Prosedur Pelimpahan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Kemungkinan si pemberi menggunakan wewenang itu lagi

10 untuk menguji peraturan perundang-undangan yang mempunyai kedudukan dibawah undang-undang berada pada Mahkamh agung. Kewenangan untuk menguji tindakan dan putusan-putusan administrasi negara berada di Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN, sementara untuk perselisihan hasil perhitungan suara pemilihan kepala daerah Pilkada oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diberikan kepada Mahkamah Agung, namun kewenangan itu oleh Mahkamah Agung dapat didelegasikan kepada Pengadilan Tinggi. Apa sebenarnya hakekat dari delegasi itu dari sudut hukum administrasi? Delegasi adalah salah satu bentuk kewenangan pelimpahan. Kewenangan pelimpahan yang satunya lagi adalah mandat. Perbedaan antara delegasi dan mandat dilihat dari segi : 8

1. Prosedur Pelimpahan

- Delegasi Yakni dari suatu organ pemerintahan kepada organ lain dengan disertai peraturan perundang-undangan. - Mandat Yakni dalam hubungan rutin atasan-bawahan.

2. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

- Delegasi Yakni tanggung jawab dan tanggung gugatnya beralih pada delegataris yang diberi pelimpahan wewenang, tidak lagi berada di pihak delegan yang memberi wewenang. - Mandat 8 Nandang Alamsah Deliarnoor, Hukum Tata Pemerintahan, Bandung : P4H, Februari 2006, hlm. 114-115. 11 Yakni mandataris tidak memiliki tanggung jawab terhadap pihak luar. Sedangkan yang bertanggung jawab adalah orang yang memberi mandat mandan.

3. Kemungkinan si pemberi menggunakan wewenang itu lagi

- Delegasi Yakni tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang kepada asas “Contrarius Actus”. - Mandat Yakni setiap saat dapat menggu nakan sendiri wewenang yang dilimpahkannya itu. Selanjutnya dalam penyelesaian sengketa pilkada tidak bisa dilepaskan dari akan adanya masalah pembuktian. Yang dimaksud dengan membuktikan ialah menyatakan untuk meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. 9 Berdasarkan analisis dari beberapa kasus sengketa pilkada nampak majelis hakim menggunakan alat bukti seperti pada kasus perdata atau Peradilan Tata Usaha Negara yaitu yang diutamakan adalah Bukti Surat dan Saksi. Hal ini sesuai pula dengan Perma No. 22005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Penetapan Hasil Pilkada dan Pilwakada dari KPUD Propinsi dan KPUD KabupatenKota, dimana disebutkan hal-hal lain yang tidak diatur dalam UU ini UU Pemda, red, maka berlaku hukum acara perdata. 9 lihat Kurdiato, Sistem Pembuktian Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek, Surabaya : Usaha Nasional,1991, hal. 11. 12 Alat-alat bukti dalam perkara perdata diatur dalam Pasal 164 HIR, Pasal 284 R.Bg dan Pasal 1866 BW, sebagai berikut : 10

1. Bukti Surat.