19
perceraian. Secara psikologis, perilaku seksual berisiko ini juga akan menyebabkan remaja, khususnya remaja perempuan, kemudian mengalami
kebingungan yang seringkali disertai adanya rasa bersalah yang mendalam dan membenci diri sendiri, sehingga banyak remaja perempuan tidak lagi
menghargai dirinya serta cenderung tidak mempedulikan dirinya lagi.
C. Komunikasi yang Efektif antara Orang Tua dan Remaja
1. Definisi Komunikasi yang Efektif antara Orang Tua dan Remaja
Komunikasi bukan
semata-mata sebagai
sebuah ilmu
pengetahuan, namun juga merupakan sebuah seni dalam bergaul. Manusia tidak saja dituntut untuk memahami proses komunikasi, akan
tetapi manusia juga harus mampu menerapkannya secara kreatif dalam pergaulan sehari-hari Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012. Komunikasi
atau communication berasal dari kata Latin communicatio merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada
komunikan yang akan terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan Effendy, 2007.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dipaparkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Tim Penyusun, 1997. Menurut Supratiknya 1995,
komunikasi merupakan pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain untuk mempengaruhi tingkah laku penerimanya. Hal ini sejalan
20
dengan Hovland dalam Effendy, 2007 yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses mengubah perilaku orang lain
communication is the process to modify the behavior of other individuals. Supratiknya 1995 menambahkan dalam setiap bentuk
komunikasi, terdapat setidaknya dua orang yang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna.
Dari sudut pandang ilmu psikologi, komunikasi merupakan proses penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, sistem
atau organisme dengan tujuan memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi Rakhmat, 2008.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan pertukaran pesan atau informasi dari satu orang ke orang
yang lain. Pertukaran pesan atau informasi ini kemudian dilanjutkan dengan pemahaman isi pesan, sehingga memberikan pengaruh pada
perilaku manusia. Komunikasi akan dinilai efektif apabila orang lain memahami ide
dan gagasan yang dimaksudkan pengirim pesan Gunarsa, 2002. Komunikasi yang efektif akan tercipta apabila kedua belah pihak saling
dekat, saling menyukai, serta ada kesediaan untuk terbuka, sehingga komunikasi antara orang tua dan remaja menjadi hal yang menyenangkan
Ariesandi, 2011. Intensitas komunikasi yang dangkal dalam keluarga tidak disertai kejujuran, keterbukaan, percaya, tidak memberikan
dukungan dan hanya sekedar saling bertukar informasi, tidak saling
21
membuka diri antara orang tua dan remaja. Hal ini menyebabkan remaja kurang dapat bertanggungjawab terhadap dirinya Olson, 1992. Gunadi
2010 memaparkan pula bahwa komunikasi orang tua dengan remaja juga merupakan pengisi kebutuhan remaja yang hakiki akan interaksi.
Tanpa komunikasi yang efektif ini, remaja akan tumbuh dalam kehampaan dan mudah mengalami stress.
Kebanyakan fungsi mengenai sistem dalam keluarga merupakan hasil dari komunikasi Budyatna dan Ganiem, 2011. Verderber,
Verderber, dan
Berryman-Fink 2007
mengemukakan bahwa
komunikasi antara orang tua dan anak berkontribusi dalam pembentukan konsep diri anak. Demo dalam Budyatna dan Ganiem, 2011 serta
Ruben dan Stewart 2013 menambahkan bahwa identitas diri yang terdiri atas diri dan konsep diri dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan atau
diubah oleh komunikasi dari para anggota keluarga, khususnya orang tua dan anak.
Melalui komunikasi yang efektif, orang tua maupun anak dapat saling memberikan pengakuan dan dukungan yang akan menumbuhkan
rasa diri berarti dan membantu dalam mengatasi masa-masa sulit yang dihadapi Verderber, Verderber, dan Berryman-Fink 2007. Komunikasi
yang efektif antara orang tua dan anak juga menyebabkan individu di dalamnya menganut nilai, pendapat, pilihan, serta harapan yang sama.
Bahkan komunikasi yang efektif ini memberikan pengaruh terhadap pendapat, sikap, dan tindakan Gunarsa, 2002; Rakhmat, 2008.
22
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja merupakan proses pertukaran pesan
atau informasi dari orang tua ke remaja, dan sebaliknya, di mana kedua belah pihak memahami ide dan gagasan yang dimaksudkan, sehingga
mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan.
2. Jenis Komunikasi antara Orang Tua dan Remaja
Menurut Maccoby dan Martin dalam Berk, 2000, komunikasi antara orang tua dan anak terkandung pula dalam pola asuh anak.
Komunikasi ini dikelompokkan menjadi 3 bentuk sebagai berikut. a.
Komunikasi terbuka Dalam komunikasi terbuka antara orang tua dan anak,
orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk berdiskusi dengan orang tua, sehingga orang tua tidak hanya memberikan
tuntutan pada anak. b.
Komunikasi oleh satu pihak Orang tua tidak memberikan kesempatan pada anak untuk
mengemukakan pendapat yang dimilikinya, sehingga dalam bentuk komunikasi ini orang tua hanya memberikan tuntutan
kepada anak. c.
Tidak ada komunikasi Tidak ada komunikasi hampir serupa dengan bentuk
komunikasi oleh satu pihak. Akan tetapi dalam kategori ini, orang
23
tua sama sekali tidak memberikan tuntutan ataupun kontrol dan orang tua juga tidak memberi kesempatan pada anak untuk
berdiskusi dengan mereka. Koerner dan Fitzpatrick dalam Ruben dan Stewart, 2013
menguraikan bahwa beberapa keluarga memperlihatkan orientasi percakapan dengan menciptakan suasana yang di dalamnya semua
anggota keluarga ini didorong untuk menyuarakan pendapat tentang berbagai topik. Beberapa keluarga yang lain menunjukkan orientasi
konformitas dengan menciptakan iklim komunikasi dengan nilai, sikap, dan keyakinan yang seragam.
3. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi yang Efektif antara Orang Tua
dan Remaja a.
Kepercayaan antara kedua belah pihak Kepercayaan akan muncul apabila orang tua dan remaja
menyadari bahwa kedua belah pihak tidak akan dirugikan dan dikhianati, sehingga hal ini mendorong keduanya untuk saling
membuka diri Gunarsa, 2002. Kepercayaan ini juga dapat meningkatkan daya perubahan sikap. Kepercayaan mencerminkan
bahwa pesan yang diterima dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris Effendy, 1981.
24
b. Adanya daya tarik
Daya tarik yang dimiliki orang tua dan remaja untuk terlibat dalam
proses komunikasi
akan mempengaruhi
efektivitas komunikasi. Daya tarik ini akan tercipta apabila kedua belah pihak
merasakan adanya kesamaan, khususnya kesamaan ideologi, antara kedua pihak Effendy, 1981.
c. Pengalaman orang tua ketika menjadi anak
Pengalaman orang
tua ketika
menjadi anak,
akan mempengaruhi cara orang tua pula dalam memperlakukan anaknya.
Pada saat orang tua menjadi anak, tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, maka ketika orang
tua ini memiliki anak, ia akan cenderung melakukan hal yang sama Djamarah, 2004; Ruben dan Stewart, 2013.
d. Citra diri
Manusia menciptakan citra diri yang dimilikinya melalui proses interaksi dengan orang lain, khususnya orang yang dinilai
penting bagi dirinya. Keberhasilan dalam menjalin komunikasi yang efektif tergantung pada kualitas citra diri yang dimiliki. Apabila citra
diri yang dimiliki positif, maka kedua belah pihak akan lebih terbuka dan menghargai adanya perbedaan Lunandi, 1987; Rakhmat, 2008.
e. Citra pihak lain
Citra pihak lain merupakan gambaran yang dimiliki orang tua tentang remaja, atau pun sebaliknya, yang terlibat dalam komunikasi.
25
Citra pihak lain ini juga akan menentukan cara dan kemampuan dalam berkomunikasi. Sebagai contoh, orang tua yang mempunyai
citra bahwa anaknya adalah anak tidak memiliki pengetahuan yang cukup, harus diatur dan diawasi, akan cenderung berbicara dengan
anaknya secara otoriter mengatur, melarang, dan mengharuskan. Demikian pula sebaliknya, apabila orang tua memiliki gambaran
bahwa anaknya merupakan pribadi yang cerdas, kreatif, dan berpikiran
sehat, maka
orang tua
akan cenderung
mengkomunikasikan anjuran dan pertimbangan Lunandi, 1987. f.
Kondisi Kondisi fisik, mental, psikologis, serta kecerdasan akan
mempengaruhi efektivitas komunikasi antara orang tua dan remaja pula. Sebagai contoh, apabila salah satu pihak sedang dalam keadaan
sakit, maka komunikasi yang dijalin antara keduanya tidak akan sepenuhnya efektif Lunandi, 1987.
g. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang tidak kondusif akan memberikan pengaruh pula pada efektivitas komunikasi antara orang tua dan
remaja. Misalnya, lingkungan fisik yang bising akan menyulitkan orang tua dan remaja dalam proses pertukaran informasi. Hal ini juga
akan meletihkan keduanya, baik dalam mendengarkan maupun berbicara Lunandi, 1987.
26
h. Lingkungan sosial
Kehadiran orang lain akan mempengaruhi efektivitas komunikasi orang tua dan remaja. Komunikasi antara orang tua dan
remaja akan menjadi cenderung tidak efektif apabila terdapat orang lain dalam lingkungan tersebut, walaupun orang lain tersebut tidak
terlibat di dalamnya Maccoby dan Martin dalam Berk, 2000. i.
Harga diri Individu dengan harga diri yang tinggi akan lebih fleksibel
dalam menanggapi situasi Ruben dan Stewart, 2013. Kesamaan dalam harga diri menjadi faktor dalam memilih seseorang untuk
menjalin hubungan dengan orang lain Pearson dalam Ruben dan Stewart, 2013
4. Akibat Adanya Komunikasi yang Efektif antara Orang Tua dan Remaja
Olson 1992 menyebutkan bahwa dengan adanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak usia remaja, dapat meningkatkan
tanggung jawab remaja terhadap hidupnya. Olson 1992 dan Ariesandi 2011 juga menambahkan bahwa dengan adanya komunikasi ini, remaja
menjadi merasakan bahwa diri mereka berguna, serta membantu remaja dalam menghadapi stress yang diakibatkan ketidakmampuan anak dalam
mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapinya. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja akan
menjembatani kesenjangan antargenerasi, sehingga relasi antaranggota
27
keluarga tetap terjaga. Hal ini akan mempermudah dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi, memfasilitasi pemenuhan
berbagai macam kebutuhan, semakin memperluas wawasan orang tua dan remaja, serta memelihara aturan etnis dan moral Setiono, 2011.
Desmita 2007 memaparkan pula bahwa dengan adanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak yang menginjak usia
remaja, akan menciptakan keterikatan yang dapat berfungsi adaptif. Ikatan ini akan menjadi landasan yang kokoh untuk remaja dalam
menjelajahi dan menguasai lingkungan baru dengan cara yang sehat secara psikologis. Keterikatan yang dapat berfungsi adaptif ini juga akan
meningkatkan relasi yang lebih kompeten dan positif dengan teman sebaya, serta meminimalkan kecenderungan untuk melakukan perilaku
seksual berisiko yang tidak sesuai dengan norma dalam masyarakat. Selain itu, dengan adanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan
remaja, menimbulkan keterikatan yang dapat menyangga remaja dari kecemasan dan perasaan depresi yang merupakan akibat dari masa
transisi. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja dapat meningkatkan tanggung jawab remaja akan hidupnya, meningkatkan rasa diri berguna,
serta membantu remaja dalam menghadapi kecemasan, stress, dan perasaan depresi yang timbul akibat masa transisi yang dialaminya.
Komunikasi yang efektif ini juga mendorong remaja untuk menjalin
28
relasi yang kompeten dan positif dengan teman sebaya dan menurunkan kecenderungan remaja melakukan perilaku seksual berisiko.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja merupakan proses pertukaran informasi antara
orang tua dan anak usia remaja di mana kedua belah pihak memahami ide dan gagasan yang dimaksudkan. Komunikasi antara orang tua dan remaja dapat
dikatakan efektif apabila tercipta komunikasi yang aktif, rrang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk berdiskusi dengan orang tua, hal
yang dibicarakan jelas dan spesifik, orang tua dan remaja mampu menerima secara cermat isi dari pesan yang dimaksudkan, dan komunikasi yang tercipta
mampu menjembatani kesenjangan antargenerasi.
D. Komunikasi yang Efektif antara Orang Tua dan Anak dengan Perilaku