Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Bahan Kering

77

4.2.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Bahan Kering

Rataan nilai kecernaan bahan kering percobaan disajikan pada tabel 11 dibawah ini. Tabel 11. Rataan Nilai Kecernaan Bahan Kering Bungkil Inti Sawit, Bungkil Inti Sawit Fermentasi pada Ayam Broiler Perlakuan Ulangan Non Fermentasi Fermentasi ……………………………… 1. 58,33 68,28 2. 58,68 69,18 3. 57,26 69,09 4. 57,75 68,97 5. 57,93 68,05 6. 58,46 68,40 7. 57,14 69,69 8. 57,57 69,43 9. 57,40 68,44 10. 57,25 68,89 Jumlah 577,78 689,42 Rata-rata 57,78 a 68,94 b Nilai kecernaaan bahan kering menunjukkan berapa besar bahan kering yang dapat dicerna oleh tubuh ternak. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat adanya peningkatan nilai kecernaan bahan kering pada bungkil inti sawit yang difermentasi dibandingkan tanpa fermentasi, dengan peningka tan sekitar 19,31, yakni dari 57,78 menjadi 68,94. Setelah dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji t -student Lampiran 4., hasilny a menunjukkan perbedaan yang nyata P0.05 terhadap kecernaan bahan kering bungkil inti sawit. Meningkatnya nilai kecerna an tersebut disebabkan menurun nya kandungan serat kasar atau terdegradasinya serat kasar yang terdapat pada 78 bungkil inti sawit yang difermentasi sehingga menyebabkan kecernaan zat-zat makananan lainnya meningkat. Hal ini disebabkan karena dinding sel bungkil inti sawit yang mengalami proses fermentasi menjadi tipis dan mudah ditembus oleh getah pencernaan, sehingga proses degradasi serat kasar tersebut menjadi mudah dalam saluran pencernaan. Menurut pendapat Anggorodi 1994, semakin tinggi suatu bahan makanan yang mengandung serat kasar semakin rendah juga daya cerna bahan tersebut. Serat kasar dan BETN bahan ek strak tanpa nitrogen merupakan golongan karbohidrat yang dapat digunakan sebagai bahan makanan, tetapi mempunyai nilai kecernaan yang berbeda. Serat kasar pada ternak unggas tidak dapat dicerna, karena tidak me mpunyai mikroorganisme dalam s aluran pencernaannya. Oleh karena itu, bila serat kasar tidak tercerna pada ternak unggas secara keseluruhan dapat membawa zat-zat makanan yang dapat dicerna dari bahan-bahan makanan lain akan ditemukan kembali pada feses Wahyu, J. 1997. Sesuai dengan pernyataan Ranjhan, 1980 tinggi rendahnya kecernaan zat-zat makanan dalam bahan pakan dapat dipengaruhi oleh laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan serta kandungan zat-zat makanan yang terdapat bahan tersebut. Tingginya kecernaan bahan kering disebabkan rendahnya kandungan bahan kering yang dieksresikan kembali dalam feses dan Culli son, 1978 mengemukakan bahwa zat makanan yang terdapat di dalam feses dianggap zat makanan yang tidak tercerna dan tidak diperlukan kembali sehingga sedikit kandungan bahan kering dalam feses maka semakin tinggi nilai kecernaannya. 79

4.2.4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Bahan Organik