Hubungan Trait Kepribadian dengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama

(1)

PERILAKU SEKSUAL BERISIKO REMAJA

DI SMA TRIGUNA UTAMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

OLEH:

RENO RAMALIA

NIM: 1110104000021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

iii SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2014

Reno Ramalia, NIM: 1110104000021

The Relationship between Personality Trait and Youth Risky Sexual Behavior in SMA Triguna Utama

xix + 90 pages + 25 tables + 2 schemes + 8 attachments

ABSTRACT

Risky sexual behavior is sexual behavior that causing various negative impact on the perpetrators, i.e. unwanted pregnancies, STDs, abortion, dropping out of school, as well as crime. One of the factors that influence sexual behavior is personality. The personality type that used in this research is personality trait with five dimensions (big five) namely openess to experience, conscientiousness, extroversion, agreeableness, and neuroticism. The objective of this research is to know the relation between personality trait and youth risky sexual behavior in SMA Triguna Utama. Samples used in this study are 84 people and the technique is total sampling technique. This research is quantitative study used cross sectional approach with α= 0.05. Data Collection used questionnaire. Analytical technique used Spearman correlation and supported by statistical application program in its processing. Results of the analysis found that out of five hypotheses which are proposed in this study one of them received and four others rejected. Neuroticism Personality dimensions (p = 0,079) extraversion (p = 0,783), agreeableness (p = 0,942) and conscientiousness (p = 0,108) were rejected, while for oppeness to experience personality dimensions (p = 0,026, r = -0.243) was received. Researcher suggested that school will be able to consider planning their guidelines on sexual education to prevent negative impact of risky sexual behavior.

Keywords: Trait Personality, Risky Sexual Behavior, Youth


(4)

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014

Reno Ramalia, NIM: 1110104000021

Hubungan TraitKepribadian dengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama

xix + 90 halaman + 25 tabel + 2 bagan + 8 lampiran ABSTRAK

Perilaku seksual berisiko merupakan perilaku seksual yang menyebabkan berbagai dampak negatif bagi para pelakunya, yaitu antara lain kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, aborsi, putus sekolah, dan meningkatnya kriminalitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual adalah kepribadian. Tipe kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu trait kepribadian dengan lima dimensi (big five) yaitu openess to experience, conscientiousness, extroversion, agreeableness, dan neuroticism. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 84 orang dan teknik yang digunakan dengan teknik total sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan α=0.05. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah korelasi Spearman dengan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil analisis didapatkan bahwa dari lima hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini satu diantaranya diterima dan empat lainnya ditolak. Kepribadian dimensi neuroticism (p=0.079), exstraversion(p=0.783), agreeableness(p=0.942)dan conscientiousness (p=0.108) ditolak, sedangkan untuk kepribadian dimensi oppeness to experience (p=0.026, r = -0.243) diterima. Peneliti menyarankan agar pihak sekolah dapat mempertimbangan untuk merencanakan bimbingan mengenai pendidikan seksual guna mencegah dampak negatif dari perilaku seksual berisiko.

Kata kunci: Trait Kepribadian, Perilaku Seksual Berisiko, Remaja Referensi: 86 (tahun 2000-2014)


(5)

(6)

(7)

(8)

viii

Nama : Reno Ramalia

Tempat, Tanggal lahir : Padang Panjang, 04 Maret 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Adam BB No. 502, Padang Panjang, Sumatera barat

Hp : +6287871259195

E-mail : ramaliarenoeno@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Diniyah Putri Padang Panjang 1997-1998

2. SD Negeri 03 Balai-balai 1998-2004

3. SMP Negeri 1 Padang Panjang 2004-2007

4. SMA Negeri 1 Padang Panjang 2007-2010


(9)

ix

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu sesungguhnya ia telah mendapat

kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan

orang- orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269)

Alhamdulillahirobbil’alamin…Alhamdulillahirobbil’alamin…

Alhamdulillahirobbil’alamin…

Akhirnya aku sampai ketitik ini, kesuksesan yang Engkau hadiahkan padaku

Ya Rob.

Kesuksesan lebih diukur dari rintangan yang berhasil diatasi seseorang saat

berusaha untuk sukses daripada posisi yang telah diraihnya dalam kehidupan

(Booker T. Washington).

“...kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak,

mata yang akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke

atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan

bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu berdoa...” (5 cm.)

Semoga sebuah karya ini menjadi berkah bagiku dan kebanggaan bagi

keluargaku tercinta

.

Ku persembahkan karya ini untuk belahan jiwaku, yang

menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah

bahkan ada perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun tetap tenang

dengan penuh kesabaran dan pengertian luar biasa, Ibundaku tercnta

(DARLIS) dan Ayahandaku tersayang (MASRIL).


(10)

x

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Trait Kepribadian dengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik moril maupun materiil, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp.And. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM. selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Ernawati, S.Kep., M.Kep., S.KMB. selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat. selaku Dosen Pembimbing 2, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta


(11)

xi pembuatan skripsi ini

4. Ibu Yenita Agus, S.Kp, M.Kep, PhD, Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat, dan Ibu Ernawati, S.Kep., M.Kep., S.KMB, selaku Dosen Penguji Skripsi, terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini

5. Bapak Jamaludin, S.Kp., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama tahun duduk di bangku kuliah

6. Segenap Staf Pengajar dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi

7. Orang tuaku, Bapak Masril dan Ibu Darlis yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, Kakakku, Lastrie Asrya dan Adik-adikku Asri Putralel dan Anfo Prato serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih

8. Ketua Yayasan, Staff Guru dan Staff Karyawan SMA Triguna Utama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Triguna Utama

9. Teman-teman FKIK 2010, PSIK 2009-2012, BEMJ-IK, Sahabat-sahabat saya, Refi, Hervina, Lily, Hani, Ayi, Renita, Finna, Maryam, Ratna, Shulcha yang


(12)

xii

masukan selama menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan skripsi ini.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.

Jakarta, Juli 2014


(13)

xiii

Halaman Judul………...

Pernyataan Keaslian Karya………... Abstract………... Abstrak……….. Pernyataan Persetujuan………. Lembar Pengesahan……….. Daftar Riwayat Hidup………... Persembahan………. Kata Pengantar……….. Daftar Isi………... Daftar Tabel……….. Daftar Bagan ……… Daftar Lampiran……… i ii iii iv v vi viii ix x xiii xvi xviii xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……… B. Perumusan Masalah……… C. Pertanyaan Penelitian………. D. Tujuan Penelitian……… E. Manfaat Penelitian………. F. Ruang Lingkup Penelitian………..

1 7 8 9 10 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja……… 1. Definisi Remaja………. 2. Perkembangan pada Remaja………..

12 11 13


(14)

xiv

1. Definisi Kepribadian………. 2. Teori Kepribadian………. 3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian……... 4. Definisi TraitKepribadian………. 5. Dimensi dalam TraitKepribadian Big Five………... 6. Facets (Aspek-aspek) TraitKepribadian Big Five……… 7. Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five……….. 8. Instrumen Pengukuran TraitKepribadian……….. C. Perilaku Seksual Berisiko Remaja……….. 1. Definisi Perilaku Seksual Remaja……….. 2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja……….. 3. Bentuk Perilaku Seksual Remaja………... D. Penelitian Terkait……… E. Hubungan antara TraitKepribadian dan Perilaku Seksual Remaja

18 19 21 22 23 25 26 27 29 29 30 31 35 37

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep……… B. Hipotesis………. C. Definisi Operasional………...

38 39 40

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian……… B. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. C. Populasi dan Sampel………... D. Instrumen Penelitian………... E. Uji Validitas dan Reliabilitas……….. F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……… G. Tahapan Pengambilan Data……… H. Etika Penelitian………...

43 43 44 45 49 51 52 54


(15)

xv

J. Analisis Data………... 56

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Profil SMA Triguna Utama……… B. Hasil Analisis Univariat………. 1. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian……… 2. Gambaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi

tentang Perilaku Seksual……….. 3. Gambaran Responden Berdasarkan TraitKepribadian……… 4. Gambaran Responden Berdasarkan Perilaku Seksual

Berisiko……… C. Hasil Analisis Bivariat………...

58 59 59

60 61

62 64

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat………... B. Analisis Bivariat………. C. Keterbatasan Penelitian………..

68 77 86

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan………. B. Saran………...

88 89 Daftar Pustaka


(16)

xvi

Halaman 2.1 Facets TraitKepribadian Big Five………..………….. 2.2 Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five……… 2.3 Penelitian Terkait………..……… 3.1 Definisi Operasional…..………...……… 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas X dan XI SMA Triguna Utama ………... 4.2 Kisi-kisi Instrumen TraitKepribadian………...…….. 4.3 Bobot Nilai Instrumen TraitKepribadian………... 4.4 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja………... 4.5 Hasil Uji Validitas TraitKepribadian………... 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Traitkepribadian……….... 4.7 Interpretasi Koefisien Korelasi…………...……….. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………..……… 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang

Perilaku Seksual……….………... 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang

Perilaku Seksual……….…………... 5.5 Kategori Responden Berdasarkan Trait Kepribadian………... 5.6 Frekuensi Responden dengan Perilaku Seksual Berisiko………. 5.7 Perilaku Seksual Berisiko Responden………... 5.8 Skor Perilaku Seksual Berisiko Responden………... 5.9 Hasil Uji Normalitas Data..………... 5.10 Hubungan antara Dimensi Extraversiondengan Perilaku Seksual

Bersisiko Remaja di SMA Triguna Utama……… 5.11 Hubungan antara Dimensi Agreeablenessdengan Perilaku Seksual

Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama……… 5.12 Hubungan antara Dimensi Conscientiousnessdengan Perilaku

Seksual Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama……….... 25 26 35 40 44 46 47 48 51 52 57 59 60 60 61 62 62 63 63 64 65 65 66


(17)

xvii Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama

5.14 Hubungan antara DimensiOpeness to Experiencedengan Perilaku Seksual Berisiko Remaja di SMA Triguna Utama………....

66


(18)

xviii

Halaman 2.1 Kerangka Teori Penelitian………... 3.1 Kerangka Konsep Penelitian………...

37 38


(19)

xix Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2.Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 5. Hasil Olahan Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 7. Hasil Olahan Univariat Lampiran 8. Hasil Olahan Bivariat


(20)

(21)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan periode peralihan dari masa anak menuju dewasa dengan melibatkan semua perkembangan yang dialaminya (Hanifah & Kusyogo, 2012). Remaja mencakup individu dengan usia 10-19 tahun (World Health Organization, 2014). Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan-BKKBN, 2011).

Perkembangan remaja meliputi karakteristik fisik, psikologis dan sosial yang berhubungan langsung dengan kepribadian, seksual dan peran sosial remaja (Dewi, 2009). Aspek karakteristik fisik berupa perubahan bentuk tubuh, mimpi basah bagi remaja laki-laki, menstruasi pada remaja perempuan dan kematangan reproduksi. Aspek psikologis seperti memiliki keingintahuan yang besar, menyukai petualangan, tantangan dan cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului pertimbangan yang matang. Aspek sosial dapat dilihat dari mudahnya terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya (Stanhope & Lancaster, 2004). Ketiga aspek tersebut dapat menempatkan remaja sebagai kelompok berisiko terhadap berbagai masalah kesehatan, salah


(22)

satunya masalah kesehatan reproduksi yang berhubungan dengan perkembangan perilaku seksual remaja (Dewi, 2012).

Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun dirinya sendiri (Sarwono, 2010). Penyebab utama dari perilaku tersebut pada remaja adalah dorongan biologis (sexual drive) yang sudah tidak dapat dibendung dan dilakukan semata-mata untuk memperkokoh komitmen berpacaran, memenuhi keingintahuan dan sudah merasa siap melakukannya serta merasakan afeksi dari pasangan atau partner seks (Taufik, 2013). Perilaku seksual remaja berupa masturbasi, berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan hubungan seksual atau bersenggama (Hurlock, 2003).

Perubahan sosial mulai terlihat dalam persepsi masyarakat termasuk remaja yang mulanya meyakini perilaku seksual sebagai sesuatu yang sakral menjadi tidak sakral lagi dan ditambah dengan pengetahuan remaja yang masih rendah sehingga membuka kesempatan untuk sikap permisif terhadap perilaku seksual (Salisa, 2010). Hal ini menunjukkan pemberian pendidikan seksual menjadi penting karena remaja berada dalam potensial seksual aktif yang berkaitan dengan dorongan seksual dipengaruhi hormon, informasi yang tidak memadai, dan dapat berdampak negatif seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta aborsi (Geckova, 2011).


(23)

Hasil penelitian di Belgia, Republik Ceko, Estonia dan Portugal tahun 2005 menyatakan 75% responden memiliki pacar dan 50% telah melakukan hubungan seksual antara usia 15,2-16,4 tahun (Ines et al, 2009). Penelitian di Amerika tahun 2011 sebanyak 47,4% remaja pernah melakukan hubungan seksual dan 15,3% melakukan hubungan seksual dengan empat atau lebih pasangan (Central for Disease Control and Prevention, 2013). Hasil penelitian di Indonesia tahun 2012 menyatakan bahwa sebanyak 16,9% remaja perempuan dan 12,4% remaja laki-laki setuju terhadap hubungan seksual dan alasan melakukan hubungan seksual pertama kali pada remaja usia 15-24 tahun adalah karena ingin tahu (51,3%), terjadi begitu saja (38,4%) dan dipaksa oleh pasangannya (21,2%) (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2013).

Perilaku seksual dipengaruhi oleh dua faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal berasal dari luar diri individu yakni berupa lingkungan sosial, meliputi pengaruh teman sebaya, remaja yang tinggal bersama, tontonan pornografi (Odeyemi et al, 2009), serta norma agama dan budaya (Kazembe, 2009). Faktor internal yaitu terdiri dari hormonal atau dorongan seksual, pengetahuan seksual yang dimiliki oleh remaja, ajaran agama yang diyakini (Puspitadesi dkk, 2010), karakteristik remaja yang mencakup usia dan jenis kelamin (Dewi, 2012), serta kepribadian yang berkaitan dengan tingkat kontrol diri (Hadjam & Fridya, 2000).

Remaja sudah selayaknya mempunyai kemampuan diri untuk mengendalikan dorongan seksual dan mengontrol perilakunya, sehingga dapat terhindar dari dampak negatif perilaku seksual seperti KTD, PMS, aborsi, dan


(24)

perasaan berdosa. Kemampuan remaja dalam mengontrol diri berkaitan erat dengan kepribadian remaja itu sendiri (Hadjam & Fridya, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa remaja dapat positif dan negatif pada perilaku seksual tergantung dari kepribadiannya (Widyarini & Nurul, 2010).

Kepribadian merupakan karakteristik individu dengan pola perilaku, perasaan dan pemikiran yang konsisten (Pervin dkk, 2010). Kepribadian bersifat unik yaitu berbeda-beda pada tiap orang (Widyarini, 2010). Kepribadian merupakan gambaran perilaku seseorang tanpa bisa diberikan suatu penilaian benar atau salah, terpuji atau tercela, dan positif atau negatif (Pieter & lubis, 2010).

Observasi dan wawancara yang dilakukan pada SMA Triguna Utama peneliti menemukan beberapa perilaku seksual remaja dengan kepribadiannya yang berbeda-beda. Peneliti melakukan observasi dengan mendatangi secara langsung sekolah dan lingkungan sekitarnya. Peneliti sering melihat siswa-siswa sepulang sekolah duduk berdua di depan warung dekat sekolahnya secara berpasangan ataupun pulang yang berboncengan. Peneliti juga mengobservasi adanya perilaku berpegangan tangan dan merangkul pasangannya.

Melalui wawancara yang peneliti lakukan pada 12 siswa di SMA Triguna Utama, peneliti menemukan beberapa perbedaan perilaku seksual siswa-siswa tersebut. Siswa yang belum pernah berpacaran ada 1 orang, ia mengatakan bahwa tidak mau berpacaran karena merasa tidak leluasa jika memiliki hubungan yang terikat dengan orang lain, ingin berfokus pada sekolah dahulu dan sukses. Berbeda dengan 11 orang yang telah memiliki


(25)

pacar, 7 orang diantaranya pernah berpegangan tangan, berpelukan dan telah mencium pacarnya, mereka mengatakan bahwa hal tersebut masih tergolong wajar dan boleh-boleh saja dilakukan oleh orang yang berpacaran sedangkan 4 orang lagi mengatakan tidak mau melakukan pelukan atau ciuman meskipun sudah berstatus pacaran, mereka merasa tidak nyaman, takut, dan merasa bersalah jika melakukan hal-hal tersebut, saat berpacaran mereka cukup sebatas berpegangan tangan saja.

Gambaran perilaku siswa-siswa di atas menunjukkan adanya perbedaan dalam kepribadian mereka. Kepribadian siswa tersebut ada yang menyetujui perilaku seksual dan ada yang tidak menyetujui atau menolak perilaku seksual. Melalui perbedaan ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kepribadian dengan perilaku seksual di SMA Triguna Utama. Banyak pendekatan yang dikemukakan para ahli untuk memahami kepribadian, namun pada penelitian ini peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan trait theory

(traitkepribadian).

Traitkepribadian adalah salah satu pendekatan yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport (1961 dalam Friedman & Schustack, 2008) untuk memahami kepribadian. Trait didefinisikan sebagai dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain. Pendekatan traitterhadap kepribadian dapat dilihat melalui lima dimensi yang disebut dengan big five. Lima dimensi tersebut adalah

extraversion (keterbukaan sosial), agreeableness (menghargai orang lain), conscientiousness (teratur), neuroticism (pencemas), dan openness to


(26)

experience (keterbukaan terhadap hal-hal baru) (Costa dan McCrae, 1992 dalam Popkins, 2001). Setiap individu pada dasarnya terdapat semua dimensi kepribadian, namun ada dimensi tertentu yang lebih dominan dibanding dimensi lainnya, sehingga dapat memberikan gambaran perilaku individu termasuk perilaku seksual remaja (Deasy, 2007).

Peneliti memiliki beberapa alasan untuk menggunakan trait kerpibadian dalam penelitian ini. Pertama, trait kepribadian mempresentasikan kelompok kepribadian yang komprehensif dan berbasis empiris (Husnaini, 2013). Kedua,

trait kepribadian melalui dimensi big five adalah taksonomi kepribadian yang disusun berdasarkan pendekatan lexical, yaitu mengelompokkan kata-kata atau bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan ciri individu (Ramdhani, 2012). Ketiga, dimensi big five dapat menjelaskan karakteristik pribadi dari hasil wawancara informal peneliti dengan 12 siswa di SMA Triguna Utama di atas, seperti siswa yang mengatakan ingin berfokus pada sekolah dan sukses dapat dikategorikan siswa dengan kepribadian dimensi conscientiousness(teratur) dan siswa yang merasa tidak nyaman, takut dan merasa bersalah jika melakukan perilaku seksual berpelukan dan ciuman dapat dikategorikan siswa dengan kepribadian dimensi neurocitism

(pencemas).

Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan professional yang memiliki salah satu peran sebagai counsellor yaitu memberikan bimbingan atau konseling kepada klien (Doheny, 1982 dalam Kusnanto, 2004). Perawat ikut serta melakukan tindakan pencegahan perilaku seksual remaja yang


(27)

berisiko. Salah satu konseling yang dapat diberikan perawat adalah pengembangan kepribadian remaja yang baik terhadap perilaku seksual yaitu menanamkan pandangan dan sikap yang tepat agar terhindar dari perilaku seksual yang berisiko. Remaja perlu digali secara intens perasaan-perasaan yang muncul seiring dengan perkembangan seksualitas mereka, sehingga dapat mengetahui kebutuhan akan reproduksinya dan dapat memberikan bimbingan secara tepat (Lestari, 2012). Ini menjadi salah satu hal yang patut untuk mendapat perhatian terkait kepribadian karena kepribadian dapat memberikan pengaruh dalam pembuatan keputusan bagaimana seseorang itu berperilaku terhadap stimulus yang datang, seperti seksualitas (Robbin & Judge, 2008).

Penelitian yang dilakukan Widyarini & Nurul (2010) terkait kepribadian dengan sikap terhadap seks pranikah di wilayah Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepribadian

oppeness to experience dan agreeableness dengan sikap terhadap seks pranikah. Hal yang membedakan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabelnya yaitu kepribadian dengan perilaku seksual remaja. Selain itu, peneliti juga belum menemukan penelitian terkait kepribadian dan perilaku seksual ini dilakukan di wilayah Ciputat, khususnya di SMA Triguna Utama.

B. Perumusan Masalah

Saat remaja bertumbuh dewasa secara seksual, bukan hanya tubuhnya yang berubah, hormon-hormon mulai bereaksi, mereka mengaktifkan emosi yang kuat dan kepribadiannya pun mulai berkembang. Memahami kepribadian


(28)

seseorang berfungsi untuk melihat apa yang terjadi dalam pikirannya, sehingga dapat membantu untuk berkomunikasi secara efektif. Berbicara dengan remaja mengenai sesuatu apapun, apalagi seksual akan sulit jika tidak mampu memahami bagaimana jalan pemikirannya. Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perkembangan fungsi reproduksi. Remaja membutuhkan bimbingan secara bijaksana agar terhindar dari perilaku seksual berisiko dan dampak negatifnya. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Triguna Utama mayoritas menunjukkan perilaku seksual yang pernah dilakukan remaja dengan kepribadian mereka yang berbeda-beda. Kepribadian dapat dipahami dengan lima dimensi trait kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience.

Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti tertarik untuk meneliti terkait hubungan trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik remaja di SMA Triguna Utama?

2. Bagaimana sumber informasi tentang perilaku seksual remaja di SMA Triguna Utama?

3. Bagaimana gambaran traitkepribadian remaja di SMA Triguna Utama? 4. Bagaimana gambaran perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna


(29)

5. Apakah ada hubungan antara dimensi-dimensi dalam trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tiap dimensi dalam trait kepribadian dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik remaja di SMA Triguna Utama

b. Untuk mengetahui sumber informasi tentang perilaku seksual remaja di SMA Triguna Utama

c. Untuk mengetahui gambaran trait kepribadian remaja di SMA Triguna Utama

d. Untuk mengetahui gambaran perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama

e. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi extraversion dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama

f. Untuk mengetahui ada hubungan antara dimensi agreeableness dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama

g. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi conscientiousness dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama


(30)

h. Untuk mengetahui hubungan antara dimensineuroticism dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama

i. Untuk mengetahui hubungan antara dimensi openness to experience

dengan perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta menjadi landasan dalam pengembangan evidence based

ilmu keperawatan.

2. Bagi SMA Triguna Utama

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan sekolah untuk membimbing remaja dalam perkembangan kepribadian dan perilaku seksual remaja dengan ikut serta melibatkan orang tuanya.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam mengembangkan pelayanan asuhan keperawatan, yakni dapat mengkaji secara aktif dan memberikan asuhan keperawatan terkait dengan kepribadian dan perilaku seksual remaja.


(31)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan desain penelitian deskriptif korelasi dan metode pendekatan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini adalah penelitian terkait hubungan trait kepribadian dengan perilaku seksual remaja. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X dan XI SMA Triguna Utama Ciputat. Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2014.


(32)

(33)

12

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja (adolescens) berasal dari bahasa latin, adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas (Wong et al, 2008). Istilah adolescens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi dapat terjadi (Potter & Perry, 2005). Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja (Santrock, 2007).

Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada usia antara anak-anak dan dewasa (Nurhayati, 2011). Secara psikologis remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan sama atau sejajar (Hurlock, 2003). Remaja mencakup individu dengan usia 10-19 tahun (World Health Organization, 2013), yang mana cakupan usia ini juga didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013) yakni remaja adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 10-19 tahun.


(34)

Masa remaja dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menegah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas, berlangsung antara usia 13 tahun sampai 16-17 tahun. Masa remaja akhir (late adolescence) yaitu usia matang secara hukum berkisar antara usia 16-17 tahun hingga 18 tahun (Santrock, 2007).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan proses pencapaian menjadi dewasa dengan segala perubahan yang terjadi pada rentang usia 10-19 tahun dan belum kawin.

2. Perkembangan pada Remaja

Remaja mengalami empat perkembangan secara universal (Hurlock, 2003), yaitu :

a. Meningginya emosi. Intensitas emosional bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

b. Perubahan tubuh, minat dan peran menimbulkan masalah baru. Remaja akan berusaha sendiri menyelesaikan masalah menurut kepuasannya. c. Perubahan nilai-nilai, remaja mulai berpikir untuk mengutamakan

kualitas dari pada kuantitas.

d. Sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan dalam mengatasi tanggung jawab.


(35)

Menurut Zahra (2005) perkembangan remaja berlangsung secara terus-menerus dan ditandai pada beberapa aspek, yaitu: aspek biologis, kognitif, psikologis, sosial serta moral dan spiritual.

a. Perkembangan biologis

Perkembangan ini meliputi perkembangan fisiologis (bentuk tubuh), hormonal, seksualitas, dan emosional sebagai akibat dari perkembangan fisik dan kelenjar (Hurlock, 2003). Empat fokus utama perkembangan fisik remaja yaitu, peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan lemak; serta perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder (Potter & Perry, 2005). Perkembangan biologis yang terjadi secara cepat sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Dewi, 2009). Remaja akan menujukkan perhatian yang besar terhadap pekembangan yang terjadi pada dirinya dan mengembangkan gambaran pribadi mengenai seperti apa diri mereka (Santrock, 2007).

b. Perkembangan kognitif

Masa remaja mulai mengalami peningkatan kemampuan berpikir, kreatif dan kecenderungan egosentris untuk menjadi pusat perhatian (Zahra, 2005). Perkembangan kognitif pada remaja memasuki tahap operasional formal yang ditandai dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, idealis, dan logis. Dalam memecahkan masalah mampu melakukan penalaran deduktif, yaitu penalaran terhadap beberapa premis


(36)

yang kemudian mengambil suatu kesimpulan (Hurlock, 2003). Cara berpikir remaja berkembang seperti ilmuwan, yang disebut dengan istilah

hypothetico-deductive reasoning, yaitu membuat perencanaan, memecahkan masalah secara sistematis, dan melakukan pengetasan terhadap solusi yang diambil (Santrock, 2007).

c. Perkembangan psikologis

Perkembangan psikologis meliputi pengembangan identitas pribadi atau kepribadian, perubahan fungsi identitas diri, awal proses individuasi, pemahaman pengalaman baru dan penghayatan etnis (Hurlock, 2003). Perkembangan psikologis adalah perkembangan sifat-sifat kejiwaan remaja, seperti berani, bertanggung jawab, malu, penakut, dan lain-lain (Jamaluddin, 2013). Perkembangan psikologis remaja disertai dengan perkembangan pubertas remaja (Santrock, 2007). Remaja mulai mengembangkan kemampuan untuk membuat tertarik lawan jenis, berperilaku, dan bereksperimentasi terhadap seksualnya. Remaja akan berusaha untuk mencapai kepuasan hasrat seksual yang muncul (Hurlock, 2003).

d. Perkembangan sosial

Secara umum perkembangan sosial mencakup penyesuaian diri remaja dengan lingkungan yaitu upaya pemenuhan peran sosial, pemenuhan harapan orang tua dan teman sebaya, serta usaha menjalani peran remaja sesuai dengan lingkungannya (Zahra, 2005). Remaja harus membentuk hubungan yang baik dengan lingkungan agar terhindar dari


(37)

isolasi sosial (Potter & Perry, 2005). Remaja mulai mengembangkan sikap menghargai hak-hak orang lain, beradab terhadap sosial, dan mampu mengendalikan emosi (Jamaluddin, 2013).

e. Perkembangan moral dan agama (kepercayaan)

Seiring dengan perkembangan moral pada remaja biasanya muncul dorongan untuk mulai berafiliasi dengan kepercayaan tertentu atau beragama (Zahra, 2005). Moral dan agama merupakan bagian yang penting dalam jiwa remaja. Pengetahuan agama sangat mempengaruhi remaja dalam melakukan perilaku seksual. Pengetahuan agama ditanamkan pada individu sejak kecil yang dapat diperoleh dari sekolah, rumah dan tempat mengaji (Adiabeta & Muhari, 2013). Agama berguna untuk mengendalikan tingkah laku remaja sehingga tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja (Jamaluddin, 2013).

Seseorang yang tidak menghayati agamanya dengan baik dapat mengakibatkan perilaku individu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Individu ini rapuh sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan seksual seperti terjerumus untuk perilaku seksual bebas sebelum menikah (Kapinus dan Gorman, 2004). Seseorang yang menghayati agamanya dengan baik ia akan memandang agama sebagai tujuan utama hidup, sehingga ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilaku sehari-hari. Hal ini berarti bahwa agama dapat melindungi individu dari dorongan seksual yang dapat menjerumuskan pada dampak negatif (Andisti & Ritandiono, 2008).


(38)

Allah SWT memberikan naluri terkuat dalam tubuh manusia yaitu naluri seksual. Seksual merupakan titik terlemah yang memungkinkan setan untuk menyelinapkan bisikan-bisikan atau bujuk rayunya melalui celah-celah yang ada (Sunaryo et al, 2002). Allah berfirman dalam Al-Qur`an surat Al-Mu`minun ayat 5-7:

Artinya: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampai batas

(Al-Mu’minun: 5- 7).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Islam tidak mengabaikan pengaturan terhadap seksual dan membimbing manusia untuk kesucian diri manusia. Secara naluriah antara laki-laki dan perempuan mempunyai keinginan untuk saling kontak, namun jika keinginan tersebut tidak dikendalikan dan diatur melalui berbagai norma akan terjadi kontak liar yang dapat mengakibatkan martabat manusia sebagai makhluk yang terhormat menjadi hina (Setiyanto, 2010).


(39)

B. Kepribadian

1. Definisi Kepribadian

Kepribadian merupakan cerminan seseorang dalam berperilaku (Widhiastuti, 2011). Sifat-sifat atau karakteristik tertentu dari individu yang relatif menetap, hal ini dalam psikologi disebut dengan kepribadian (Mastuti, 2005). Kepribadian (personality) berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau penampilan seseorang terhadap orang lain. Kepribadian diartikan sebagai siapakah seseorang itu, bagaimana dia merasa dan berpikir, dan keseluruhan keadaan psikologisnya terungkap dalam bentuk tingkah laku (Somantri, 2006).

Kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan (Eysenck, 1976 dalam Patmawati, 2013). Kepribadian sebagai organisasi dinamik pada individu yang tersusun dari sistem psikologis yang unik terhadap lingkungan. Dinamik berarti kepribadian itu selalu berubah dan terungkap dalam bentuk perilaku, organisasi berarti terdapat hubungan timbal balik dan sistem psikologis sebagai kebiasaan, sikap, keyakinan, keadaan emosional dan perasaan (Gordon W. Allport, 1961 dalam Hidayat, 2009).

Kepribadian mengacu pada karakteristik individu yang menjelaskan pola-pola yang konsisten pada perasaan, pikiran, dan perilaku (Pervin dkk, 2010). Kepribadian merupakan penggambaran tingkah laku secara deksriptif tanpa memberikan penilaian (Alwisol, 2004). Kepribadian adalah himpunan


(40)

sifat-sifat psikologis dan mekanisme dalam diri individu yang terorganisir dan relatif menetap serta memiliki interaksi terhadap adaptasi, lingkungan, fisik, dan sosial (Mayer, 2007). Kepribadian membantu individu dalam melakukan kontrol perilaku (Hadjam dkk, 2002).

Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah segala kontribusi psikologis yang menentukan bagaimana seseorang berperilaku terhadap berbagai hal yang dipengaruhi oleh keturunan maupun lingkungannya.

2. Teori Kepribadian

Setiap teori kepribadian memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Berikut perbandingan teori-teori kepribadian (Pervin, et al, 2010): a. Psikoanalisis

Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis yang menjadi kebutuhan individu dalam memenuhi kepuasannya. Sistem tersebut adalah id, ego, dan superego. Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan dan mencari pemuasan segera impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita dan menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat; dan superego (hati nurani atau suara hati) memiliki standar moral pada individu.


(41)

Teori psikoanalisis Freud menyatakan bahwa ego harus menghadapi konflik antara id (yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan superego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.

b. Holistik

Teori ini menekankan pandangan bahwa manusia merupakan suatu organisme yang utuh atau padu dan bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya (Yusuf & Juntika, 2007).

c. Fenomenologis

Teori fenomenologis merupakan teori yang lebih menekankan pentingnya cara tiap pribadi manusia dalam berpersepsi dan memahami dirinya serta dunia sekelilingnya.

d. Trait

Teori trait menekankan aspek-aspek individu yang bersifat relatif menetap, manusia memiliki sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat tertentu yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.


(42)

e. Behavioristik

Teori ini menekankan proses belajar, serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar, dalam menjelaskan tingkah laku. Semua bentuk tingkah laku manusia merupakan hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses perkuatan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian

Menurut Ivancevich (2007) kepribadian merupakan serangkaian perasaan dan perilaku yang relatif stabil yang secara signifikan telah dibentuk oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.

a. Faktor genetik

Gen berperan penting menentukan kepribadian khususnya yang terkait dengan aspek unik dari individu (Pervin et al, 2010). Pengaruh gen terhadap kepribadian secara langsung berkaitan dengan kualitas sistem saraf, keseimbangan biokimia, dan struktur tubuh individu (Hidayat, 2009).

b. Faktor lingkungan

Lingkungan berpengaruh membuat individu sama dengan orang lain karena berbagai pengalaman yang dialaminya. Faktor lingkungan berupa budaya, kelas sosial, keluarga, teman, dan situasi (Pervin et al, 2010).


(43)

4. Definisi Trait Kepribadian

Salah satu pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian adalah trait theory (teori sifat). Trait merupakan dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membuat berbeda-beda pada tiap individu (Fieldman, 1993 dalam Mastuti, 2005). Trait adalah respon yang sama terhadap kelompok stimulus yang mirip dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama (Alwisol, 2004).

Trait mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa, dan bertindak atau berperilaku.Trait merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk kekhasan dalam berperilaku, likeableness (sifat itu ada yang disukai dan ada yang tidak disukai), dan konsistensi, yaitu sifat diharapkan dapat menjadi perilaku atau bertindak secara ajeg.

Perkembangan trait dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu herediter (gen) dan belajar. Pengaruh herediter terhadap kepribadian secara langsung berkaitan dengan kualitas sistem saraf, keseimbangan biokimia, dan struktur tubuh individu, sedangkan bentuk belajar antara lain karena pengasuhan orang tua dan imitasi (peniruan) anak terhadap idolanya (Hurlock, 1992 dalam Hidayat, 2009).

Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa pendekatan trait

terhadap kepribadian dapat dilihat melalui lima dimensi, yang disebut dengan Big Five (Friedman & Schustack, 2008). Big five adalah taksonomi kepribadian yang disusun berdasarkan pendekatan lexical, yaitu


(44)

mengelompokkan kata-kata atau bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan ciri individu (Ramdhani, 2012). Big five

disusun untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang didasari oleh individu itu sendiri dalam aktivitas hariannya (Pervin et al, 2010).

5. Dimensi dalam TraitKepribadian Big Five

Dimensi dalam trait kepribadian big five disingkat dengan istilah OCEAN, yaitu Openness to experience, Conscientiousness, Extroversion, Agreeableness, dan Neuroticism (Costa dan McCrae, 1997 dalam Kasali 2007).

a. Openness to experience (culture/intellect)

Openness merupakan sifat keterbukaan terhadap pengalaman baru (Feist & Gregory, 2010). Menilai bagaimana individu menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa (Pervin et al, 2010). Dimensi ini merujuk pada minat seseorang (Mastuti, 2005). Openness senang dengan berbagai informasi baru, kebebasan, suka belajar sesuatu yang baru dan pandai menciptakan aktivitas yang di luar kebiasaan (Ramdhani, 2012).

b. Conscientiousness (will/lack of impulsivity)

Conscientiousness merupakan sifat yang lebih menekankan pada pengaturan diri sendiri (Feist & Gregory, 2010). Dimensi ini menilai kemampuan dalam berorganisasi terkait dengan ketekunan daan motivasi dalam mencapai suatu tujuan (Pervin et al, 2010). Dalam kehidupan sehari-hari individu tampil sebagai seorang yang hadir tepat waktu,


(45)

berprestasi, teliti, dan suka melakukan pekerjaan hingga tuntas (Ramdhani, 2012).

c. Extroversion(surgency)

Extraversion merupakan sifat yang memiliki hasrat menjalin hubungan dengan dunia luar (Feist & Gregory, 2010). Dimensi ini memiliki keterbukaan terhadap lingkungan sosial dan fisik dengan merujuk pada kecenderungan individu untuk bersosialisasi, suka berteman dan berbicara serta aktif (Ivancevich, 2007). Extraversion

menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, dan kebutuhan dukungan (Pervin et al, 2010). Extraversion ditandai oleh adanya semangat dan antusias yang tercermin dalam emosi positif. Sikap individu tegas dan asertif, bila tidak setuju maka akan menyatakan tidak terhadap sesuatu hal tersebut (Ramdhani, 2012).

d. Agreeableness

Agreeableness merupakan sifat yang cenderung menghargai pandangan orang lain (Feist & Gregory, 2010). Bersikap hormat, memberi maaf, toleran dan berhati lunak merupakan sifat yang dihubungkan dengan agreeableness (Ivancevich, 2007). Dimensi ini menilai kualitas orientasi individu mulai dari lemah lembut sampai antagonis di dalam berpikir, perasaan dan perilaku (Pervin et al, 2010). e. Neurocitism (emotional instability)

Neurocitism merupakan sifat yang cenderung mengalami gangguan psikis (Feist & Gregory, 2010). Dimensi ini mengidentifikasi


(46)

kecenderungan individu apakah mudah mengalami stress, memiliki ide tidak realistis dan coping response maladaptif (Pervin et al, 2010).

Neurocitism sering disebut juga sifat pencemas. Secara umum individu kurang memiliki toleransi terhadap kekecewaan dan konflik, mereka mudah gugup dan marah (Ramdhani, 2012).

6. Facets (Aspek-aspek) TraitKepribadian Big Five

Facet merupakan trait yang lebih spesifik yang terdapat dalam komponen big five(Mastuti, 2005).

Tabel 2.1 Facets TraitKepribadian Big Five

No Facets Definisi

Openness to experience

1 Fantasy Imajinasi dan kreatif

2 Aesthetics Apresiasi terhadap seni dan keindahan

3 Feelings Menyelami emosi dan perasaan sendiri

4 Actions Mencoba hal-hal baru

5 Ideas Berpikir terbuka dan tidak konvensional

6 Values Menguji nilai-nilai sosial, politik dan agama Conscientiousness

1 Competency Kesanggupan, efektifitas, dan kebijaksanaan

2 Order Keteraturan

3 Dutifulness Berprinsip hidup dan tanggung jawab 4 Achievement striving Usaha dalam mencapai prestasi 5 Self-discipline Mengatur diri sendiri

6 Deliberation Berrpikir sebelum bertindak Extraversion

1 Warmth Mudah bergaul dan membagi kasih sayang

2 Gregariousness Banyak interaksi dengan orang lain

3 Assertiveness Tegas

4 Activity Banyak kegiatan dan semangat yang tinggi

5 Excitement seeking Mencari sensasi dan suka mengambil resiko 6 Positive emotions Bahagia, cinta dan kegembiraan


(47)

Agreeableness

1 Trust Kepercayaan terhadap orang lain

2 Straightforwardness Berterus terang

3 Altruism Murah hati dan membantu orang lain

4 Compliance Menghindari konflik

5 Modesty Sederhana dan rendah hati

6 Tender-mindedness Simpati dan peduli terhadap orang lain Neuroticism

1 Anxiety Gelisah, ketakutan, kuatir, dan gugup

2 Angry hostility Amarah, frustasi dan kebencian

3 Depression Depresi diri sendiri

4 Self-consciousness Kesadaran diri

5 Impulsiveness Kurangnya kontrol diri

6 Vulnerability Kerapuhan

Sumber: Costa and McCrae, 1992 dalam Ghufron & Risnawati, 2010; Pervin et al, 2010.

7. Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five

Karakteristik nilai tinggi dan rendahnya setiap dimensi dalam big five akan menunjukkan sifat individu (Olson & Hargenhahn, 2013), yang tampak pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik Nilai TraitKepribadian Big Five

Nilai Tinggi Dimensi Big Five Nilai Rendah Imajinatif, menyenangkan,

kreatif, artistik, ingin tahu, tidak konvensional, liberal

Openness to experience

Konvensional, dangkal, menyukai rutinitas, membosankan, rasa ingin tahu rendah

Terorganisasi, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin diri, teliti, seksama, tertib, ambisius, hati-hati, tekun teratur, bertanggung jawab, memegang kuat nurani

Conscientiousness

Tidak bertujuan, malas, teledor, kemauan rendah, berantakan dan tidak dapat diandalkan, mudah menyerah

Sosial, aktif, orientasi personal, optimis, penuh semangat, antusias, dominan, ramah dan komunikatif

Extraversion

Segan, sederhana, tidak mewah, diam, menarik diri, pemalu, tidak percaya diri, pasif


(48)

Lembut, alamiah, senang membantu, pemaaf, mudah dibohongi, tulus hati, ramah, kooperatif, mudah percaya, hangat, polos, toleran

Agreeableness

Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, menaruh dendam, tidak kenal belas kasihan, sensitif,

manipulatif, dingin, konfrontatif, kritis Cemas, takut, emosional,

murung, gugup, depresi, sensitif, tegang, malu, mengasihani diri, tinggi kesadaran dirinya, rapuh

Neuroticism

Kalem, relaks, tidak emosional, keras hati, pasti, kepuasaan diri

Sumber: Goldberg, 1992 dalam Ivancevich, 2007; Friedman & Schustack, 2008; Olson & Hargenhahn, 2013.

8. Instrumen Pengukuran TraitKepribadian

Kepribadian merupakan aspek psikologi yang penting dalam menentukan perilaku individu. Berbagai alat untuk mengukur kepribadian telah banyak dikembangkan dengan bermacam-macam pendekatan. Untuk memperoleh gambaran yang representatif tentang kepribadian individu, maka penggunaan alat tes kepribadian yang valid dan reliabel menjadi tolak ukur utama (Mastuti, 2005).

Pervin et al (2005) menyatakan terdapat dua instrumen untuk mengukur trait kepribadian big five, yaitu The Neuroticism Extraversion Openness Personality Inventory-Revised (NEO-PI-R) yang dibuat oleh Costa & McCrae (1992) dan International Personality Item Pool (IPIP) yang dibuat oleh Lewis Goldberg (1992).

Goldberg (1992) mempelopori adanya bank item mengenai inventori kepribadian yang dipublikasikan dalam International Personality Item Pool (IPIP) website. IPIP website merupakan suatu usaha secara internasional


(49)

untuk mengembangkan sebuah set inventori kepribadian yang berasal dari item-item domain publik dan skala tersebut dapat digunakan untuk tujuan ilmiah maupun tujuan komersil (http://ipip.ori.org/).

Item-item pernyataan dalam IPIP telah dibandingkan dengan inventori kepribadian NEO-PI-R, yaitu dari 30 facet yang ada dalam IPIP mempunyai koefisien alpha0,64 sampai 0,88, sementara itu dari item NEO-PI-R mempunyai koefisien alpha mulai 0,61 sampai 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa item-item dalam IPIP mempunyai reliabilitas yang cukup baik. Sementara itu korelasi antara IPIP dan NEO-PI-R adalah 0,51 sampai 0,77.

Dari dua alat ukur ini, peneliti menggunakan IPIP, karena sesuai sudah banyak digunakan serta teruji pada penelitian-penelitian terdahulu serta item-item dalam IPIP telah dibandingkan dengan inventori kepribadian NEO-PI-R dan mempunyai reliabilitas yang cukup baik. Alat ukur yang digunakan terdiri dari 5 dimensi dengan masing-masing dimensi terdapat 10 item dan 6 facet. Facet ini terdiri dari item pernyatan positif dan negatif yang mana minimal 1 facet diwakilkan oleh 1 item pernyataan karena jumlah keseluruhan tiap dimensi adalah 10, sehingga dapat dikatakan bahwa ada 4 facet yang dapat diwakilkan oleh 2 item pernyataan. Jumlah item keseluruhan instrumen adalah 50 item pernyataan.


(50)

C. Perilaku Seksual Berisiko Remaja 1. Definisi Perilaku Seksual Remaja

Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014). Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan seseorang yang dapat diamati, diukur, dan berulang-ulang (Bicard & David, 2012). Perilaku merupakan aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).

Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun dirinya sendiri (Sarwono, 2010). Perilaku seksual remaja biasanya dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta serta perasaan bergairah yang tinggi kepada pasangannya tanpa disertai komitmen yang jelas (Soetjiningsih, 2008). Perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku seksual remaja sebagai dorongan untuk melakukan seksual yang datang dari tekanan-tekanan sosial terutama dari minat dan keingintahuan remaja tentang seksual tersebut (Hurlock, 2003). Perilaku seksual remaja adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual sehingga mendapatkan kesenangan seksual dan dilakukan oleh


(51)

remaja perempuan dan laki-laki sebelum memiliki ikatan pernikahan (Puspitadesi et al, 2011).

2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

Inisiasi perilaku seksual yang dilakukan remaja umumnya dipengaruhi dua faktor (Puspitadesi et al, 2011), yaitu antara lain:

a. Faktor internal

Faktor internal terdiri dari hormonal atau dorongan seksual, persepsi, pendidikan, pemahaman agama yang diyakini (Puspitadesi et al, 2010), kepribadian yang berkaitan dengan tingkat kontrol diri (Hadjam et al, 2002), serta karakteristik remaja yang mencakup usia dan jenis kelamin (Dewi, 2012).

b. Faktor ekternal

Faktor ekternal terdiri dari penundaan usia perkawinan dan lingkungan. Lingkungan adalah sebagai sumber informasi yang diperoleh individu mengenai perilaku seksual, yaitu antara lain mencakup perkembangan teknologi, sikap orang tua dan pendidikan seksual yang diajarkan kepada remaja (Puspitadesi et al, 2011), pengaruh teman sebaya, remaja yang tinggal bersama, tontonan pornografi (Odeyemi et al, 2009), serta norma agama dan budaya (Kazembe, 2009).


(52)

3. Bentuk Perilaku Seksual Remaja

Bentuk-bentuk perilaku seksual (Dewi, 2012), antara lain yaitu: a. Masturbasi (onani)

Masturbasi merupakan perangsangan oleh individu terhadap dirinya hingga orgasme (Santrock, 2007). Biasanya dilakukan dengan tangan atau benda lain sebagai perkembangan psikoseksual remaja (Dewi, 2012). Menurut Sarwono (2010) apabila perbuatan ini bersifat sementara dan tidak ada gangguan psikoseksual maka masih dapat dianggap dalam batas normal.

b. Berpegangan tangan

Perbuatan ini dapat memunculkan getaran romantis atau perasaan nyaman bagi pasangan termasuk mencoba aktivitas seksual lainnya hingga kepuasaan seksual tercapai (Sarwono, 2010).

c. Berpelukan

Berpelukan merupakan suatu ungkapan kasih sayang yang dilakukan melalui dekapan terhadap pasangan, sehingga menimbulkan rasa aman, nyaman dan terlindungi (Dewi, 2012)

d. Berciuman

Berciuman terdapat dua bentuk yaitu cium kering (pipi-pipi atau pipi-bibir) dan cium basah (bibir-bibir). Ciuman dapat menimbulkan sensasi yang kuat untuk individu pada tahapan seksual lainnya (Sarwono, 2010).


(53)

e. Saling meraba

Tindakan ini dilakukan pada area sensitif seperti payudara, vagina, dan penis, baik dengan berpakaian maupun tanpa pakaian (Soetjiningsih, 2008).

f. Necking

Necking merupakan sentuhan menggunakan mulut pada leher pasangan yang dapat meninggalkan bekas kemerahan atau tidak (Sarwono, 2010).

g. Petting

Petting adalah bersatunya tubuh individu dengan pasangan tanpa hubungan alat genital (Soetjiningsih, 2008)

h. Oral Sex

Oral Sex merupakan perbuatan memasukkan alat kelamin ke dalam mulut, yang mana jika dilakukan oleh laki-laki disebut dengan

cunnilungus, sedangkan oleh perempuan dikenal dengan fellatio

(Sarwono, 2010).

i. Hubungan seksual (sexual intercourse/senggama)

Hubungan seksual merupakan hubungan badan yang dilakukan dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan (Sarwono, 2010).

Bentuk perilaku seksual dapat berupa kontak secara langsung maupun tidak dengan kontak. Perilaku seksual dengan kontak yaitu mencium atau memeluk, menyentuh dan meraba sekitar alat kelamin, seks


(54)

oral, seks anal atau vaginal, dan penetrasi vaginal atau anal dengan alat atau jari, sedangkan perilaku seksual dengan tidak kontak meliputi ucapan atau panggilan mesum, seks maya (penawaran seks melalui internet), foto atau paparan seks, voyeurism (kepuasan seksual didapatkan dengan melihat atau mengkayalkan), dan pertanyaan atau komentar berbau seks yang intrusif (United Nations International Children's Emergency Fund, 2008).

Perilaku seksual terbagi ke dalam dua kategori yaitu ringan dan berat. Perilaku seksual ringan mencakup menaksir, berkencan, mengkhayal, berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman, sedangkan perilaku seksual kategori berat adalah meraba dan mencium bagian sensitif (payudara dan alat kelamin), menempelkan alat kelamin, oral sex, dan senggama (L’ Engle et al, 2006).

Perilaku seksual berisiko merupakan perilaku seksual yang menyebabkan berbagai dampak negatif bagi para pelakunya. Dampak negatif perilaku seksual remaja antara lain adalah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Penyakit Menular Seksual (PMS), aborsi, putus sekolah, dan meningkatnya kriminalitas. Perilaku seksual berisiko juga dipandang oleh masyarakat awam sebagai perilaku seksual dengan banyak pasangan seks (Paul et al, 2000).

Perilaku seksual berdasarkan nilai risiko terhadap dampak negatifnya terbagi menjadi dua bagian (McKinley 1995 dalam Miron & Charles, 2006), yaitu:


(55)

a. Tidak berisiko

Perilaku seksual Tidak berisiko meliputi berbicara mengenai seks, berbagi fantasi, ciuman bibir pada pipi, sentuhan, dan oral sex dengan penghalang lateks.

b. Berisiko

Perilaku seksual berisiko terdiri dari tiga bagian, yaitu agak berisiko, berisiko tinggi, dan berbahaya. Perilaku seksual agak berisiko mencakup ciuman bibir, petting, anal sex maupun berhubungan seks dengan menggunakan lateks (kondom). Perilaku seksual berisiko tinggi meliputi petting dan oral sex tanpa penghalang lateks serta masturbasi pada kulit lecet atau luka (adiktif). Perilaku seksual berbahaya yaitu melakukan anal sex maupun hubungan seksual tanpa menggunakan penghalang lateks.

Berdasarkan penjelasan diatas kategori perilaku seksual berisiko dapat disimpulkan adalah masturbasi adiktif, oral sex tanpa pengaman lateks, petting, anal sex dan berhubungan seksual baik menggunakan pengaman lateks maupun tanpa pengaman lateks.


(56)

D. Penelitian Terkait

Tabel 2.3 Penelitian Terkait

No Judul Metode Penelitian Hasil

1 Hubungan the big fivedengan perilaku seksual berisiko di 10 wilayah dunia Penulis: David P. Schmitt (2004) Sampel: 16.326 Variabel Bebas: Kepribadian big five Terikat: Seksualitas Metode Pendekatan: Cross sectional

Analisis di 10 wilayah dunia mengungkapkan hubungan perselingkuhan secara universal dikaitkan denganagreeableness

yang rendah dan

conscientiousnessyang rendah. Hubungan seksual banyak terkait dengan

extraversiontapi tidak pada semua wilayah dunia. Selain itu, perilaku seksual berisiko juga berhubungan denganneuroticismdan

opennessdi berbagai budaya

2 Kegunaan model lima faktor dalam memahami

perilaku seksual berisiko

Penulis: Joshua D. Miller, Donald lynam, Rick S. Zimmerman, T. K. Logan, Carl Leukefeld, Richard Clayton (2004) Sampel: 481 Variabel Bebas: Kepribadian big five Terikat: Perilaku seksual Metode Pendekatan: Longitudinal Domain untuk agreeablenessrendah,

openness to experience

rendah, danextraversion

tinggi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual berisiko


(57)

3 Sebuah studi terkontrolthe big fivedalam dimensi kepribadian pelaku kejahatan seks, pelaku non-seks dan non-pelaku kejahatan Penulis: Juan Antonio Becerra-Gracia, Ana Garcia-Leon, Jose Antonio Muela-Martinez, Vincent Egan (2013) Sampel: 131 Variabel Bebas: Kepribadian big five Terikat: Riwayat kekerasan pada anak Metode Pendekatan:

Case control

Neuroticismumumnya lebih tinggi pada pelaku kejahatan, sedangkan

extraversionlebih tinggi pada pelaku kejahatan non-seks

dari pada pelaku kejahatan seks; responden dengan riwayat kekerasan pada anak lebih tinggi pada

neuroticismdanopenness

4 Hubungan antara interaksi seksual sehari-hari dengan

traitkepribadian Penulis: C. Veronica Smith, John B. Nezlek, Gregory D.

Webster, E. Layne Paddock (2007) Sampel: 62 Variabel Bebas: Kepribadian big five Terikat: Perilaku seksual sehari-hari Metode Pendekatan: Cohort Conscientiousnesspada umumnya kurang memperhatikan interaksi sosial; extraversion

cenderung memerhatikan situasi sosial secara umum dari pada hubungan seksual; hubungan positif ditemukan antara opennes

tentang interaksi seksual;

agreeablenesscenderung menggambarkan kepuasan seksual; neuroticismtinggi memiliki dorongan

seksual yang tinggi pula 5 Hubungan antara

The Big Five Personality dengan Sikap terhadap Seks Pranikah Pada Remaja

Penulis: Nilam Widyarini & Nurul Wulandari (2010) Sampel:120 Variabel Bebas: Kepribadian big five Terikat: Sikap terhadap Seks Pranikah Metode Pendekatan: Cross sectional

Kepribadian neuroticism,

exstraversiondan

conscientiousnessditolak, sedangkan untuk

kepribadian oppeness to experience dan

agreeablenessditerima.

Sumber: Schmitt, 2008; Miller et al, 2004; Garcia et al, 2013; Smith et al, 2007; Widyarini & Nurul, 2010.


(58)

E. Hubungan antara TraitKepribadian dan Perilaku Seksual Remaja

Integrasi teori antara trait kepribadian dengan perilaku seksual remaja dapat dilihat dalam bagan kerangka teori penelitian sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Pendekatan untuk memahami kepribadian meliputi

Perkembangan remaja 1. Perkembangan biologis 2. Perkembangan kognitif 3. Perkembangan psikologis 4. Perkembangan sosial 5. Perkembangan moral dan

spiritual (Zahra, 2005)

Pengembangan identitas pribadi atau kepribadian (Hurlock , 2003)

mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan Perilaku seksual

remaja (Hurlock , 2003)

Trait kepribadian 1. Openness to experience

2. Conscientiousness 3. Extraversion 4. Agreeableness 5. Neuroticism

(Costa dan McCrae, 1997 dalam Kasali 2007) McKinley Health Center 1995

dalam Miron & Charles, 2006

Perilaku seksual berisiko Paling tidak bersisiko


(59)

(60)

38

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel independentpenelitian ini yaitu trait kepribadian yang mencakup dimensi openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism. Variabel

dependent yakni perilaku seksual berisiko remaja. Hubungan antara variabel

independent dan dependent digambarkan dalam bentuk kerangka konsep seperti pada bagan 3.1.

Variabel Independent

Variabel Dependent

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

TraitKepribadian 1. Openness to experience 2. Conscientiousness 3. Extraversion 4. Agreeableness 5. Neuroticism


(61)

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah :

Ha1. Ada hubungan antara dimensi extraversion dengan perilaku seksual

berisiko remaja di SMA Triguna Utama

Ha2. Ada hubungan antara dimensi agreeableness dengan perilaku seksual

berisiko remaja di SMA Triguna Utama

Ha3. Ada hubungan antara dimensi conscientiousness dengan perilaku seksual

berisiko remaja di SMA Triguna Utama

Ha4. Ada hubungan antara dimensi neuroticism dengan perilaku seksual

berisiko remaja di SMA Triguna Utama

Ha5. Ada hubungan antara dimensi openness to experience dengan perilaku


(62)

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Jenis kelamin

Ciri biologis yang dimiliki responden berdasarkan gender (Dewi, 2012)

Kuesioner Pertanyaan tertulis pada karakteristik remaja yang menyediakan 2 alternatif jawaban

1. Perempuan 2. Laki-laki

Nominal

Usia Rentang kehidupan yang diukur sampai ulang tahun terakhir (Dewi, 2012)

Kuesioner Pertanyaan tertulis yang diisi responden secara langsung

Usia responden Interval

Sumber informasi

Segala sumber yang dapat memberikan informasi perilaku seksual

(Dewi, 2012)

Kuesioner Pertanyaan tertulis yang menyediakan 4 alternatif jawaban

1. Keluarga 2. Teman 3. Orang lain 4. Media massa


(63)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Independent

Trait

kepribadian

Lima dimensi dalam kepribadian yang bisa digunakan untuk mencari perbedaan antar individu (Friedman & Schustack, 2008) Possible Qustionnaire Format for

Administering the 50-Item Set of IPIP Big-Five Factor Markers

dari Goldberg, L. R. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 40 item (1992, dalam

International

Personality Item Pool,

2014).

Skala likert.

Favorable:

1 = STS (Sangat Tidak Sesuai)

2 = TS (Tidak Sesuai) 3 = AS (Agak Sesuai) 4 = S (Sesuai)

5 = SS (Sangat sesuai) Sebaliknya pada

unfavorable

Semakin tinggi skor yang dimiliki subjek pada sebuah dimensi, semakin kuat ciri kepribadian tersebut melekat pada diri subjek, demikian pula sebaliknya

(Goldberg, L. R., 1992 dalam

International Personality Item Pool, 2004).


(64)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Dependent Perilaku seksual berisiko remaja

Tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Notoatmodjo, 2007). Kuesioner yang digunakan mencakup 9 pernyataan, yang peneliti modifikasi dari McKinley (1995, dalam Miron & Charles, 2006).

Skala guttman. 1 = Ya

0 = Tidak

1. Perilaku seksual tidak berisiko: skor <1

2. Perilaku seksual berisiko: skor ≥1

Sesuai dengan skor, maka itu adalah jumlah perilaku seksual berisiko yang dilakukan subjek

(Modifikasi dari McKinley 1995 dalam Miron & Charles, 2006).


(65)

(66)

43

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan desain penelitian deskriptif korelasi dan metode pendekatan cross sectional

(Setiadi, 2007). Penelitian kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik, bukan makna secara kebahasaan dan kultural (Siregar, 2013). Desain penelitian deskriptif korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dengan variabel lain (Notoatmodjo, 2006). Pendekatan cross sectional adalah penelitian yang dikumpulkan dan diukur secara simultan terhadap variabel-variabel yang diteliti (Hidayat, 2008), dan tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja, sehingga tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2006).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Triguna Utama mayoritas menunjukkan perilaku seksual yang pernah dilakukan remaja. Bagaimana individu berperilaku termasuk terhadap seksual salah satunya dipengaruhi oleh kepribadian tiap individu. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti terkait hubungan trait kepribadian dengan


(67)

perilaku seksual berisiko remaja di SMA Triguna Utama yang beralamat di Jl. Ir. H Juanda Km 2, Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan subjek yang memiliki kuantitas dan memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti untuk diukur dan dipelajari (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Triguna Utama kelas X dan XI pada tahun 2014 yang berjumlah 84 orang. Siswa kelas XII tidak dapat menjadi responden karena telah selesai melakukan ujian nasional dan tidak ada lagi kegiatan belajar di sekolah.

Daftar jumlah siswa kelas X dan XI SMA Triguna Utama tahun 2014 tercantum dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas X dan XI SMA Triguna Utama tahun 2014

No. Kelas Jumlah siswa

1 X 45

2 XI IPA 23

3 XI IPS 16

Total 84

Sumber: SMA Triguna Utama

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti (Dharma, 2011). Sampel digunakan karena adanya kendala tenaga, waktu, dan dana, sehingga peneliti membatasi banyaknya subjek penelitian disesuaikan


(68)

dengan kemampuan yang ada pada dirinya (Arikunto, 2010). Pemilihan sampel penelitian memerlukan kriteria tertentu yang meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Setiadi, 2007).

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi adalah karakteristik subjek penelitian yang tidak dapat mewakili syarat sebagai sampel (Hidayat, 2008). Sampel yang akan diambil peneliti sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu :

a. Remaja kelas X dan XI SMA Triguna Utama tahun 2014, beragama islam dan belum menikah

b. Bersedia menjadi responden

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh (total sampling), yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Riduwan, 2007). Peneliti mengambil sampel seluruh siswa kelas X dan XI SMA Triguna Utama. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan


(69)

permintaan peneliti (Widoyoko, 2012). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya (Riduwan, 2007). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Kuesioner A berisi tentang data katakteristik berupa jenis kelamin dan usia, serta sumber informasi tentang perilaku seksual

2. Kuesioner B berisi 50 pernyataan terkait traitkepribadian

Instrumen yang digunakan untuk kuesioner B adalah Possible Qustionnaire Format for Administering The 50-Item Set of IPIP Big-Five Factor Markers dari Goldberg, L. R. (1992, dalam International Personality Item Pool, 2014) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Farikha (2011). Peneliti memodifikasi terjemahan kuesioner dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami.

Tabel 4.2 Kisi-kisi Instrumen TraitKepribadian

Variabel Dimensi Nomor Item

Favorable Unfavorable

Trait

Kepribadian

Extraversion 1, 11, 21, 31, 41 6, 16, 26, 36, 46

Agreeableness 7, 17, 27, 37, 42,

47 2, 12, 22, 32

Conscientiousness 3, 13, 23, 33, 43,

48 8, 18, 28, 38

Neuroticism 4, 14, 24, 29, 34,

39, 44, 49 9, 19

Openness to experience

5, 15, 25, 35, 40,

45, 50 10, 20, 30

Sumber: Goldberg, L. R. (1992, dalam International Personality Item Pool, 2014)


(1)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 XI IPS 17 Lk 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 berisiko 1

2 XI IPS 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

3 XI IPS 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

4 XI IPS 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

5 XI IPS 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

6 XI IPS 17 Lk 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 berisiko 1

7 XI IPS 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

8 XI IPS 14 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

9 XI IPS 14 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

10 XI IPS 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

11 XI IPS 17 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

12 XI IPS 17 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

13 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

14 XI IPA 18 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

15 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

16 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

17 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

18 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 0 1 1 0 1 7 berisiko 2

19 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 0 1 1 0 1 7 berisiko 2

20 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 0 1 1 0 1 7 berisiko 2

21 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 0 1 1 0 1 7 berisiko 2

22 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

23 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

24 XI IPA 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

25 XI IPA 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

26 XI IPA 17 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

27 XI IPS 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

28 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

29 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

30 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

31 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

32 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

33 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

34 XI IPA 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

35 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

36 XI IPS 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

37 XI IPA 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

38 XI IPS 17 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

39 X 18 Lk 1 1 1 1 0 1 1 0 0 6 berisiko 3

40 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

41 X 17 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

42 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

43 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

44 X 17 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

45 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

Kategori Perilaku Seksual Remaja

Ns Ket. N


(2)

46 XI IPS 17 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

47 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

48 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

49 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

50 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

51 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

52 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

53 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

54 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

55 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

56 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

57 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

58 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

59 X 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

60 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

61 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

62 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

63 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

64 X 17 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

65 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

66 X 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

67 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

68 X 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

69 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

70 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

71 X 15 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

72 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

73 X 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

74 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

75 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

76 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

77 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

78 X 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

79 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

80 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

81 X 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 berisiko 1

82 X 16 Lk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

83 X 15 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

84 X 16 Pr 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 tdk berisiko 0

84 83 84 84 78 84 84 55 83 31 N Berisiko

0.0% 1.2% 0.0% 0.0% 7.1% 0.0% 0.0% 34.5% 1.2% 37% %

Kelas U (th) JK

X XI IPA XI IPS 14 15 16 17 18 Lk Pr

45 23 16 2 20 40 20 2 43 41 N


(3)

Ya Tidak 1 2 3 4

1 1 0 1 0 1 1

2 1 0 1 0 1 1

3 1 0 1 0 1 1

4 1 0 1 0 0 1

5 1 0 1 0 1 1

6 1 0 1 1 1 1

7 1 0 0 1 1 1

8 1 0 1 1 1 1

9 1 0 1 1 0 1

10 1 0 1 1 0 1

11 1 0 1 0 1 1

12 1 0 0 0 1 1

13 1 0 1 0 1 1

14 1 0 1 0 1 1

15 1 0 1 1 1 1

16 1 0 0 1 1 0

17 1 0 1 1 0 1

18 1 0 1 1 0 1

19 1 0 1 0 1 1

20 1 0 0 0 1 1

21 1 0 1 1 0 0

22 1 0 1 0 0 1

23 1 0 1 0 0 1

24 1 0 0 0 0 1

25 1 0 1 1 0 1

26 1 0 1 1 1 1

27 1 0 0 0 0 1

28 1 0 0 0 0 1

29 1 0 0 0 0 1

30 1 0 1 1 0 1

31 1 0 1 1 1 1

32 1 0 1 0 1 1

33 1 0 0 1 0 1

34 1 0 0 1 1 1

35 1 0 1 0 1 1

36 1 0 1 0 1 1

37 1 0 1 0 1 1

38 1 0 1 0 1 1

39 1 0 1 0 1 0

40 1 0 1 1 1 1

41 1 0 1 1 1 1

42 1 0 1 1 1 1

43 1 0 1 0 1 1

44 1 0 1 1 1 1

45 1 0 1 0 1 1


(4)

46 1 0 1 0 1 0

47 1 0 1 0 1 0

48 1 0 1 0 1 1

49 1 0 1 1 1 1

50 1 0 1 0 1 0

51 1 0 1 1 1 1

52 1 0 1 0 1 1

53 1 0 1 1 1 1

54 1 0 1 0 1 1

55 1 0 1 0 1 1

56 1 0 1 0 1 1

57 1 0 1 0 1 1

58 1 0 1 1 1 1

59 1 0 1 0 1 1

60 1 0 1 1 1 1

61 1 0 1 1 0 1

62 1 0 1 0 0 1

63 1 0 1 0 1 1

64 1 0 1 1 1 1

65 1 0 1 1 1 1

66 1 0 1 0 1 1

67 1 0 1 1 0 1

68 1 0 1 0 0 1

69 1 0 1 1 0 1

70 1 0 1 0 0 1

71 1 0 1 1 0 1

72 1 0 1 1 1 1

73 1 0 1 1 0 1

74 1 0 1 1 1 1

75 1 0 1 0 1 1

76 1 0 1 1 1 1

77 1 0 1 0 0 1

78 1 0 1 1 1 1

79 1 0 1 1 1 1

80 1 0 1 1 1 1

81 1 0 1 1 1 1

82 1 0 1 0 1 1

83 1 0 1 0 1 1

84 1 0 1 0 1 1


(5)

Hasil Olahan Bivariat

Correlations

seksss

extraversion

Spearman's rho

seksss

Correlation Coefficient

1.000

-.039

Sig. (2-tailed)

.

.728

N

84

84

extraversion

Correlation Coefficient

-.039

1.000

Sig. (2-tailed)

.728

.

N

84

84

Correlations

seksss

agreeableness

Spearman's rho

seksss

Correlation Coefficient

1.000

-.019

Sig. (2-tailed)

.

.862

N

84

84

agreeableness

Correlation Coefficient

-.019

1.000

Sig. (2-tailed)

.862

.

N

84

84

Correlations

seksss

agreeableness

Spearman's rho

seksss

Correlation Coefficient

1.000

-.019

Sig. (2-tailed)

.

.862

N

84

84

agreeableness

Correlation Coefficient

-.019

1.000

Sig. (2-tailed)

.862

.


(6)

Correlations

seksss

neurocitism

Spearman's rho

seksss

Correlation Coefficient

1.000

.185

Sig. (2-tailed)

.

.092

N

84

84

neurocitism

Correlation Coefficient

.185

1.000

Sig. (2-tailed)

.092

.

N

84

84

Correlations

seksss

openess

Spearman's rho

seksss

Correlation Coefficient

1.000

-.235

*

Sig. (2-tailed)

.

.031

N

84

84

openess

Correlation Coefficient

-.235

*

1.000

Sig. (2-tailed)

.031

.

N

84

84