Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Landasan Teori .1. Manajemen Keuangan

8 keempat yaitu PT. Aneka Tambang Tbk. dengan memperoleh nilai sebesar 85.87, dan untuk perusahaan yang memperoleh peringkat sangat terpecaya pada tingkat kelima yaitu PT. United Tractor Tbk. dengan nilai 85.44. Yang melatarbelakangi peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu dari hasil perolehan yang didapatkan oleh lima perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance dengan predikat sangat terpecaya, apakah tingkat kinerja keuangan perusahaan akan menjadi lebih baik. Dalam kaitan ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau Dari Perkembangan Harga Saham Sebelum dan Setelah Penerapan Good Corporate Governance” Pada Perusahaan Sangat Terpecaya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT United Tractors Tbk Menurut CGPI Award periode 2009. Kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari perkembangan harga saham sebelum dan setelah penerapan Good Corporate Governance pada lima perusahaan yang memperoleh nilai sangat terpecaya menurut survey Corporate Governance Perception Index CGPI yang dilakukan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance IICG

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disampaikan di muka, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Adakah perbedaan kinerja keuangan Perusahaan ditinjau dari perkembangan harga saham sebelum dan setelah menerapkan Good Corporate Governance ?” 9

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan yang ditinjau dari perkembangan harga saham sebelum dan setelah penerapan Good Corporate Governance pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT United Tractors Tbk.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain : 1. Manfaat bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya mengenai penerapan good corporate governance terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan dalam meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai bagi pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. 2. Manfaat bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan pengetahuan empiris kepada peneliti selanjutnya mengenai perbedaan kinerja keuangan yang ditinjau dari perkembangan harga saham sebelum dan setelah penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan sangat terpecaya menurut hasil CGPI Award tahun 2009. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu A. Penelitian I

Penelitian terdahulu yang dapat dilakukan sebagai bahan acuan dalam skripsi yaitu skripsi yang dilakukan oleh Rida Perwita Sari 2007 , mahasiswa program studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur dengan Judul skripsi “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Pada PT. Petrokimia Gresik”. Skripsi ini meneliti tentang Apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan prinsip Good Corporate Governance GCG pada PT Petrokimia Gresik?. Dari penelitian yang dilakukan oleh Rida Perwita Sari dapat disimpulkan bahwa Pengukuran kinerja keuangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep. 100 M. BUMN 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, yaitu : Return On Equity ROE , Return On Investment ROI , Cash Ratio, Current Ratio, Collection Periods CP , Perputaran Persediaan PP , Perputaran Total Assets Total Assets Turn Over TATO , dan rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset. Dari ketujuh indikator kinerja keuangan tersebut maka Tidak terdapat perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan prinsip – prinsip Good Corporate 11 Governance GCG di PT Petrokimia Gresik dengan nilai signifikan lebih besar dari 5.

B. Penelitian II

Penelitian yang dilakukan Oleh H. Sri Sulistyanto Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan Meniek S. Prapti. yang dimuat dalam jurnal dengan judul “Good Corporate Governance : Bisakah meningkatkan Kepercayaan Masyarakat?” . Penelitian ini meneliti tentang Apakah pemberian penghargaan Annual Report Award ARA secara signifikan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat?. Dari penelitian yang dilakukan oleh H. Sri Sulistyanto dan Meniek S. Prapti dapat disimpulkan bahwa adanya kepercayaan masyarakat terhadap konsep Good Corporate Governance yang melandasi. Penghargaan Annual Report Award ARA yang akan membuat perusahaan dikelola dengan lebih profesional dan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilikannya tanpa mengabaikan kepentingan stakehodersnya. 2.2 Landasan Teori 2.2.1. Manajemen Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowiz, JR 1997: 2 mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah segala aktivitas dengan beberapa tujuan menyeluruh. Oleh karena itu, fungsi pembuatan keputusan dari manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga area utama : keputusan sehubungan investasi, pendanaan, dan manajemen aktiva. 12 Pengertian manajemen keuangan menurut Warsono 2003 : 4 dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian keuangan suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian keuangan suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan didalam fungsi dari pembuatan keputusan dari manajemen keuangan tentang investasi, pendanaan, pembelanjaan, dan manajemen aktiva.

2.2.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Warsono 2003 : 5-6 mengatakan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut : 1. Memaksimalkan kekayaan pemegang saham pemilik 2. Memaksimalkan laba 3. Memaksimalkan ganjaran kompensasi bagi manajemen dapat berupa fasilitas yang diberikan kantor yang representatif, kendaraan dinas dan rumah dinas 4. Sasaran keperilakuan dapat diilustrasikan dengan adanya rencana kenaikan upah dan gaji. 5. Tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan karena perusahaan hidup di tengah masyarakat dan eksistensinya sangat bergantung pada masyarakat yang berkepentingan dengan perusahaan stakeholders . 13

2.2.1.3. Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Warsono 2003 : 7 berpendapat bahwa fungsi manajemen keuangan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari tugas dan tanggung jawab seorang manajer direktur keuangan. Tugas tanggung jawab manajer keuangan antar perusahaan mungkin berbeda. Secara umum ada tiga macam tugas dan tanggung jawab manajer keuangan : 1. Keputusan investasi investment decision . Keputusan investasi akan menghasilkan kebijakan investasi. Kebijakan investasi ini menyangkut bagaimana manajer keuangan mengalokasikan dana ke dalam bentuk – bentuk investasi yang akan mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Hasil dari kebijakan investasi, secara sederhana dapat dilihat pada sisi aktiva neraca perusahaan. 2. Keputusan pembelanjaan kegiatan usaha Financing Decision Keputusan pembelanjaan kegiatan usaha ini akan menghasilkan kebijakan sumber pembelanjaan. Dalam hal ini seorang manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber – sumber pembelanjaan yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan – kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Hasil kebijakan sumber pembelanjaan, secara sederhana dapat dilihat pada sisi pasiva neraca perusahaan. 3. Keputusan manajemen aktiva assets management decision . Jika aktiva telah diperoleh dan pembelanjaan yang tepat telah tersedia, maka aktiva –aktiva yang ada tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. 14 2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan 2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan Sejak awal didirikannya, sebuah perusahaan mempunyai visi, misi dan tujuan. Oleh karena itu setiap perusahaan akan selalu dihadapkan pada permasalahan menyangkut kinerja. Kinerja sangat penting bila dipergunakan dengat tepat, banyak keuntungan yang nyata bagi para manajemen, karyawan dan organisasi sendiri untuk mengukur kemampuan, keberhasilan, serta kegagalan mereka didalam mengelola sumber dayanya serta pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Pengertian efektif dan efisien menurut Anthony 1992 : 14 yaitu efektif diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan efisien menggambarkan berapa banyak masukan input yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit keluaran output tertentu. Sebelum memahami mengenai pengukuran kinerja secara mendetail, terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud kinerja performance . Menurut Helfert 1996 : 67 kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen yang memerlukan analisis dampak keuangan dan ekonomi. Sedangkan menurut Mulyadi 1997 : 419 pengertian kinerja perusahaan adalah penentuan secara periodik efektivitas dan efisiensi operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran standart, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak manajemen perusahaan. Dengan tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standart perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan 15 dan hasil yang diinginkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja berdasarkan pada sasaran, standart dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen dalam perusahaan. Berdasarkan pendapat – pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan adalah tingkat prestasi kerja hasil nyata yang dicapai berupa penilaian kinerja yang kadang – kadang digunakan untuk tercapainya suatu hasil dari banyaknya keputusan yang dibuat secara terus menerus yang dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyedia langsung untuk memperjelas tanggung jawab berdasarkan pada sasaran standar, kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen perusahaan yang memerlukan analisis dampak keuangan dan ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien operasioanal organisasi.

2.2.2.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui, dan dengan demikian hasil penilaian tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya Sugiyarso Winarni, 2005 . Menurut Mulyadi 2001 : 415 , penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas opersional suatu perusahaan, bagian perusahaan, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. 16 Dengan tujuan pokok adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang sudah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku tersebut dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan didalam anggaran. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi. Tetapi kinerja operasi perusahaan merupakan kinerja perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dalam rangka untuk mendapatkan laba yang sebesar – besarnya. Sedangkan menurut Kreitner Kinichi 2005 :542 , penilaian kinerja merupakan evaluasi penilaian mengenai sifat, perilaku atau pencapaian sebagai dasar untuk keputusan personal dan rencana pengembangan.

2.2.2.3. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi 2001 : 416 , penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum 2. Membantu pengembalian keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 3. Menyediakan pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. Menyediakan suatu standar dasar bagi distribusi penghargaan 17

2.2.2.4. Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan terpenting dalam melakukan penilaian kinerja adalah untuk menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai suatu organisasi mampu dicapai, sehingga mampu memenuhi kepentingan anggotanya Investor, kreditor, pemegang saham . Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam menilai kinerja keuangan yaitu efisiensi dan profitabilitas operasi serta menimbang seberapa efek pengguna sumber daya perusahaan Helfert, 1996 : 86 Penilaian perusahaan khususnya kinerja sering dilakukan untuk tujuan- tujuan tersebut di bawah ini Darmawati 2004 dan Putri 2006: 1. Untuk keperluan merger dan akuisisi. Perusahaan akan melakuakan merger penggabungan usaha atau mengakuisisi perusahaan lain, jelas memerlukan kegiatan penilaian untuk mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan 2. Untuk kepentingan restrukturisasi dan kepentingan usaha. Perusahaan yang bermasalah seringkali memerlukan penilaian untuk mengimplementasikan program pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya. 3. Untuk keperluan divestasi sebagai saham perusahaan dari mitra strategis beberapa saham harus dilepas kepada mitra baru. Contoh: privatisasi BUMN. 18 4. Untuk Initial Public Offering IPO Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa, harus dinilai dengan menggunakan penilaian yang wajar untuk ditawarkan kepada masyarakat atau public. 5. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam suatu perusahaan atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari apa yang ada di dalam neraca. 6. Memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau tambahan modal.

2.2.3. Pengertian Pasar Modal

Menurut Suad Husnan, 1993 : 1, pasar modal adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli, yang memperjualbelikan adalah modal atau dana. Secara formal, pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri yang diterbitkan oleh pemerintah, public outhorites , maupun perusahaan swasta. Sedangkan menurut Sartono 1996 : 24, pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long term financial assets. Adapun menurut Jogiyanto 1998 : 10, pasar modal adalah tempat bertemunya para pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Menurut Brigham dan Houston 2001 : 122 mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk utang jangka panjang dan saham peusahaan. 19 Menurut UU RI No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dan bursa efek bahwa : “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Sedangkan bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

2.2.3.1. Fungsi Pasar Modal

Menurut Handaru 1996 : 11 fungsi pasar modal dibedakan menjadi fungsi secara makro dan mikro. Fungsi pasar modal secara makro adalah sebagai berikut : a. Sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan investasi. b. Salah satu instrumen moneter, yaitu melalui pelaksanaan pembukaan kebijakan pasar di sektor pemerintah atau swasta. Sedangkan fungsi pasar modal secara mikro, meliputi hal – hal sebagai berikut : a. Untuk menyehatkan struktur permodalan perusahaan b. Dalam situasi tertentu, go public juga dijadikan sebagai salah satu cara menaikkan nilai perusahaan. c. Sebagai sarana bagi perusahaan untuk mewujudkan atau menunjukkan kemampuan dalam membangun kerajaan melalui merger dan akuisisi. 20 Menurut Bambang R. 1995 : 219 fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.

2.2.3.2. Efisiensi Pasar Modal

Bentuk efisiensi pasar ditentukan oleh informasi yang tersedia. Informasi yang tercermin dalam harga saham akan menentukan bentuk pasar efisiensi yang dapat dicapai. Tentu saja tingkatan efisiensi ini tidak semata – mata merupakan kinerja suatu perusahaan itu sendiri, atau kinerja lembaga keuangan, Bapepam, pemerintah ataupun kinerja lembaga lainnya. Akan tetapi efisiensi pasar merupakan kienrja keseluruhan para pelaku pasar modal yang secara bersama – sama mendukung terciptanya tingkat efisiensi pasar. Menurut Jogiyanto 1998 : 284, efisiensi pasar modal dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu : 1. Efisiensi pasar bentuk lemah Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jka harga – harga dari sekuritas tercermin secara penuh informasi di masa lalu. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga – harga dari sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa pengumuman laporan keuangan, pengumuman pembagian deviden, pengumuman produk baru, pengumuman merger dan akuisisi serta informasi yang berupa peraturan pemerintah. 21 3. Efisiensi pasar bentuk kuat Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga – harga dalam sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tesedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisiensi dalam bentuk ini, maka tidak ada investor yang dapat memperoleh keuntungan yang tidak normal karena mempunyai informasi privat. Menurut Samuel 1991: 131 menyatakan bahwa pasar modal dikatakan efisien apabila : 1. Harapan oleh para investor bersifat homogen, artinya semua investor mempunyai harapan yang sama dalam memandang pendapatan dan resiko dari suatu surat berharga. 2. Pasar cukup besar sehingga jumlah saham yang ditawarkan mencukupi semua investor 3. Fungsi utility semua investor dalam kelas yang sama, artinya para investor mempunyai sikap yang sama terhadap trade off antara resiko dan return.

2.2.4. Pengertian saham

Menurut Asril Sitompul 1996 : 180, saham adalah tanda atau bukti penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Menurut Tien Sumarni 1998 : 10, saham adalah surat berharga bersifat pemilikan atau bukti penyertaan dalam suatu perusahaan. 22

2.2.4.1. Jenis – jenis Saham

Menurut Siamat 1995 : 385, jenis – jenis saham dibedakan menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen. 1. Saham Biasa Common stock, yaitu a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. b. Memiliki hak suara c. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi 2. Saham Preferen Prefered stock, yaitu a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden b. Tidak memiliki hak suara c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. d. Memiliki hak pembayaran maksimal sebesarkan nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi. e. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.

2.2.4.2. Pengertian harga Saham

Menurut Sutrisna 2000 : 144, harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka memperoleh keuntungan dari perusahaan. 23 Menurut Widoatmojo 1996 : 43, harga saham adalah nilai penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan.

2.2.4.3. Pengertian Volume Perdagangan Saham

Menurut Hastuti 1998 : 242 volume perdagangan saham merupakan suatu fungsi peningkatan dari perubahan harga absolut dimana harga merefleksikan tingkat informasi. Sementara menurut Sudjana 1999 : 13, volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang ditransaksikan oleh para investor di bursa saham.

2.2.5. Good Corporate Governance GCG

Menurut FCGI 2001 pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Bank dunia World Bank mendefinisikan good corporate governance GCG sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah – kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber – sumber perusahaan untuk berfungsi secaea efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang 24 berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117M – MBU2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan pemangku kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai – nilai etika. Menurut The Indonesian Institute of Corporate Governance IICG tahun 2000 mendefinisikan Good Corporate Governance adalah Suatu proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama untuk meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap mempertahankan kepentingan stakeholders yang lain. Good Corporate Goveranance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value added untuk semua stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu YPPMI SC, 2002 : 1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar akurat dan tepat pada waktunya. 2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan disclosure secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders. 25 Good Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan – urusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain Malaysian finance Committee on Corporate Governance February 1999 . Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, GCG secara singkat dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptkan nilai tambah value added bagi para pemangku kepentingan. Hal ini dsebabkan karena GCG dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan, dan profesional BTP. Implementasi prinsip – prinsip GCG secara konsisten di perusahaan akan menarik minat para investor, baik domestik maupun asing.

2.2.5.1. Prinsip – prinsip Good Corporate Governance

Prinsip – prinsip GCG yang dikembangkan oleh OECDOrganization for Economic Co- operation and Development pada bulan april 1998 mencakup 5 lima hal berikut ini : 1. Perlindungan terhadap hak – hak pemegang saham the right off shareholders. Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hak – hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas. Hak – hak tersebut mencakup hak dasar pemegang saham, yaitu : 26 1. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran kepemilikan 2. Hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan kepemilikan saham 3. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur 4. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS 5. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi 6. Hak untuk memperoleh pembagian laba profit perusahaan 2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham the equitable treatment of shareholders . Kerangka yang dibangun dalam corporate governance haruslah menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang dalam insider trading dan transaksi dengan diri sendiri self dealing . Prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika menemukan transaksi – transaksi yang mengandung benturan atau konflik kepentingan conflict of interest . 3. Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan the role of stakeholders . Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak – hak pemangku kepentingan sebagaimana ditentukan oleh undang – undang dan mendorong kerjasama yang aktif antara 27 perusahaan dengan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan, serta kesinambungan usaha going concern . 4. Pengungkapan dan transparansi disclosure and transparency . Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin adanya pengungkapan yang teapat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. Informasi yang diungkap harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan untuk meminta auditor eksternak kantor akuntan publik melakukan audit yang bersifat independent atas laporan keuangan. 5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi the responsibilities of the board . Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap manajemen oleh dewan komisaris, dan pertanggungjawaban dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini kewenangan – kewenangan serta kewajiban – kewajiban profesional dewan komisaris kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Prinsip – prinsip GCG sesuai Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117M-MBU2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan good corporate governance GCG sebagai berikut : 28 1. Transparansi transparency Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan. 2. Pengungkapan disclosure Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, baik diminta maupun tidak diminta maupun, mengenai hal – hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan resiko usaha perusahaan. 3. Kemandirian independent Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa konflik kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat 4. Akuntabilitas Accountability Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan ekonomis. 5. Pertanggungjawaban responsibility Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat. 6. Kewajaran fairness Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak – hak pemangku kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 29 Ensensi dari Corporate Governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku. Penyusunan prinsip – prinsip Good Corporate Governance dikelompokkan dalam 5 lima hal, yaitu : 1. Perlindungan atas hak – hak pemegang saham 2. Perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham 3. Peranan stakeholders dalam Corporate Governance 4. Keterbukaan dan Transparansi 5. Akuntabilitas Direksi dan Komisaris

2.2.5.2. Tujuan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance

Penerapan prinsip Good Corporate Governance mempunyai tujuan berikut Petrokimia, 2005 : 1. Good Corporate Governance dapat memaksimalkan nilai bagi seluruh stakeholders. 2. Good Corporate Governance dapat membantu dalam pengelolaan perusahaan yang lebih profesional, transparansi dan efektif. 3. Good Corporate Governance dapat memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ perusahaan. 4. Para stakeholder perusahaan harus bertindak dilandasi moral yang tinggi, patuh pada peraturan dan kesadaran akan tanggung jawab sosial. 30 5. Good Corporate Governance dapat meningkatkan kontribusi dalam perekonomian nasional. 6. Good Corporate Governance dapat meningkatkan iklim investasi.

2.2.5.3. Manfaat Good Corporate Governance

Adanya beberapa manfaat dari penerapan prinsip Good Corporate Governance bagi korporasi, yaitu : 1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing 2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah debtcapital 3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan. 4. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka panjang. 5. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder dan stakeholder terhadap perusahaan 6. Meningkatkan kontribusi BUMN terhadap penerimaan Negara dalam bentuk pajak dan deviden, serta meningkatkan kesejahteraan karyawan. 7. Melindungi Direksi Komisaris Dewan Pengawas dari tuntutan hukum dan melindungi dari intervensi politisi serta usaha – usaha campur tangan di luar mekanisme korporasi. 8. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan dan strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan. 31

2.2.5.4. Konsep good corporate governance GCG

Implementasi prinsip – prinsip GCG menyangkut pengembangan dua aspek yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu perangkat keras hardware dan perangkat lunak software . Hardware yang lebih bersifat teknis mencakup pembentukan atau perubahan struktur dan sistem organisasi. Sedangkan, software yang lebih bersifat psikososial mencakup perubahan paradigma, visi, misi, nilai value , sikap attitude , dan etika keperilakuan behavioral ethics . Dalam praktik nyata di dunia bisnis, sebagian besar perusahaan ternyata lebih menekankan pada aspek hardware, seperti penyusunan sistem dan prosedur serta pembentukan struktur organisasi Arif, 2009 . Menurut Gede Raka, salah seorang panel ahli dari indonesian Institute for Corporate Governance IICG , menyatakan dalam GCG tersirat secara implisit bahwa sebuah perusahaan bukanlah mesin pencetak keuntungan bagi pemiliknya, melainkan sebuah entitas untuk menciptakan nilai bagi semua pihak yang berkepentingan. Perusahaan juga bukan hanya mesin yang mengubah input menjadi output , melainkan sebuah lembaga kemanusiaan human instiution , sebuah masyarakat yang punya nilai, cita – cita, jati diri, dan tanggung jawab sosial. Konsep GCG mencerminkan pentingnya sikap berbagi sharing , peduli caring dan melestarikan. Semua hal itu menyangkut aspek kejiwaan GCG. Perubahan menuju praktik GCG yang lebih baik harus mencakup perubahan pada dimensi teknis sistem dan strutur dan aspek psikososial paradigma, visi dan nilai – nilai organisasi. Dalam perubahan dimensi psikososial perusahaan, peran kepemimpinan sangat penting. Kepemimpinan dalam hal ini berperan besar dalam 32 menumbuhkan aspirasi, menanamkan nilai, serta menumbuhkan idealisme dan kesadaran akan tujuan para anggota perusahaan. Model dan sistem yang akan digunakan oleh sebuah korporasi, perangkat tata kelola governance dari suatu organisasi sebagai sistem yang terbuka open system terdiri atas struktur tata kelola governance structure , mekanisme tata kelola governance mechanism , dan prinsip – prinsip tata kelola governance principles . Ketiga perangkat ini berjalan sebagai suatu kesatuan dalam bentuk sistem tata kelola yang berinteraksi dengan lingkungan internal dan eksternal organisasi organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektifitas perangkat tata kelola ini dinilai dari seberapa jauh sistem dimaksud mampu memberikan hasil tata kelola governance outcomes yang diharapkan Syakhroza, 2005.

2.2.5.5. Implementasi Prinsip Good Corporate Governance dalam Organisasi

Pada dasarnya tidak ada pola yang baku dan berlaku seragam dalam pengembangan dan pengimplementasian Good Corporate Governance di setiap organisasi korporasi, kondisi, dan struktur dan budaya masing – masing organisasi yang bervariasi berpengaruh kepada pola pengembangan Good Corporate Governance untuk masing – masing korporasi. Dalam pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance di korporasi adalah penting bagi korporasi untuk melakukan tahapan – tahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi korporasi, dan tingkat kesiapannya, 33 sehingga Good Corporate Governance dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam korporasi. Pada umumnya perusahaan – perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan Good Corporate Governance menggunakan tahapan – tahapan sebagai berikut Daniri, 2005 : 1. Tahap Persiapan Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama, yaitu : i. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting Good Corporate Governance dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independent dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok. ii. Good Corporate Governance Assesment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan Good Corporate Governance saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik level penerapan Good Corporate Governance GCG dan untuk mengidentifikasikan langkah – langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan Good Corporate Governance GCG secara efektif. Dengan kata lain Good Corporate Governance Assesment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek – aspek apa yang perlu 34 mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah – langkah apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya. iii. Good Corporate Governance manual building, adalah langkah berikut setelah Good Corporate Governance Assesment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi Good Corporate Governance GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independent dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ – organ perusahaan dan manual untuk perusahaan mencakup berbagai aspek, seperti:  Kebijakan Good Corporate Governance GCG perusahaan.  Pedoman Good Corporate Governance GCG bagi organ – organ perusahaan.  Pedoman perilaku  Audit commite charter  Kebijakan disclosure dan transparansi  Kebijakan dan kerangka manajemen resiko  Roadmap implementasi 2. Tahap Implementasi Setelah perusahaan mempunyai Good Corporate Governance GCG manual , langkah selanjutnya adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama, yakni : 35 i. Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan Good Corporate Governance. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk itu, langsung berada dibawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai Good Corporate Governance champion di perusahaan. ii. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan change management guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG. iii. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya – upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar – benar tercermin dalam seluruh aktifitas perusahaan. 36 3. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independent yang menyangkut remunerasi dan kompensasi serta sistem pensiun. Kriteria seleksi dan proses penunjukan yang transparan dan terencana bagi Komisaris Dewan Perencana dan Direksi akan mengimplementasikan. Hal ini termasuk dan merupakan perbaikan terhadap Uji Kelayakan dan Kepatutan calon Direksi yang sudah ditetapkan BUMN saat ini. Surat Penunjukan bagi Komisari Dewan Pengawas dan direksi yang baru akan dibuat, yang secara formal akan menjelaskan antara lain tugas, tanggung jawab serta harapan – harapan pemerintah, Program Pengenalan Orientasi untuk Komisaris Dewan Pengawas Direksi segera dapat memberikan kontribusinya kepada perusahaan.

2.2.5.6. Sistem Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance

Penilaian terhadap pelaksanaan good corporate governance di Indonesia dilakukan oleh lembaga independen yaitu: Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI. Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh pihak manajemen perusahaan. Aspek yang dinilai meliputi Hak-hak Pemegang Saham, Kebijakan Corporate Governance, Praktek-praktek Corporate Gover-nance, Pengungkapan, dan Fungsi Audit. Penentuan skor pelaksanaan 37 dilakukan melalui metode rata-rata tertimbang, dengan bobot masing-masing aspek sebagai berikut: 1. Hak-hak Pemegang Saham 20. Dalam Hak-hak Pemegang Saham, penilaian dilakukan terhadap apakah perusahaan telah: i. Melaksanakan RUPS tahunan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah akhir tahun buku sesuai dengan pasal 65 ayat 2 Undang-undang Perseroan Terbatas. ii. Menyampaikan kepada Pemegang Saham pemberitahuan mengenai RUPS tahunan minimal 28 hari sebelum pelaksanaan RUPS tersebut. iii. Memberikan dorongan kepada para Pemegang Saham untuk menghadiri RUPS dan menggunakan hak suara-nya. iv. Memberikan kesempatan yang memadai bagi Pemegang Saham untuk mengajukan pertanyaan pada RUPS. Selanjutnya diberikan penilaian, misalnya nilai 5 untuk setiap jawaban ya dan 0 untuk tiap jawaban tidak. Jadi misalkan dari 10 pertanyaan di bidang Hak-hak Pemegang Saham tersebut peru-sahaan menjawab ya sebanyak 6 kali dan menjawab tidak seba-nyak 4 kali maka dalam bidang tersebut perusahaan akan memperoleh skor: 6 x 5 + 4 x 0 = 30 dari nilai maksimum 50 atau 10 x 5 2. Kebijakan Corporate Governance 15. Bidang Kebijakan Good Corporate Governance, perusahaan dapat menilai sendiri apakah pihaknya telah: 38 i. Memiliki Kode atau Pedoman Good Corporate Governance secara tertulis, yang secara jelas menjabar-kan hak-hak Pemegang Saham, tugas dan tanggung jawab Direksi dan Komisaris. ii. Menyediakan akses bagi masyarakat untuk mengetahui kebijakan perusahaan mengenai investor. iii. Menentukan organisasiorang yang bertanggung jawab misalnya Komisaris untuk memastikan bahwa perusahaan mentaati kode Good Corporate Governance. iv. Memiliki Code of ConductEthics bagi karyawannya. v. Aturan perilaku tersebut dikomunikasikan dan diimplementasikan dengan baik. 3. Praktek-praktek Corporate Governance 30. Dalam bidang Praktek Good Corporate Governance, dapat diteliti apakah di dalam perusahaan: i. Direksi mengadakan pertemuan berkala secara teratur dengan Komisaris. ii. Terdapat rencana strategis dan rencana usaha yang memberikan arahan bagi Direksi dan Komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya. iii. Direksi dan Komisaris mendapatkan pelatihan atau mempunyai latar belakang yang memadai untuk menun-jang pelaksanaan pekerjaaanya. iv. Para anggota Komisaris maupun Direksi telah bebas dari benturan kepentingan conflict of interests. v. Ada sistem penilaian kinerja untuk Direksi maupun Komisaris. 39 4. Pengungkapan Disclosure 20 Sementara itu dalam bidang Pengungkapan Disclosure, dapat dinilai apakah perusahaan telah: i. Menyediakan akses yang sama bagi Pemegang Saham dan analis keuangan. ii. Memberikan penjelasan yang memadai mengenai risiko usaha. iii. Mengungkapkan remunerasikompensasi Direksi dan Komi-saris secara memadai. iv. Mengungkapkan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. v. Menyajikan hasil kinerja keuangannya dan analisa mana-jemen melalui internet. 5. Fungsi Audit 15. Dalam bidang Audit, dapat dinilai apakah perusahaan telah: i. Mempunyai internal audit yang efektif. ii. Diaudit oleh akuntan publik yang independen. iii. Memiliki komite audit yang efektif. iv. Menciptakan komunikasi yang efektif antara internal audit, external audit dan komite audit. Selanjutnya, seperti halnya pada bidang hak pemegang saham, pada bidang- bidang lainnya pun diberikan skor misalnya untuk setiap jawaban ya diberikan nilai 5 sedangkan untuk setiap jawaban tidakdiberikan nilai 0. Dari hasil pemberian skor tersebut, misalnya didapat skor untuk: 40 i. Hak-hak Pemegang Saham = 30 dari nilai maks 50. ii. Kebijakan Corporate Governance = 45 dari nilai maks 60. iii. Praktik-praktik Corporate Governance = 60 dari nilai maks 80. iv. Pengungkapan Disclosure = 25 dari nilai maks 40 dan v. Audit = 30 dari nilai maks 40. Selanjutnya untuk menentukan skor keseluruhan digunakan metode rata-rata tertimbang dengan pembobotan seperti dijelaskan di awal tulisan ini. Dengan demikian skor keseluruhan untuk perusahaan tersebut adalah: {3050 x 20 + 4560 x 15 + 6080 x 30 + 2540 x 20 + 3040 x 15}=69.5 atau skor 69.5 dari skor tertinggi 100.

2.2.5.7. Teori Keagenan Agency Theory

Teori keagenan Agency Theory merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang prinsipal yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang agency yaitu manager, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. Jurnal - online Perbedaan kepentingan ekonomis bisa disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya kesenjangan informasi antara pemegang saham Stake holders dan organisasi. Adanya perbedaan kepentingan ini masing – masing pihak berusaha memperbesar keuntungan diri sendiri. Investor menginginkan pengembalian investasi yang sebesar – besarnya dan secepatnya yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan deviden dari tiap saham yang dimiliki. Manager menginginkan 41 kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi bonus insentif rumenerasi yaang memadai dan sebesar – besarnya atas kinerjanya. Investor menilai prestasi manager berdasarkan kemampuan memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden , maka managerial dianggap berhasil baik sehingga layak mendapatkan insentif yang tinggi. Sebaliknya manager juga memenuhi tuntutan investor agar mendapatkan kpmpensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka managerial dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan agar seolah – olah target tercapai. Hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan. Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agenci, yaitu : 1. Kontrol pemegang saham kepada manager 2. Biaya yang menyertai hubungan agency 3. Menghindari dan meminimalisasi biaya agency

2.6. Diagram Kerangka Berfikir