Rukun Shadaqah Tatacara Bershadaqah Manfaat orang yang bersadaqah

BAHAN AJAR FIQIH 82 KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN AGAMA PROPINSI JAWA TENGAH - 63 - Oleh karena itu dalam bersedekah diperlukan kesadaran yang tinggi. Kesadaran yang tinggi itu hanya akan tumbuh pada diri seorang yang takwa terhadap Allah SWT. serta mempunyai perasaan perikemanusiaan yang tinggi. Bershadaqah dapat dilaksanakan dalam beragai bentuk, bahkan menahan diri dari berbuat buruk kepada orang lain termasuk shadaqah. Bentuk paling sederhana adalah tersenyum kepada sesama manusia untuk menghormatinya. ٌةَ َ َص َ َل َ ْيِحَا ِْ َ ْنِم ُم َبَ َ ُ راخبلا ا ر َ Artinya : ”Memberikan senyman kepada saudaramu termasuk shadaqah”. HR. Bukhari Kenapa kita harus, bershadaqah, karena shadaqah merupakan tabungan hidup di akherat kelas. Hadits nabi : َباَمْلا ُرا لا ُ ِفْطُي اَمَك َةَْيِطَْْا ُ َفْطُ ُةَ َ لَا ُ ام نبا ا ر َ Artinya : ”Shadaqah itu menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api”. HR. Ibnu Majah

2. Rukun Shadaqah

a.Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk mentasarrufkanmembelanjakannya. b.Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak sah memberi kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya karena tidak berhak memiliki sesuatu. c.Ijab dan Qabul. Ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi, sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima pemberian. d.barang yang diberikan.

3. Tatacara Bershadaqah

Tatacara bershadaqah adalah dengan memberikan harta yang dimiliki, baik berupa uang, makanan, pakaian, rumah, kendaraan dan lain-lainnya kepada orang lain atau pihak lain dengan tujuan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Shadaqah dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja, terutama kepada orang-orang yang memerlukan bantuan seperti golongan fakir dan miskin.

4. Manfaat orang yang bersadaqah

Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa manfaat orang yang bersadaqah, antara lain : a. dapat membantu meringankan beban orang lain; b. dapat menumbuhkan rasa kasih sayang antara sesama; c. dapat merasakan penderitaan orang lain; d .mempererat silaturahmi; e .dilapangkan rezekinya dan dimudahkan segala urusannya. BAHAN AJAR FIQIH 82 KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN AGAMA PROPINSI JAWA TENGAH - 64 - B.HIBAH 1.Pengertian dan Dasar Hukum Hibah HibaH dalam bahasa Arab sering disebut dengan َ رَ بَ yang artinya berderma. Menurut istilah, hibah adalah pemberian harta seseorang kepada orang lain dengan alih kepemilikan tanpa ada imbalan dan balasan apapun. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memberikan hibah dari apa-apa yang mereka senangi. Firman Allah : َِِ َْ ِ ِا لاَ َلْيِب لا َنْباَ َْ ِكاَ َمْلاَ ىَمَتَيْلاَ ََْرُقْلا ِ ّذ ٍِبُح ىَ َع َلاَمْلا ىَ اَبَ َةْوَك لا ىَ اَبَ َةوَ لا َماَ ِإ ِباَ رلا ُ ةرقبلا : 177 َ Artinya : ”... dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zaka t....”. QS. al-Baqarah : 177 Hadits Nabi : َلَا ِ ْ ُْ َا ِ َع ِنْب ِ ِلاَ ْنَع : ْنَم ُلْوُقَ ي َم َسَ ِْيَ َع ُها ى َص ِها َلْوُسَر ُتْ ََِ ٌ ْزِر َوُ اََِإَف ُدَرُ ي َاَ ُْ َ بْقَ يْ َ ف ٍسْفَ ن ٍفاَرْشِإ َاَ ٍةَلَأْ َم َِْْغ ْنِم ِْيِ َأ ْنَع ٌفْ ُرْ َم َُغَ َ ب ِْيَلِإ لَ َ َع ِها َُ اَس ُ ما ا ر َ . Artinya : “Dari Khalid bin `Adi al-Juhni berkata, Rasulullah SAW bersabda : barang siapa kebaikan dari saudaranya yang tidak diaminta dan tidak berlebihan, maka terimalah dan janganlah ditolak. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan rizkidari Allah kepadanya. HR. Ahmad Suatu pemberian disebut hibah apabila pemberian kepada orang lain tersebut didasarkan atas kasih sayang dan perasaan iba belas kasihan. Hibah dapat dianggap sah bila pemberian itu sudah mengalami proses serah terima. Jika hibah itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima, itu belum termasuk hibah. Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka penghibah tidak boleh meminta kembali kecuali yang memberi itu orang tuanya sendiri. Hadits Nabi : ْنَع ِا ِسابَع ِنْبِاَ َرَمُع ِنْب ْ نَا َلاَ َم َسَ ِْيَ َع ُها ى َص ِِ لا : ُُ ًةيِطَع يِطْ ُ ي ٍلُ َرِل لََِ َا َُ َلَ يِطْ ُ ي اَمْيِف ُ ِلاَوْلا اِإ اَ ْ يِف ُعِ ْرَ ي ُ با لا ا ر َ Artinya : BAHAN AJAR FIQIH 82 KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN AGAMA PROPINSI JAWA TENGAH - 65 - Dari Ibnu `Umar dan Ibnu `Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda : Tidak dihalalkah bagi seseorang yang memberikan suatu barang kemudian memintanya kembali barangnya kecuali orang tua yang memberikan sesuatu kepada anaknya. HR. an-Nasa`i ْنَع ِا َلاَ َم َسَ ِْيَ َع ُها ى َص ِها ِلْوُسَر ْنَع ِساَبَع ِنْب : ُُ ُبِيْقَ ي ِبْ َكلاَك ِِتبِ ِِ ُ ِاَ ْلا ِِتْيَ ِِ ُدْوُ َ ي ُ م م ا ر َ Artinya : Dari Ibnu `Abbas, Rasulull ah SAW bersabda : “Orang-orang yang menarik kembali hibahnya adalah seperti anjing muntah, kemudi an memakan kembali muntahannya”. HR. Muslim Pada dasarnya, hukum asal memberikan hibah hukumnya mubah boleh. Tetapi hukum tersebut dapat berubah sebagai berikut : a wajib, yaitu hibah yang diberikan kepada istri maupun anak hukumnya wajib sesuai dengan kemampuan. b Haram, yaitu apabila harta yang dihibahkan ditarik kembali, kecuali hibah seorang ayah kepada anaknya. c.Makruh, yaitu hibah menjadi makruh apabila dalam menghibahkan tersebut terkandung maksud untuk memperoleh imbalan tertentu.

2. Rukun dan syarat hibah