Prosedur Administrasi Tes DAP Cara Interpretasi

8 ketidaksadaran dan kesadaran Sadock Sadock, dalam Kubierske, 2008. Spesifik simbol ini yang disebutkan sebagai indikator emosional. Machover mengidentifikasi indikator emosional dengan cara membandingkan gambar manusia yang dibuat oleh pasien-pasiennya dengan gangguan emosional yang dialami pasien tersebut. Gangguan emosional yang diteliti meliputi obsesif-kompulsif, kecemasan, skizofrenia, dan perilaku depresif Kubierske, 2008.

2. Prosedur Administrasi Tes DAP

Prosedur administrasi tes DAP dengan meminta subjek menggambarkan manusia pada kertas berukuran 8,5 x 11 inch dengan menggunakan pensil HB. Instruksi yang diberikan cukup singkat, yaitu “buatlah gambar manusia”. Dapat juga ditambahkan instruksi, “gambarlah sesukamu” jika subjek bertanya lebih lanjut setelah mendapat instruksi pertama. Selama subjek menggambar, tester melakukan observasi pada subjek tanpa mengganggu proses menggambar. Tester perlu mencatat beberapa hal penting dalam observasi tersebut seperti data pribadi, pertanyaan – pertanyaan subjek sebelum menggambar, waktu menggambar, urutan bagian tubuh yang digambar, komentar – komentar spontan subjek selama menggambar, serta jenis kelamin manusia yang digambar pertama kali. 9 Pengalaman tester dalam memberikan instruksi dapat mempengaruhi subjek dalam memahami perintah tester dalam melaksanakan tes. Tester juga harus memberitahukan kepada subjek bahwa tugas yang diberikan untuk kepentingan eksperimen dan tidak ada hubungannya dengan keahlian menggambar. Jika subjek menghilangkan suatu bagian penting dari tubuh, tester dapat memberikan dorongan untuk mencoba menggambarkannya setelah tester mencatat bagian-bagian yang tidak digambar. Hal tersebut bertujuan untuk melihat alasan subjek menolak menggambar bagian tersebut Machover, 1965.

3. Cara Interpretasi

Metode – metode proyektif dari analisis kepribadian dan teori psikoanalisis dalam konteks klinis mendasari interpretasi tes DAP. Tes ini sendiri memiliki asumsi dasar bahwa gambar manusia berhubungan erat dengan impuls – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan ciri – ciri kompensatoris individu yang bersangkutan. Asumsi dasar tersebut telah terbukti berulang kali dalam pengalaman klinis. Gambar manusia dianggap sebagai gambaran akan diri subjek, sedangkan kertas yang digunakan dianggap sebagai lingkungan. Hal ini terjadi karena, ketika menggambar manusia, seseorang dihadapkan pada kemampuannya untuk memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap – sikap yang ditampilkan dalam gambar manusia. Oleh sebab 10 itu, sebenarnya tidak menjadi masalah untuk melakukan interpretasi secara bebas terhadap aspek – aspek yang seringkali mencerminkan masalah – masalah riil dan tingkah laku dari individu yang menggambar. Misalnya, mata figur mempunyai pandangan termenung, melirik secara sembunyi maka ini seringkali merupakan ciri khas individu yang sedang proyeksi. Aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan penampilan diri subjek seperti : ukuran gambar, penempatan di kertas, kecepatan gerakan menggambar, tekanan, kepadatan dan variasi garis yang digunakan, urutan bagian – bagian yang digambar, sikap mental, penggunaan latar belakang, perluasan lengan ke arah tubuh atau menjauhi tubuh, spontanitas ataupun kekakuan. Hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah isi, yang mencakup detail – detail tubuh dan perlakuan pakaian, diinterpretasi seseuai dengan arti fungsionalnya. Selanjutnya, proporsi tiap bagian tubuh, kecenderungan – kecenderungan ketidaklengkapan, jumlah detail dan daerah konsentrasi detail, jumlah dan fokus penguatan, hapusan – hapusan dan perubahan – perubahan grafis, taraf simetri, cara membuat garis tengah dan suasana yang diekspresikan dalam wajah atau sikap gambar tersebut juga diperhatikan Machover, 1965. Kategori-kategori penilaian DAP bagian kepala meliputi : kepala, alis, rambut, mata, hidung, mulut, telinga, dan dagu “Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998. 11

B. MDS