lies between 0.40 to 0.70. This means that the

reading habit and the ability to find the main idea in the eighth grade students Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang weaker correlation, with a contribution of 25% while the remaining 75% is determined by other factors..

So the conclusions obtained from this study is that there is significant relationship between reading habits with the ability to find the main idea in the eighth grade students Raudlatul Hikmah Junior High School, South Tangerang academic year 2013/2014.


(7)

vi

taufiknya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. Salawat dan salam semoga terlimpah selalu kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.

Skripsi ini selesai ditulis tidak lepas dari usaha penulis untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang pendidikan (S.Pd.), khususnya pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Dalam penyelesaiannya, skripsi ini mendapat banyak bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak, sehingga penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing dalam skripsi ini. Terima kasih Ibu motivasinya, semoga Ibu sukses selalu.

3. Nuryati Jihadah, M. Pd dan Makyun Subuki, M. Hum selaku dosen penguji dan para dosen PBSI lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

4. Bunda tersayang Saenih dan Bapak Sardih Bule yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, juga tak lupa kepada adikku satu-satunya M. Heru Firdaus, semoga engkau bisa menyusul kakakmu ini.


(8)

5. Tak lupa untuk calonku yang sangat penulis cintai Umiyanah. Terima kasih atas kesetiaannya dan kasih sayang yang kamu berikan sehingga penulis senantiasa semangat.

6. Kepada para sahabat PBSI B angkatan 2008, kalian adalah sahabat terbaik yang pernah penulis kenal, dan kalian adalah para sahabat yang tak pernah berhenti memberikan dorongan kepada penulis untuk maju.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini banyak memberikan manfaat, semoga Allah SWT memberikan keberkahan kepada semua.

Jakarta, 21 Agustus 2013 Penulis,

Muhammad Yusuf Prasetyo NIM 108013000067


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Deskripsi Teoretis ... 8

1. Membaca ... 8

2. Tujuan Membaca ... 10

3. Hambatan Membaca ... 11

3. Kebiasaan Membaca ... 13

4. Gagasan Utama ... 18

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 21


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian ... 25

1. Pendekatan Penelitian ... 25

2. Desain Penelitian ... 25

3. Variabel Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Teknik Pengolahan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

H. Hipotesis Statistik ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Raudlatul Hikmah ... 37

B. Deskripsi Data ... 39

C. Pengujian Hipotesis ... 75

D. Interpretasi Data ... 78

BAB V PENUTUP ... 80

A. Simpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

x

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Membaca ... 29

Tabel 3.3 Indikator Penilaian Kemampuan Menemukan Gagasan Utama ... 32

Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment ... 35

Tabel 4.1 Hasil Kebiasaan Membaca ... 39

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Membaca ... 41

Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Menemukan Gagasan Utama ... 42

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kemampuan Menemukan Gagasan Utama ... 44

Tabel 4.5 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 45

Tabel 4.6 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 46

Tabel 4.7 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 47

Tabel 4.8 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 48

Tabel 4.9 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 49

Tabel 4.10 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 50

Tabel 4.11 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 51

Tabel 4.12 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 52

Tabel 4.13 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 53

Tabel 4.14 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 54

Tabel 4.15 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 55

Tabel 4.16 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 56

Tabel 4.17 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 57

Tabel 4.18 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 58

Tabel 4.19 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 59

Tabel 4.20 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 60

Tabel 4.21 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 61

Tabel 4.22 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 62


(12)

xi

Tabel 4.24 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 64

Tabel 4.25 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 65

Tabel 4.26 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 66

Tabel 4.27 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 67

Tabel 4.28 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 68

Tabel 4.29 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 69

Tabel 4.30 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 70

Tabel 4.31 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 71

Tabel 4.32 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 72

Tabel 4.33 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 73

Tabel 4.34 Analisis Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa ... 74

Tabel 4.35 Distribusi Korelasi antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama ... 75


(13)

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Desain Penelitian ... 26 Diagram 4.1 Nilai Rata-rata UN SMP Raudlatul Hikmah ... 38 Diagram 4.2 Keadaan Siswa SMP Raudlatul Hikmah ... 39


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Kebiasaan Membaca

Lampiran 2 Tes Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Lampiran 3 Contoh Angket Hasil Isian Siswa

Lampiran 4 Contoh Tes Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siswa Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian SMP Raudlatul Hikmah

Lampitan 6 Profil SMP Raudlatul Hikmah

Lampitan 7 ttabel dan rtabel dengan taraf signifikansi 1%

Lampitan 8 ttabel dan rtabel dengan taraf signifikansi 5%


(15)

1

Pesatnya perkembangan ilmu dan pengetahuan di era modern, telah membawa perubahan secara signifikan hampir pada semua lini, termasuk di antaranya teknologi percetakan. Kemajuan dalam teknologi percetakan telah mempermudah proses penyimpanan informasi, dari era lisan menuju era tulis, yang kemudian dapat dicetak ulang dan disebarkan secara luas. Informasi dalam bentuk tulis itu tersimpan rapi dalam bentuknya sebagai buku.

Pada gilirannya, hampir semua jenjang pendidikan, dari mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, memanfaatkan buku sebagai suatu inovasi dalam hal pengajaran dan pembelajaran dalam kelas. Inovasi ini salah satunya mencakup pengajaran dan pembelajaran keterampilan berbahasa, yaitu membaca.

Jika pada mulanya pengajaran membaca memanfaatkan sarana lisan sebagai medium, kini hal tersebut mulai hilang dan sebagai gantinya hadirlah buku dengan segala keunggulannya. Di antara keunggulan buku ialah, buku mampu menyimpan informasi apa pun tanpa harus takut hilang, buku mudah dibawa ke mana-mana sesuai keinginan, buku dapat digandakan sesuai kebutuhan, dan buku dapat bertahan lama dalam keadaan terawat.

Membaca menjadi prioritas penting yang harus dikuasai siswa. Terutama membaca buku-buku yang berkualitas. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa buku ialah pusatnya informasi, dan kunci untuk menguasainya ialah membaca. Dengan demikian, ketika siswa melakukan aktivitas membaca, pada hakikatnya ialah membuka cakrawala dunia sehingga ia mampu mengetahui tentang informasi apa pun sesuai dengan apa yang termaktub dalam buku yang dibacanya itu.

Oleh karena itu, tak diragukan lagi bahwa membaca banyak membawa manfaat bagi pelakunya. Termasuk dalam hal ini ialah siswa. Jika saja kesadaran ini sudah tertanam dalam diri siswa, bukan tidak mungkin membaca


(16)

menjadi suatu kebutuhan primer baginya. Membaca bukan lagi beban, apalagi hanya sekedar paksaan. Dengan membaca sebagai kebutuhan, maka informasi yang tertera dalam buku akan tercerap optimal. Sebaliknya, jika siswa menganggap membaca sebagai suatu beban atau paksaan belaka, maka informasi yang masuk kurang optimal, atau bahkan tertolak sama sekali.

Agar siswa menjadikan membaca sebagai kebutuhan, maka ia harus mengibaratkan halnya membaca ini seperti halnya makanan. Jika ia tidak makan, maka yang ada ialah lapar. Begitu pula bila ia tidak membaca, maka ia pun merasakan lapar. Hanya saja, pengertian lapar akibat tidak membaca bukan perut menjadi keroncongan, melainkan haus akan informasi, sehingga apabila melihat buku, koran, majalah, dan novel misalnya, tidak akan melewatkan begitu saja kecuali harus membacanya terlebih dahulu.

Karena membaca merupakan aktivitas yang kompleks, maka membaca bukanlah semata-mata melihat dan menerjemahkan lambang-lambang yang tertera di atas kertas, melainkan ia harus mengerahkan segala kemampuan yang ada. Misalnya konsentrasi, interpretasi, dan perangkat lunak dalam pikiran berupa pengetahuan. Dengan begitu, ketika ia membaca, ia tidak sekedar memahami materi tersebut, melainkan materi yang dibacanya itu bermakna baginya.

Dengan demikian, tidak salah kiranya jika membaca disebut sebagai aktivitas yang aktif-reseptif. Aktif, karena dalam hal membaca sesungguhnya terjadi suatu interaksi antara pembaca dan penulis. Reseptif, karena dalam kegiatan membaca, pada hakikatnya pembaca berposisi sebagai penerima pesan dalam suatu jalinan komunikasi pembaca-penulis yang sifatnya tidak langsung.

Bagi para pelajar, membaca tidak hanya membantunya dalam menguasai materi bidang studi, lebih dari itu membaca berperan penting dalam proses pencerdasan, sehingga siswa yang menempatkan membaca sebagai suatu kebutuhan akan menonjol dalam kelas. Membaca membuat pelakunya berprestasi dan tidak kuper (kurang pergaulan) secara akademik. Membaca juga berpotensi membuat pelakunya mengetahui dan memahami


(17)

perkembangan ilmu dan pengetahuan serta teknologi yang sedang dan akan berjalan pada masa depan.

DP Tampubolon lebih lanjut mengatakan bahwa menulis merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.1 Sedangkan HG Tarigan mengklasifikasikan kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu (1) keterampilan menyimak atau listening skills, (2) keterampilan berbicara atau speaking skills, (3) keterampilan membaca atau reading skills, dan (4) keterampilan menulis atau writing skills.2

Empat keterampilan berbahasa tersebut, satu sama lainnya saling berkorelasi, sehingga sangat sulit untuk memisahkan satu dari yang lainnya. Sebagai perbandingan, ketika seseorang itu bayi, maka pada tahap awal yang ia lakukan ialah menyimak (listening skills), yaitu menyimak apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pada tahap berikutnya, karena ia sering mendengar atau menyimak kata-kata yang diucapkan itu, maka dari situ ia mulai menirukan bunyi-bunyian, atau kata-kata yang didengarnya itu dengan belajar berbicara (speaking skills). Baru setelah dia masuk usia sekolah, secara formal ia mulai dikenalkan pada lambang-lambang bunyi bahasa mulai dari huruf A sampai Z dan cara pengucapannya untuk kemudian di sini dia belajar membaca (reading skills). Setelah dikenalkan pada huruf-huruf itu, seorang anak kemudian berproses untuk meniru apa yang sudah dicerapnya dengan belajar menulis (writing skills), mulai dari huruf, suku kata, kata, dan kalimat.

Membaca, termasuk aktivitas kompleks, maka dalam praktiknya harus dibiasakan sejak dini. Mulai dengan mengenal huruf, sampai kemudian kalimat dan wacana, sehingga anak mampu membaca secara jelas, tepat, dan nyaring. Untuk itu, diperlukan suatu motivasi dan tekad yang kuat untuk

1

DP Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien

(Bandung: Angkasa, 1987), h. 5.

2

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1979), h. 1.


(18)

menjadikan aktivitas membaca sebagai kebutuhan, terutama bagi para siswa. Bila hal ini terjadi, maka membaca dapat mendarah daging dan pada gilirannya apa yang disebut Tiada hari tanpa membaca bukan slogan belaka.

Hal lain yang tidak kalah penting untuk mewujudkan hal tersebut ialah latihan. Latihan membaca yang berkesinambungan, terjadwal, dan teratur akan membantu siswa, terutama untuk menanamkan sikap pembiasaan diri dalam membaca. Pembiasaan dalam membaca ini penting mengingat dalam hal membaca siswa tidak hanya melafalkan apa yang ada di atas kertas, lebih dari itu siswa dituntut untuk menemukan gagasan utama dalam setiap kalimat yang dibaca. Melalui pembiasaan membaca inilah, diharapkan siswa memiliki kemampuan membaca, sehingga siswa dengan tepat dan cepat dapat menemukan gagasan utama dari suatu kalimat. DP Tampubolon lebih lanjut mengemukakan bahwa kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.3

Ada sebuah pemahaman bahwa siswa kurang membiasakan membaca dan kemampuan membaca, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), guru selalu menjadi kambing hitam. Padahal, jika kita mau jujur, peran orang tua siswa pun tak kalah penting dalam kasus ini. Kebiasaan membaca anak dimulai sejak dini, dan dalam tahap ini, orang tualah yang bertanggung jawab. Jika saja orang tua memberi contoh nyata, tidak hanya sekedar menyuruh dan mengarahkan saja, anak yakin akan mengikuti apa yang dicontohkan orang tua. Karena dalam hal ini, anak akan termotivasi dan tertarik apa yang dilakukan orang tuanya, bukan apa yang diteorikan atau yang diceramahkannya. Ketika anak masuk usia sekolah, barulah di sini guru mengambil peran, utamanya untuk peningkatan kebiasaan membaca anak. Tidak hanya itu, guru juga mulai mengembangkan minat baca siswa sehingga kemampuan membacanya semakin baik. Dengan demikian, orang tua dan guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sama terhadap pembentukan dan peningkatan kemampuan membaca dan kebiasaan membaca anak.

3


(19)

Dalam beberapa kasus, salah satunya soal-soal Ujian Akhir Sekolah (UAS), siswa sering dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus mencari dan menentukan gagasan utama dalam suatu paragraf. Tanpa kemampuan membaca, khususnya dalam menentukan gagasan utama, sangat kecil kemungkinan bagi siswa tersebut menjawab dengan benar soal-soal semacam itu. Di sinilah peran penting membaca untuk menentukan jawaban yang tepat. Belum lagi ada standar nilai kelulusan yang harus dicapai siswa, dan dalam hal inilah, guru bahasa Indonesia mengambil peran agar bagaimana caranya target tersebut dapat dicapai maksimal oleh semua siswa.

Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Utamanya penelitian tentang kebiasaan membaca dan hubungannya dengan pemahaman menemukan gagasan utama pada siswa SMP, dengan judul skripsi: Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Kurangnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca di kalangan siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

2. Ada banyak faktor penentu dalam hal pembentukan dan peningkatan kebiasaan membaca pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

3. Rendahnya kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014. 4. Diperlukan latihan yang berkesinambungan untuk menjadikan membaca

sebagai kebiasaan dan kebutuhan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.


(20)

5. Guru sering menjadi sasaran atas ketidakmampuan siswa dalam hal membaca, padahal orang tua siswa pun berpengaruh, khususnya pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat terbatasnya daya, biaya, dan pengetahuan penulis, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada kebiasaan membaca dan hubungannya dengan kemampuan menemukan gagasan pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

D. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi atau hubungan antara kebiasaan membaca dengan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

Tujuan khususnya yaitu memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kebiasaan membaca dan hubungannya dengan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.


(21)

F. Kegunaan Penelitian

Secara eksplisit, dapat dikemukakan beberapa kegunaan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa dalam hal membaca dan kaitannya dengan kemampuan menemukan gagasan utama, khususnya pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan medium atau alat ukur untuk mendiagnosa sebab ketidaksanggupan siswa dalam hal menemukan gagasan utama, terutama siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014, sehingga guru bahasa Indonesia dapat dengan tepat mencarikan solusi.

3. Bagi sekolah.

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi tolok ukur bagi sekolah untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam menyusun strategi pendidikan dan kurikulum sekolah, sehingga membuahkan policy yang tepat guna dan berdampak positif bagi siswa untuk ke depannya.


(22)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoretis 1. Membaca

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Karena membaca ialah suatu keterampilan berbahasa, maka cara memperolehnya pun tidak serta-merta, melainkan dibutuhkan proses. Oleh karena itulah, diperlukan suatu mekanisme tertentu agar anak yang tadinya tidak dapat membaca, menjadi bisa membaca. Mekanisme yang dimaksud ialah belajar. Melalui pembelajaran yang intensif dalam kelas atau luar kelas, maka seseorang akan dengan cepat menguasai keterampilan membaca ini.

Membaca juga merupakan sesuatu yang harus dilatih, hal tersebut karena membaca ialah suatu keterampilan yang kompleks, yang mencakup serangkaian keterampilan yang lebih kecil, seperti pengenalan terhadap aksara (huruf) serta tanda-tanda baca, hubungan aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur kebahasaan formal, dan hubungan aksara dengan makna.1

Hal tersebut sesuai dengan apa yang diutarakan Tarigan. Ia menyebutkan ada tiga komponen dalam keterampilan membaca ini, yaitu (1) pengenalan terhadap pelbagai aksara dan tanda baca, (2) korelasi aksara beserta berbagai tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.2

Keterampilan A yang dimaksud ialah suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, lengkungan-lengkungan garis, dan titik-titik yang dipola secara teratur. Sementara keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas, yaitu gambar dan pola teratur tersebut, dengan bahasa.

1

Erwan Juhara, dkk., Cendekia Berbahasa untuk Kelas X SMA (Jakarta: Setia Purna Inves, 2005), h. 54-55.

2

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1979), h. 10.


(23)

Atas dasar tersebut, guru bahasa Indonesia dituntut berpikir kreatif, sekaligus menyadari dan memahami sejak awal, bahwa membaca merupakan suatu metode atau cara yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi. Makna komunikasi di sini mencakup interaksi dengan diri sendiri, atau dengan orang lain (penulis). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.3 Hal yang dikomunikasikan itu ialah makna yang terkandung dalam lambang-lambang tertulis, baik yang bersifat tersurat atau tersirat. Lebih lanjut, HG Tarigan berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.4

Membaca dikatakan proses karena dalam kenyataannya membaca menuntut pembaca agar fokus dan memperhatikan kelompok kata yang merupakan satu kesatuan, di mana hal tersebut dilakukan dalam pandangan sekilas, dan dalam waktu yang singkat itu pembaca diharapkan mampu menangkap makna kata-kata yang dibacanya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat atau yang tersirat tidak akan tertangkap secara optimal, yang pada gilirannya membuat proses membaca menjadi tidak terlaksana dengan baik.

Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dari yang tersurat. Dengan kata lain, membaca ialah memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Oleh karena itu, makna bacaan tidak terletak pada halaman per halaman, melainkan terletak pada pikiran pembaca. Dalam pikiran pembacalah makna kata-kata itu hidup. Makna bacaan dalam pikiran pembaca juga akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda yang digunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

3

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 6.

4


(24)

2. Tujuan Membaca

Membaca bukanlah aktivitas tanpa tujuan. Tujuan utama membaca ialah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti erat kaitannya dengan maksud, tujuan kita dalam membaca.

Secara rinci, HG Tarigan menyebutkan ada tujuh tujuan dalam membaca, yaitu sebagai berikut.

a. Membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or facts). Tujuan membaca ini dilakukan ketika pembaca ingin membaca untuk menemukan dan mengetahui berbagai penemuan yang telah dilakukan oleh para penemu.

b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Disebut demikian jika dalam membaca, tujuannya untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topik yang baik atau menarik.

c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). Hal ini jika dalam membaca tujuannya untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for

inference). Membaca jenis ini jika membaca bertujuan untuk mengetahui serta menemukan apa yang para tokoh rasakan.

e. Membaca untuk mengelompokkan, mengklasifikasikan (reading for classify). Membaca seperti ini bila dalam membaca itu bertujuan untuk mengetahui dan menemukan apa-apa yang tidak biasa atau tidak wajar mengenai seorang tokoh.

f. Membaca untuk menilai, membaca untuk mengevaluasi (reading for evaluate). Disebut demikian jika dalam praktiknya, membaca dilakukan dengan tujuan untuk mencari atau menemukan apakah tokoh berhasil (hidup) dengan ukuran-ukuran tertentu.

g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading for compare or contrast). Tujuan membaca ini akan tercapai jika


(25)

dalam membaca bermaksud untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah.5

3. Hambatan Membaca

Secara umum, hambatan dalam membaca dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Hambatan intern ialah hambatam membaca yang timbul dari dalam diri pembaca itu sendiri, seperti konsentrasi dan motivasi. Sementara hambatan ekstern yaitu hambatan membaca yang berasal dari luar, seperti suara berisik, tempat yang tidak nyaman, dan penerangan yang kurang baik.6

Hambatan seperti konsentrasi memang sering dijumpai, mengingat tingkat konsentrasi pada siswa beragam dan itu biasanya dipengaruhi oleh keadaan psikologis seseorang. Semakin baik psikologisnya, biasanya seseorang akan lebih baik konsentrasinya. Sebaliknya, keadaan psikologis yang buruk akan menyebabkan mudah buyarnya konsentrasi seseorang. Konsentrasi sendiri merupakan pemusatan perhatian, pikiran, jiwa, dan fisik pada sebuah objek. Dalam hal ini, konsentrasi diartikan sebagai pemusatan pikiran atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa selama periode belajar.7

Sementara itu, hambatan membaca sering muncul juga karena faktor motivasi. Di mana, semakin rendah motivasi seseorang untuk membaca maka semakin tidak mudah bagi seseorang untuk membaca. Motivasi itu erat kaitannya dengan aktivitas mental. Artinya keadaan mental yang stabil dan tahu akan pentingnya membaca, maka aktivitas membaca bisa menjadi suatu hobi yang menyenangkan. Aka tetapi, jika keadaan mental seseorang tidak menghendakinya untuk melakukan aktivitas membaca, maka kegiatan membaca akan dilihatnya sebagai beban yang berat. Motivasi itu sendiri

5

Henry Guntur Tarigan, Ibid., h. 9-10.

6

Sugembong, Meraih Bintang di Sekolah (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), h. 88.

7

Femi Olivia, Membantu Anak Punya Ingatan Super (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h. 40.


(26)

adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.8

Motivasi itu tampak dalam dua segi yang berbeda, yaitu dilihat dari segi aktif/dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan apabila dilihat dari segi pasif/statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai peranggsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan.

Secara lebih spesifik, ada enam hambatan dalam membaca, yaitu vokalisasi (Membaca dengan bersuara), gerakan bibir, gerakan kepala, menunjuk dengan jari, regresi, dan subvokalisasi.9

a. Vokalisasi

Vokalisasi atau membaca dengan bersuara, yakni mengucapkan kata demi kata secara lengkap, bisa dengan bersuara lantang, ataupun dengan suara samara/tidak jelas (menggumam). Untuk mengetahui apakah kita mengucapkan kata-kata atau tidak, letakkan tangan di leher ketika membaca. Bila getaran terasa di jakun, itu berarti kita membaca dengan bersuara. Vokalisasi bisa diartikan juga sebagai cara orang untuk mengekspresikan perasaannya.10

b. Gerakan Bibir

Menggerakkan bibir pada saat membaca, walaupun tanpa bersuara, juga akan membuat kecepatan baca menjadi melambat empat kali dibandingkan jika membaca dengan diam/tanpa bersuara.

8

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu (Bandung: Grasindo bekerja sama dengan Imtima, 2007), h. 56.

9

Soedarso, Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: Gramedia, 2002), h. 5-8.

10


(27)

c. Gerakan Kepala

Saat masa kanak-kanak, jangkauan penglihatan kita tidak memungkinkan menguasai penampang bacaan (dari kiri hingga kanan). Karena itulah kita menggerakkan kepala dari kiri dan kanan untuk membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Saat dewasa, jangkauan penglihatan kita telah mampu menguasai penampang tersebut secara optimal, sehingga seharusnya mata saja yang bergerak.

d. Menunjuk Dengan Jari

Kebiasaan ini timbul karena saat masih belajar membaca, kita selalu menunjuk kata demi kata dengan jari, agar tak ada kata yang terlewati. Kebiasaan ini sering dipertahankan hingga dewasa, padahal sangat menghambat kecepatan baca, karena gerakan tangan lebih lambat dari pada gerakan mata.

e. Regresi

Dalam membaca, mata bergerak dari kiri ke kanan untuk menangkap kata-kata yang terletak berikutnya. Namun sering mata bergerak kembali ke belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya. Kebiasaan inilah yang disebut dengan regresi. Hal ini kebanyakan dilakukan karena merasa kurang yakin dalam memahami kata atau kalimat sebelumnya.

f. Subvokalisasi

Yakni melafalkan kata-kata dalam batin/pikiran. Kebiasaan ini juga

menghambat karena konsentrasi akan lebih terfokus pada ‘bagaimana melafalkan dengan benar’, dan bukannya ‘memahami ide’ yang terkandung

dalam kata-kata tersebut.11

4. Kebiasaan Membaca

Kebiasaan merupakan suatu sikap atau aktivitas, baik bersifat fisik atau psikis, yang telah mendarah daging pada diri seseorang. Karena sifatnya sudah mendarah daging, maka sangat sulit bagi seseorang untuk meninggalkan suatu

11

P. Tukan, Mahir Berbahasa Indonesia 3 untuk SMA kelas XII (Jakarta: Yudhistira, 2007), h. 138.


(28)

kebiasaan tertentu, kecuali jika diiringi tekad yang kuat untuk mau berubah. Terbentuknya suatu kebiasaan pada diri seseorang pun tidak terjadi dalam waktu singkat. Pembentukannya itu melalui proses-proses perkembangan tertentu yang relatif memakan banyak waktu.

Kebiasaan membaca, seperti yang dikutip dari DP Tampubolon, adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang. Dari segi masyarakat, kebiasaan membaca ialah kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat.12

Sementara itu, Dewa Ketut Sukardi berpendapat: Apabila membaca itu diwajibkan untuk mengulang berkali-kali maka akan terbentuklah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akhirnya akan menimbulkan kegemaran membaca.13

Kebiasaan membaca harus dilakukan sejak dini. Dimulai saat anak belajar mengenal huruf demi huruf, kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya dengan huruf atau kata-kata yang lain. Baik dari segi pelafalan maupun penulisannya. Anak harus membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh. Hal ini dilakukan agar diketahui apakah benar atau salah ia membaca. Selagi belajar, anak diajari membaca struktural.

Pola membaca struktural ialah dari kiri ke kanan, dan mengamati tiap kata dengan saksama pada susunan yang ada. Oleh karena itu, pada waktu membaca, anak akan melakukan kebiasaan: (a) menggerakan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca, (b) menggerakan kepala dari kiri ke kanan, dan (c) menggunakan jari atau benda lain untuk menunjuk kata demi kata.14

Secara tidak sadar, kebiasaan itu melekat hingga dewasa. Tak jarang, banyak orang kesulitan sekarang untuk mengubah pola membaca yang dulu ditanamkan sejak kecil itu. Terbukti, masih saja ada orang dewasa yang kalau

12

DP Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa, 1987), h. 229.

13

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), h. 105.

14


(29)

membaca harus menggerakan kepala dari kiri ke kanan, padahal idealnya yang bergerak ketika membaca itu bukan kepala, melainkan bola mata kita.

Untuk membantuk kebiasaan membaca yang efisien, dibutuhkan waktu yang relatif lama. Kecuali jika diiringi kemauan dan keinginan yang kuat. Namun begitu, waktu, keinginan, kemauan saja tidak cukup, diperlukan satu amunisi lain untuk mengubah kebiasaan membaca pola lama ke pola yang lebih efektif, yaitu motivasi. Motivasi harus menjadi ujung tombak dalam menggenjot kemauan dan keinginan, sehingga hasil yang optimal bisa segera direalisasikan.

Tidak sampai di situ saja, faktor lain yang tak kalah penting ialah lingkungan. Lingkungan ditengarai menjadi faktor paling dominan dalam pembentukan kebiasaan anak. Jika anak berada di lingkungan yang tidak stabil, atau terkontaminasi oleh budaya luar yang tidak baik, maka anak akan dengan mudah mengikutinya. Bila keadaannya demikian, jangankan anak untuk gemar membaca, agar anak patuh pada orang tua pun akan sulit untuk diwujudkan. Namun, bila lingkungannya kondusif, mendorong anak untuk senantiasa membaca, maka dengan perlahan tapi pasti anak akan mengikuti kebiasaan yang ada di sekitarnya.

Oleh karena itu, berbagai usaha pembentukan kebiasaan membaca pada anak hendaknya dimulai sejak ia masih masa kanak-kanak. Pada masa ini, usaha pembentukan kebiasaan membaca bukan dalam arti mengajarkan, akan tetapi lebih pada aspek peletakan fondasi minat yang baik dalam bentuk pengenalan-pengenalan huruf lewat apa yang ada di sekelilingnya dimulai sejak usia dua tahun. Pada usia ini, anak mulai dapat mempergunakan bahasa lisan, yaitu memahami yang dikatakan dan berbicara. Masa-masa awal inilah, masa emas untuk membentuk kebiasaan anak.

Usaha-usaha untuk mengarahkan anak agar gemar membaca tentu harus menjadi perhatian serius, tidak hanya pemerintah tapi juga swasta. Kita semua mempunyai tanggung jawab yang sama akan hal tersebut. Karena itu, sepantasnya kita bersama mendorong terciptanya situasi dan kondisi yang mengarahkan anak pada hal itu.


(30)

Namun, usaha-usaha tersebut tentu memiliki sasaran yang tidak sama. Bagi anak yang belum dapat membaca, tujuan utamanya ialah menumbuhkan minat membaca, juga untuk mempersiapkan kesiapan anak dalam membaca. Akan tetapi, jika anak sudah dapat membaca, maka fokus utamanya bukan lagi menumbuhkan minat baca, lebih dari itu ialah mengembangkan minat baca dan kebiasaan membaca.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar anak gemar membaca, dua di antaranya, yaitu peran orang tua dan program membaca dini.

Peran orang tua. Peran orang tua tidak diragukan lagi sebagai pembentuk kebiasaan anak. Itu didasarkan pada asumsi, bahwa pendidikan yang diterima anak untuk pertama kalinya ialah dari keluarga atau orang tuanya. Orang tua dalam mendorong perkembangan bahasa anak dapat dilakukan melalui percakapan secara langsung dengan anak. Cara mendorong perkembangan bahasa anak yaitu melalui peniruan, penyempurnaan, pengomentaran, dan responsi dorongan.

Orang tua ialah teladan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, sangat pantas kiranya orang tua memberikan teladan yang terbaik bagi anak. Khususnya dalam hal membaca. Orang tua juga jangan enggan untuk bercerita kepada anak, di samping akan menghidupkan pikiran anak, kebiasaan bercerita kepada anak juga akan membantunya dalam memperkaya pembendahara kata yang dikuasai. Hal ini secara otomatis berperan penting dalam usaha menumbuhkembangkan bahasa anak.

Ajak pula anak untuk bermain-main dengan bacaan dan tulisan untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca dan menulis dalam diri anak. Caranya ialah dengan memanfaatkan fasilitas yang sudah ada, misalnya dengan mengajak anak ke taman bermain yang ada taman bacaan untuk anak, atau mengajaknya ke toko buku kemudian membelikan buku yang disukainya, memanfaatkan televisi, atau dengan menyiapkan ruang khusus di rumah kita yang berisi berbagai alat-alat yang dibutuhkan anak untuk menulis dan membaca, semisal spidol dan buku gambar.


(31)

Pentingnya peran orang tua dalam pembentukan kebiasaan anak, bukan tanpa alasan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Komisi Plowden (1964), seperti dikutip DP Tampubolon, menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kemajuan anak di sekolah adalah tingkat perhatian orang tua pada anak di rumah. Senada dengan itu, Komisi Bullock (1975) juga menyatakan bahwa peranan orang tua sangat menentukan dalam pendidikan anak, terutama pada tingkat prasekolah dan sekolah dasar, khususnya dalam membaca dan perkembangan bahasa. Pengaruh dan peranan orang tua itu dapat dilakukan dengan cara: Mendorong perkembangan bahasa anak, menjadi teladan dalam membaca, membaca dan bercerita, bermain dengan bacaan dan tulisan, serta dengan memanfaatkan sarana-sarana yang ada di lingkungan.15

Program membaca dini. Membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram atau formal kepada anak prasekolah. Secara khusus, DP Tampubolon mengemukakan ada empat keuntungan mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar-mengajarnya, yaitu sebagai berikut.

Pertama, belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak. Kedua, situasi akrab dan informal di rumah dan di kelompok bermain atau taman kanak-kanak merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar. Ketiga, anak-anak yang berusia dini pada umunya perasa dan mudah terkesan, serta dapat diatur. Terakhir atau keempat, anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat.16

Karena pada dasarnya membaca ialah aktivitas fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, dan membaca dini merupakan usaha mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar, diperlukan adanya prinsip konkret agar usaha ke arah tersebut berhasil. Dalam hal ini, DP Tampubolon merumuskan lima prinsip pokok membaca dini. Kelima prinsip pokok tersebut ialah sebagai berikut.

15

DP Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak (Bandung: Angkasa, 1991), h. 45-61.

16


(32)

a. Materi bacaan harus terdiri dari kata-kata, frasa-frasa, dan kalimat-kalimat. Ini berarti bahwa bacaan itu harus mempunyai makna yang dapat dipahami oleh anak.

b. Membaca terutama didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan, dan bukan pada kemampuan berbicara.

c. Mengajarkan membaca bukan mengajarkan aspek-aspek linguistik, seperti tata bahasa, kosa kata, tata kalimat, makna kata, dan bunyi bahasa. Bukan pula mengajarkan logika atau cara berpikir yang tinggi yang tidak sesuai dengan cara berpikir anak. Bahan-bahan membaca dini haruslah yang berada dalam ruang lingkup kemampuan bahasa dan berpikir anak.

d. Membaca tidak harus bergantung pada pengajaran menulis. Ini berarti bahwa anak dapat diajar membaca, walau dia belum dapat menulis. e. Pengajaran membaca harus menyenangkan bagi anak.

Dari paparan tersebut, dapat kita cermati bahwa pengajaran membaca pada anak bersifat individual. Program dan metode pengajaran membaca harus disesuaikan dengan perkembangan setiap anak. Dengan demikian, pada dasarnya orang tua dan guru prasekolah dapat juga menyusun dan mengembangkan program (bahan-bahan pelajaran, khususnya pelajaran membaca dini) sendiri, juga metodenya ketika dalam mengajar, disesuaikan dengan perkembangan anak, atau anak-anak yang sedang belajar.

5. Gagasan Pokok

Gagasan secara definitif berarti hasil pemikiran, ide. Sementara yang dimaksud gagasan pokok ialah gagasan tentang sesuatu sebagai pokok atau tumpuan untuk pemikiran selanjutnya.17 Dengan demikian, gagasan pokok merupakan inti atau ide dasar paragraf yang secara struktural membawahkan gagasan yang lain. Dengan kata lain, ide pokok itu merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain dalam suatu paragraf.

17

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi III, h. 326.


(33)

Gagasan-gagasan yang terwujud dalam berbagai kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu satu sama lain saling berkesinambungan guna membentuk satu kesatuan paragraf.

Paragraf merupakan paketan gagasan yang bulat dan utuh, atau dalam bahasa Inggris, paragraf disebut juga sebagai thinking unit atau kesatuan pemikiran. Sebagai thinking unit, paragraf dapat dipolakan: Sebuah paragraf berisi satu pikiran utama dan beberapa pikiran pengembang. Pikiran-pikiran pengembang itu dapat dibedakan berdasarkan kedudukannya sebagai pikiran pendukung dan pikiran penjelas. Sebuah pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa pikiran pendukung, dan tiap pikiran pendukung akan dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas.18

Hal tersebut berimplikasi pada dituangkannya gagasan pokok itu dalam suatu paragraf. Bisa secara eksplisit atau tersurat dalam kalimat utama atau kalimat topik, bisa pula secara implisit atau tersirat. Jika tersirat, kesan gagasan pokok itu tidak ada dalam kalimat, tetapi semua kalimat dalam paragraf tersebut mendukung satu pikiran utama. Bila pikiran utama dinyatakan secara tersurat, dapat dinyatakan pada awal paragraf. Tidak harus sebagai kalimat pertama, bisa pula dituangkan dalam kalimat kedua atau kalimat ketiga, disesuaikan dengan kebutuhan atau panjang-pendeknya paragraf.

Pikiran utama yang dinyatakan pada awal paragraf dapat dinyatakan kembali dengan kata-kata lain pada akhir paragraf sebagai kalimat pengembangan. Model paragraf ini kemudian kita kenal sebagai paragraf deduktif. Pikiran utama baru dinyatakan pada akhir paragraf sebagai kesimpulan dari fakta-fakta yang sebelumnya disebutkan. Ini yang kemudian kita kenal sebagai pola pengembangan paragraf induktif.

Oleh karena itu, penting bagi pembaca untuk mengetahui ide pokok dari apa yang dibacanya, sebagai sarat agar pengetahuan dan wawasan pembaca itu berkembang. Walau begitu, keterampilan menemukan ide pokok paragraf bukanlah sesuatu yang tidak dapat dipelajari. Artinya, kita mampu

18


(34)

untuk menemukan ide pokok itu apabila kita rajin melatihnya secara teratur dan kontinu, sehingga menangkap inti bacaan atau informasi yang ada dalam bacaan itu dapat dengan tepat dan akurat kita peroleh.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian yang ada relevansinya dengan kebiasaan membaca hubungannya dengan kemampuan menemukan gagasan utama, sejauh pengamatan dan pengetahuan peneliti masih belum banyak dilakukan. Namun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang cukup relevan, khususnya mengenai kebiasaan membaca, berikut di antaranya.

Pertama, penelitian Heni Wahyuni (2012) yang berjudul Korelasi antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman. Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Siliwangi Bandung tersebut menyebut bahwa korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman sangat erat kaitannya karena sebagian besar menuntut pemahaman siswa dalam menentukan pikiran pokok, kalimat utama, alur atau flot, amanat, setting, dan lain sebagainya.

Kedua, penelitian yang sudah dilakukan oleh Evi Rahmawati (2012) dengan judul Hubungan Kebiasaan Membaca Tajuk Rencana dengan Kemampuan Menulis Argumentasi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Kota Yogyakarta yang Berkategori Sedang. Tujuan penelitian: (1) mendeskripsikan tingkat kebiasaan membaca tajuk rencana, (2) mendeskripsikan tingkat kemampuan menulis argumentasi, dan (3) menguji hubungan antara kebiasaan membaca tajuk rencana dengan kemampuan menulis argumentasi. Mahasiswi yang tercatat sudah lulus dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta tersebut menyimpulkan bahwa tajuk rencana dengan karangan argumentasi mempunyai hubungan timbal balik. Hal ini dikarenakan dalam tajuk rencana pasti terdapat argumentasi yang menjadi dasar dalam sebuah tajuk rencana.

Ketiga, penelitian yang bertajuk Hubungan Kebiasaan Membaca dan Hasil Mengarang Siswa Kelas V SD Pembangunan Jaya Bintaro Jaya


(35)

Tangerang Banten yang ditulis oleh Ani Hartati. Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya Jakarta tahun 2006 tersebut menyimpulkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kebiasaan membaca dan hasil mengarang siswa kelas V SD Pembangunan Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kebiasaan membaca siswa maka semakin tinggi hasil mengarang siswa. Semakin rendah kebiasaan membaca siswa semakin rendah pula hasil mengarang siswa.

C. Kerangka Berpikir

Hakikat kebiasaan ialah sesuatu yang dikerjakan secara terus-menerus dan pada gilirannya menjadikan hal tersebut mendarah daging. Begitu pula jika seseorang sudah menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan, maka membaca menjadi kebutuhan dasar yang mau tidak mau harus dipenuhinya. Membaca berkaitan erat dengan kegiatan berpikir, melibatkan perasaan, gagasan, dan sikap. Membaca membuat pelakunya untuk merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap dan daya pemecahan, menyusun pengalaman, menambah pengetahuan, dan meningkatkan informasi dalam diri. Membaca dengan demikian menjadi salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas pribadi menjadi lebih baik.

Gagasan utama secara sederhana dapat dikatakan sebagai inti pembicaraan dalam suatu kalimat tertentu. Gagasan utama menjadi motor penggerak dalam suatu kalimat, sehingga kalimat tersebut utuh dan dapat dimengerti maksudnya. Dari satu gagasan utama, dapat diuraikan melalui beberapa pikiran tambahan, sehingga bacaan tertentu bermanfaat bagi pembacanya.

Informasi yang tersirat atau yang tersurat dalam suatu bacaan, pada dasarnya akan mudah dimengerti oleh pembaca mahir. Sementara untuk pembaca pemula, hal tersebut dirasa sukar, mengingat informasi yang terkandung dalam setiap bacaan tidak selalu tersurat. Kadang ada di awal paragraf, kadang juga di akhir, ada pula yang tidak ada dalam kalimat tersebut alias tersirat. Di sinilah diperlukannya kebiasaan membaca.


(36)

Semakin sering orang membaca, semakin pandai pula ia dalam menangkap pesan bacaan, yang dalam hal ini berwujud gagasan utama. Begitu pula sebaliknya, semakin orang malas membaca, semakin sukar pula baginya menemukan gagasan utama dalam suatu bacaan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor psikologis, di mana ada sebuah pepatah mengatakan ala bisa karena biasa. Maksudnya, seseorang itu bisa melakukan sesuatu karena dia terbiasa. Karena sudah terbiasa itulah, timbul kepercayadirian, optimisme, dan rasa kebisaan yang tinggi, sehingga ia mampu melakukannya tanpa perlu persiapan yang panjang.

Sebagai gambaran, si A dengan mudah menangkap maksud suatu bacaan, padahal dia sendiri belum tuntas membacanya. Namun pada saat yang bersamaan, si B membaca bacaan tersebut dan ia bereskan membacanya hingga tuntas, akan tetapi dia tidak tahu maksud bacaan dari tulisan yang dibacanya barusan.

Usul punya usul, ternyata si A ialah seorang dengan predikat kutu buku di kelasnya, sehingga ia tahu di mana selah pokok pembicaraan dalam suatu ulasan tertentu. Baginya, bacaan itu ialah informasi, dan suatu informasi tersusun atas informasi pokok dan beberapa informasi tambahan sebagai penguat atau sebagai argumen tambahan. Sementara itu, si B berlatar belakang sebaliknya dari si A. Hobinya ialah bermain basket, sehari-harinya nonton televisi dan termasuk penggila gadget (mobile phone), dan sama sekali kurang tertarik terhadap hal-hal yang berbau bacaan seperti buku pelajaran, majalah, koran, dan novel. Maka, pada saat dites membaca suatu laman tertentu dari sebuah koran, dia kesulitan untuk mengemukakan apa gagasan utama dari laman koran tersebut.

Dari uraian tersebut, dapat diambil simpulan bahwa, diduga terdapat hubungan yang positif antara kebiasaan membaca dan kemampuan menemukan gagasan utama. Dengan kata lain, semakin biasa seseorang membaca, semakin mudah baginya menemukan gagasan utama pada suatu bacaan.


(37)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir, dapat disusun suatu hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yaitu ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.


(38)

24

Penelitian ini dilakukan di SMP Raudlatul Hikmah yang beralamat di Jl. Arjuna RT 001 RW 08, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan waktu penelitiannya berlangsung dari tanggal 16-18 Juli 2013, dengan rincian kegiatan sebagai berikut.

Tabel 3.1

Rencana Kegiatan Penelitian

No. Tanggal Kegiatan Aktivitas

1 1 Juli 2013

Kunjungan ke SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan dalam rangka survei lokasi dan penyerahan surat izin penelitian/observasi.

2 8 Juli 2013 Penulis mendapat izin dari sekolah untuk penelitian.

3 9 – 13 Juli 2013 Merancang alat penelitian berupa angket dan tes.

4 16 Juli 2013 Peneliti menyebar instrumen pertama brupa angket kepada siswa.

5 17 Juli 2013

Peneliti mengolah data hasil angket siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan.

6 18 Juli 2013 Peneliti menyebar instrumen penelitian kedua berupa tes kepada siswa. 7 23 – 24 Juli 2013

Pengolahan data instrumen kedua berupa tes siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan.

8 25 Juli 2013 Peneliti ke sekolah untuk meminta data tentang sekolah.

9 27 Juli 2013

Peneliti ke SMP Raudlatul Hikmah untuk menerima surat telah melakukan penelitian, sekaligus memberikan piagam ucapan terima kasih kepada kepala SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan.


(39)

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan data penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif. Data penelitian akan diwujudkan dalam bentuk angka-angka dengan statistik. Pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor yang berhubungan dengan objek penelitian dipergunakan untuk mendeskripsikan bahan kajian.1

Selain itu digunakan pendekatan korelasional untuk mencari kepastian adakah hubungan antarvariabel itu merupakan hubungan yang signifikan atau tidak. Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan dari apa yang dikerjakan sesudah kejadian.2

Dalam penjabarannya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menjelaskan data-data yang diperoleh dalam penelitian dan menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama. Mengacu pada tujuan penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian yang berbasis pada analisis korelasional. Hasil dari penelitian ini kemudian akan diinterpretasikan dengan analisis deskriptif.

Dalam penelitian ini dibahas dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu kebiasaan membaca (X) dan variable terikat yaitu kemampuan menemukan gagasan utama (Y). Hubungan antarvariabel dapat digambarkan sebagai berikut.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 82.

2

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 165.


(40)

Diagram 3.1 Desain Penelitian

3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.3 Variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas atau independent variable (X) dan variabel terikat atau

dependent variable (Y). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan yang dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain.

Sesuai dengan judul skripsi Korelasi antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama pada Siswa Kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014, maka variabel yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel bebas (X) adalah kebiasaan membaca siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014. b. Variabel terikatnya (Y) adalah kemampuan menemukan gagasan

utama siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.4 Populasi ini terdiri dari sejumlah objek yang akan diteliti dan paling sedikit mempunyai

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 126.

4


(41)

karakteristik atau sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Islam Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Sampel harus mewakili populasi atau sampel merupakan populasi dalam bentuk kecil. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini ialah siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan beberapa metode sesuai dengan data yang diungkap. Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah data mengenai kebiasaan membaca dan kemampuan menemukan gagasan utama. Dalam penelitian ini terdapat dua teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut.

1. Teknik Angket

Teknik angket digunakan untuk memperoleh data mengenai kebiasaan membaca. Metode yang digunakan adalah metode angket tertutup, artinya angket tersebut dilaksanakan secara langsung kepada yang diukur (responden) untuk diisi sesuai petunjuk atau ketentuan.

2. Teknik Tes

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan menemukan gagasan utama. Teknik tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.6

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

5

Arikunto, Ibid., h. 131.

6


(42)

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.7 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen penelitian variabel kebiasaan membaca (variabel X) dan instrumen variabel kemampuan menemukan gagasan utama (variabel Y).

1. Instrumen Tes Kebiasaan Membaca a. Definisi Konseptual

Kebiasaan dalam hal ini didefinisikan sebagai sesuatu yang biasa dikerjakan oleh seorang individu dan dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.8 Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. 9

b. Definisi Operasional

Kebiasaan membaca ialah skor jawaban siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan atas angket yang disebar kepada mereka.

c. Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Membaca

Parameter dalam tes kebiasaan membaca menggunakan angket, terdiri dari 25 pernyataan, dengan empat pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), dan TS (Tidak Setuju). Skor untuk masing-masing jawaban secara berurutan sebagai berikut: 4 (SS), 3 (S), 2 (KS), dan 1 (TS). Jika dikalkulasikan, maka nilai skor totalnya adalah 100 (4x25), dengan catatan semua jawaban ialah SS. Untuk lebih lengkapnya, perhatikan ilustrasi di bawah ini.

7

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. III, h. 160.

8

Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 129.

9


(43)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Membaca

NO PERNYATAAN SKOR TOTAL

SKOR SS S KS TS

1 Menurut saya, membaca merupakan

aktivitas yang menyenangkan. 4 3 2 1 4

2

Membaca membuat saya memperoleh kepuasan tertentu sehingga saya tidak penasaran lagi.

4 3 2 1 4

3

Membaca telah membantu saya memperoleh informasi yang saya inginkan.

4 3 2 1 4

4 Saya selalu meluangkan waktu

khusus untuk membaca. 4 3 2 1 4

5 Saya dalam sehari tidak pernah tidak

membaca. 4 3 2 1 4

6

Menurut saya, membaca lebih menyenangkan daripada menonton televisi.

4 3 2 1 4

7

Saya sering mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca.

4 3 2 1 4

8

Berlama-lama di perpustakaan sekolah lebih menyenangkan karena membuat saya lebih banyak tahu.

4 3 2 1 4

9

Jika saya senggang, saya selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku seperti novel.

4 3 2 1 4

10 Saya merasa rugi jika waktu


(44)

tanpa membaca.

11

Jika saya dihadapkan pada dua pilihan antara main play station

dengan membaca, maka saya memilih membaca.

4 3 2 1 4

12 Saya senang membaca sebelum

tidur. 4 3 2 1 4

13 Saya membaca dengan senang hati. 4 3 2 1 4

14

Jika saya belum memahami topik dalam suatu bacaan, saya memilih membacanya kembali.

4 3 2 1 4

15

Jika saya memiliki uang berlebih, hal pertama yang saya lakukan ialah membeli buku, seperti novel.

4 3 2 1 4

16 Saya senang jika ada tugas membaca

novel. 4 3 2 1 4

17 Jika saya sedang membaca, saya

enggan diganggu. 4 3 2 1 4

18

Lingkungan yang berisik sangat mengganggu konsentrasi saya dalam membaca.

4 3 2 1 4

19

Pemecahan masalah yang saya temukan dalam bacaan dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan saya.

4 3 2 1 4

20 Saya dapat mengambil manfaat dari

setiap apa yang saya baca. 4 3 2 1 4

21

Apabila saya berada di sebuah mall, tempat pertama yang saya kunjungi ialah toko buku.


(45)

22 Saya membaca untuk menambah

pengetahuan dan pengalaman. 4 3 2 1 4

23

Setelah membaca satu buku, saya tertarik untuk membaca buku yang lain dalam satu waktu.

4 3 2 1 4

24

Apabila bahan bacaan yang saya baca kurang menarik, saya cenderung tidak melanjutkan membacanya.

4 3 2 1 4

25 Saya merasa puas setelah membaca. 4 3 2 1 4

JUMLAH TOTAL SKOR 100

2. Instrumen Tes Kemampuan Menemukan Gagasan Utama a. Definisi Konseptual

Gagasan utama ialah gagasan tentang sesuatu sebagai pokok atau tumpuan untuk pemikiran selanjutnya.10 Gagasan utama merupakan gagasan inti yang menjadi tolok ukur gagasan-gagasan berikutnya. Gagasan-gagasan yang terwujud dalam berbagai kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu satu sama lain saling berkesinambungan guna membentuk satu kesatuan paragraf.

b. Definisi Operasional

Kemampuan menemukan gagasan utama ialah skor jawaban siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan atas hasil tes tentang menemukan gagasan utama berbentuk essay yang disebarkan kepada mereka, dengan standar penilaian yang sudah ditentukan.

10

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi III, h. 326.


(46)

c. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Tes kemampuan menemukan gagasan utama tak ubahnya seperti menuangkan gagasan yang lebih singkat, biasanya satu kalimat, yang mewakili gagasan-gagasan penjelas yang terdapat pada soal essay. Dengan demikian, standar penilaian mengacu pada kualitas isi dari kalimat yang dibuat, organisasi isi, ketepatan diksi, kesesuaian dengan isi, serta ejaan dan tanda baca.

Tabel 3.3

Indikator Penilaian Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

No Indikator yang Dinilai Skor

1 Baik sekali menemukan gagasan utama 25

2 Baik menemukan gagasan utama 20

3 Cukup baik menemukan gagasan utama 15 4 Kurang baik menemukan gagasan utama 10 F. Teknik Pengolahan Data

Untuk mempermudah peneliti dalam mengambil kesimpulan, maka peneliti akan memproses atau mengolah data yang sudah ada dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Editing data. Editing data pada dasarnya merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi terhadap kelengkapan data yang sudah terkumpul. Termasuk mempelajari kembali berkas-berkas yang dibutuhkan dalam proses penelitian. Kemudian data tersebut disiapkan untuk proses selanjutnya.

b. Coding data. Proses coding data atau pengkodean data dilakukan peneliti dengan cara memberikan kode-kode tertentu dalam bentuk angka untuk dapat mempermudah proses input data ke fasilitas penyimpanan, semisal hard disk pada komputer.

c. Cek kesalahan. Pengecekan-pengecekan terhadap data dan berkas sebelumnya, untuk kemudian dimasukan ke dalam komputer.


(47)

G. Teknik Analisis Data

Data akan dianalisis secara kuantitatif dan diwujudkan dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan rumus statistik. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

1. Mencari Angka Korelasi

Dalam mencari angka korelasi antara kebiasaan membaca (variabel X) dengan kemampuan menemukan gagasan utama (variabel Y) pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014, peneliti menggunakan Correlational Product Moment dengan rumus sebagai berikut.

√ } }

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah sampel

= Jumlah skor item variabel X = Jumlah skor item variabel Y

= Jumlah kuadrat skor item variabel X = Jumlah kuadrat skor item variabel Y

= Jumlah perkalian antara skor item variabel X dan variabel Y dan skor total11

Analisis Product Moment dimaksudkan untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y apakah memiliki hubungan yang sangat kuat, kuat, cukup, lemah, atau sangat lemah.

11


(48)

Setelah nilai rxy diketahui maka penulis memberikan interpretasi

terhadap angka indeks korelasi “r” product moment. Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data dengan dua cara sebagai berikut.

a. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment secara sederhana dengan menggunakan pedoman sebagai berikut.

Tabel 3.4

Pedoman Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

0,90 – 1,00

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

0,70 – 0,90

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,40 – 0,70

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,20 – 0,40

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

b. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment, dengan jalan berkorelasi pada tabel nilai “r” product moment. Apabila cara kedua ini yang digunakan, maka prosedurnya secara berturut-turut sebagai berikut.

1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (HO).

- Ha = Terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y


(49)

2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan, dengan melihat tabel “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (degree of freedom).

Df = N – nr

Keterangan:

Df = Degree of freedom N = Number of cases

nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Setelah itu hasilnya dicocokan dengan nilai koefisiensi “r” product moment,baik pada taraf signifikansi 1% maupun pada taraf signifikansi 5%.

Karena jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 siswa, jika rhitung lebih besar dari rtabel maka korelasinya dianggap signifikan. Namun jika

rhitung lebih kecil dari rtabel maka korelasinya tidak signifikan atau Ho diterima

dan Ha ditolak.

2. Mencari Analisis Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar prosentase hubungan atau kontribusi variabel X (kebiasaan membaca) dan pengaruhnya terhadap variabel Y (kemampuan menemukan gagasan utama), maka selanjutnya dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelasi (rxy) product moment yang

telah diperoleh. Koefisiensi determinasi dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD = Kontribusi variabel X terhadap variabel Y


(50)

H. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca

dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca

dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.


(51)

37

A.

Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Raudlatul Hikmah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Raudlatul Hikmah merupakan sekolah SMP swasta. Sekolah ini beralamat di Jl. Arjuna Parakan RT 001 RW 08, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Berdiri sejak tahun 2000, dengan Nomor Statistik Sekolah 202280309017, Nomor Izin Operasional 421.1/420.31665/Disdik, dan dikepalasekolahi oleh Saman, S.Pd.I.

Sejak berdirinya, SMP Raudlatul Hikmah banyak meluluskan siswa dengan rata-rata kelulusan 100%. Data tiga tahun terakhir (2010/2011, 2011/2012, 2012/2013) menunjukkan hal itu, dengan nilai rata-rata tertinggi pada tahun pelajaran 2011/2012 yaitu: Matematika 8.16, Bahasa Indonesia 8.12, Bahasa Inggris 6.51, dan IPA 7.70.

Diagram 4.1

Nilai Rata-rata UN SMP Raudlatul Hikmah

7,67 8,16

5,83 6,82

8,12

6,38 7,37

6,51

4,71 6,59

7,7

5,85

2010/2011 2011/2012 2012/2013


(52)

Sementara keadaan siswa SMP Raudlatul Hikmah, selama empat tahun terakhir ini terus merosot jumlahnya walau tidak terlalu signifikan. Data 2009/2010 menunjukkan bahwa yang bersekolah di SMP Raudlatul Hikmah sebanyak 270 siswa. Pada tahun pelajaran berikutnya, yaitu 2010/2011, siswa di SMP Raudlatul Hikmah menurun hingga lima siswa, menjadi 265. Pada tahun pelajaran selanjutnya, yaitu 2011/2012, siswa di SMP Raudlatul Hikmah hanya 260. Memasuki tahun pelajaran 2012/2013, siswa yang masuk SMP Raudlatul Hikmah makin merosok hingga berjumlah 240 saja.

Diagram 4.2

Keadaan Siswa SMP Raudlatul Hikmah

Namun demikian, prestasi yang diraih siswa SMP Raudlatul Hikmah terbilang cemerlang. Terhitung sejak tahun 2004 hingga 2013 ini, siswa SMP Raudlatul Hikmah tak sepi dari prestasi. Tahun 2004 misalnya, siswa SMP Raudlatul Hikmah menjadi Juara I Putra dalam kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan oleh MTs Al-Ihsan, Juara I Putra lagi pada tahun 2005 yang diadakan di MAN Serpong. Pernah juga Juara II Marawis pada Festival Marawis, Majelis Taklim Baiturrahman Pondok Benda. Pada tahun 2013 ini, tim kepramukaan SMP Raudlatul Hikmah menjadi Juara Umum Pinru pada

225 230 235 240 245 250 255 260 265 270 275

2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013

J um la h Sis w a Tahun Pelajaran Jumlah Siswa


(53)

kegiatan kepramukaan yang diselenggarakan di MTs Al-Mubarok, Tangerang Selatan.

B.

Deskripsi Data

Penelitian yang dilakukan di SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan menggunakan teknik pengumpulan dan pengolahan data kebiasaan membaca yakni melalui angket. Dalam hal ini, peneliti menggunakan kuisioner yang terdiri dari 25 pernyataan yang harus dijawab dengan memilih dari salah satu jawaban berikut: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju). Sedangkan untuk memperoleh data atau informasi mengenai kemampuan menemukan gagasan utama, peneliti menggunakan instrumen berupa tes menemukan gagasan utama pada paragraf yang sudah disediakan.

Berikut ini akan dideskripsikan secara rinci dan terpisah pada tiap variabel, khususnya variabel kebiasaan membaca dan variabel kemampuan menemukan gagasan utama.

1. Hasil Analisis Kebiasaan Membaca

Data kebiasaan membaca diperoleh dari hasil angket. Sampel diambil dari 30 responden siswa kelas VIIIB SMP Raudlatul Hikmah Tahun Ajaran 2012/2013. Dari jumlah sampel itu, peneliti kemudian mengumpulkan data dan melakukan pengelompokkan data tentang kebiasaan membaca. Hasil analisis kebiasaan membaca dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Hasil Kebiasaan Membaca

No. Nama Responden Hasil Kebiasaan

Membaca

1 M. H a d i t i a 68

2 S y a h d a n 70


(54)

No. Nama Responden Hasil Kebiasaan Membaca

4 Irfan Fahreza 78

5 R. A l f a r o 81

6 A l d o 76

7 Rico Febriansyah 81

8 A n d i k a 72

9 Surya Syahrul 62

10 Muhamad Fajar 76

11 I s m a y a d i 70

12 A g e n g 86

13 Husnawiyah 74

14 Virna Melania Sari 74

15 A f r i a n i 70

16 M u f l i h a 82

17 Nurfatimah 42

18 Levia Fathonah 70

19 Claudia Danilia 66

20 Yeyen Noviyanti 50

21 Dea Sagita 55

22 Nisa Novalia 40

23 M. R i z k y 87

24 Argian Fahrozi 83

25 M. R i f q i 76

26 Kevin Septian Hadi 74

27 Febby Millenia 68

28 Adam Arief 76

29 Kiki Havid 62

30 Rivai Tanjung 78


(1)

77

Langkah selanjutnya, untuk mengetahui tingkat korelasi antara kebiasaan membaca (variabel X) dengan kemampuan menemukan gagasan utama (variabel Y), maka data di atas akan diuji dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut.

√ } }

√ } }

√ } }

√ } }

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai rxy sebesar 0,500. Hal ini menunjukkan bahwa angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda positif. Ini berarti ada korelasi yang positif antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.


(2)

78

D.

Interpretasi Data

Dengan memperhatikan besarnya rxy, maka untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan atau tidak, maka rxy akan dibandingkan dengan rtabel. Namun sebelum membandingkan, terlebih dahulu akan dicari derajat bebas atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

df = N – nr = 30 – 2 = 28

Dengan df sebesar 28, maka jika dikonversi ke rtabel pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga sebesar 0,361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga sebesar 0,463. Kriteria pengajuan ialah jika rxy≥ dari rtabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika rxy≤ dari rtabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ternyata rxy yang besarnya 0,500 lebih besar dari rtabel. Karena rxy lebih besar dari rtabel, maka hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nihil ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014.

Selanjutnya, apabila hasil tersebut diinterpretasikan dengan

mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment, ternyata besarnya rxy (0,500) berada antara posisi 0,40 – 0,70 yang berarti antara kebiasaan membaca (variabel X) dan kemampuan menemukan gagasan utama (variabel Y) terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

Interpretasi tersebut dapat dilihat dengan menggunakan rumus dari Sutrisno Hadi yang dikutip Arikunto sebagai berikut.


(3)

79

Tabel 4.36

Interpretasi Nilai “r”

Besarnya

Nilai “r”

Interpretasi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau Cukup

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

Langkah berikutnya, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan variabel X terhadap variabel Y, maka harus diketahui terlebih dahulu koefisiensi yang disebut dengan koefisiensi determinan atau koefisiensi penentu (disingkat KD), dengan rumus sebagai berikut.

KD = r2 x 100% = (0,500)2 x 100% = 0,25 x 100% = 25%

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama dipengaruhi oleh kebiasaan membaca sebesar 25% sedangkan sisanya 75% ditentukan oleh faktor lain.


(4)

80

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh simpulan sebagai berikut.

Berdasarkan pada df sebesar 28 yang dikonversi ke rtabel pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga sebesar 0,361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga sebesar 0,463. Kriteria pengajuan ialah jika rxy ≥ dari rtabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika rxy ≤ dari rtabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ternyata rxy yang besarnya 0,500 lebih besar dari rtabel. Karena rxy lebih besar dari rtabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.

Berdasarkan interpretasi yang dicocokan dengan hasil perhitungan

angka indeks korelasi “r” product moment dengan besar rxy (0,500) yang besarnya terletak antara 0,40 – 0,70. Ini berarti antara kebiasaan membaca dan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014 terdapat korelasi yang sedang atau cukup signifikan, dengan kontribusi sebesar 25% sedangkan sisanya 75% ditentukan oleh faktor lain.

Ini berarti “terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa kelas VIII SMP Raudlatul Hikmah Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Raudlatul Hikmah, hubungan antara kebiasaan membaca dan kemampuan menemukan gagasan utama pada siswa ternyata sedang atau cukup signifikan. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia dapat memanfaatkan metode membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan topik gagasan utama.


(5)

81

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Cet. III.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 1992. Djohan. Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher. 2009.

Juhara, Erwan. dkk., Cendekia Berbahasa untuk Kelas X SMA. Jakarta: Setia Purna Inves. 2005.

Moeliono, Anton. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1995.

Olivia, Femi. Membantu Anak Punya Ingatan Super. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2007.

Soedarso. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia. 2002.

Sugembong. Meraih Bintang di Sekolah. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. 2006. Sukardi, Dewa Ketut. Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak. Jakarta:

Ghalia Indonesia. 1987.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.

Tampubolon, DP. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. 1987.

Tampubolon, DP. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa. 1991.

Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1979.

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 1984.


(6)

82

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 3 Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: Grasindo bekerja sama dengan Imtima. 2007.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. Edisi III.

Tukan, P. Mahir Berbahasa Indonesia 3 untuk SMA kelas XII. Jakarta: Yudhistira. 2007.

Widyamartaya, A. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius. 1990.


Dokumen yang terkait

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP RAUDLATUL HIKMAH TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 96

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PEMBERIAN TUGAS/RESITASI PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 TANGERANG SELATAN

0 20 153

KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 23 64

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 28 79

KORELASI ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X MAN BANDING AGUNG OKU SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

1 39 47

KORELASI ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X MAN BANDING AGUNG OKU SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 12 57

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEBIASAAN MEMBACA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 17 67

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS IX SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 66

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA DENGAN TEKNIK DISKUSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 55

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METROTAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 76