Latar Belakang Analisa Faktor Penyebab Stres Dan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Profesi Keperawatan Usu Angkatan 2006 Dalam Menghadapi Pendidikan Profesi NERS
Melalui pendidikan program profesi diharapkan dapat terbentuk kemampuan akademik dan professional serta kemampuan mengembangkan keterampilan
dalam memberikan pelayananasuhan keperawatan professional dan dapat bersosialisasi dengan peran profesionalnya. Oleh karena itu diperlukan berbagai
metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan fasilitas belajar serta komunitas profesional yang kondusif, baik dirumah sakit, pendidikan
maupun di komunitas Nursalam 2008. Stres telah menjadi mimpi buruk bagi mahasiswa. Salah satunya banyak di
alami oleh mahasiswa yang sedang menjalani profesi. Menurut Sugiono 2006, melaporkan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan profesi pada
jurusan akuntan publik mengeluh stres karena beban kuliah yang banyak dan anggapan bahwa karir sebagai seorang akuntan publik akan menghasilkan gaji
yang kecil apabila belum mempunyai pengalaman. Demikian juga pada mahasiswa yang mengambil program studi kedokteran dengan adanya metoda
pembelajaran PBL Problem Based Learning menuntut pendidikan yang penuh kompetensi dan praktek klinik yang ketat tidak jarang mahasiswanya mengalami
stres. Kondisi stres ini dapat memicu terjadinya kegagalan dalam menempuh profesi. Kondisi stres juga mendorong terjadinya perubahan perilaku pada
mahasiswa profesi seperti penurunan minat dan aktifitas, penurunan energi, tidak masuk atau terlambat kerja, cenderung mengekspresikan pandangan sinis pada
orang lain, perasaan marah, malu, kecewa, frustasi, bingung, putus asa serta melemahkan tanggungjawab Abraham Skalay, 1997.
Menurut Mahat 1998, dan Chapman Orb 2000, menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan dan
mengalami kondisi yang memicu stres saat berhadapan dengan masalah-masalah nyata selama menjalani pembelajaran profesi. Pembelajaran pada program profesi
dapat memicu stres karena menjadi kegiatan yang sulit bagi mahasiswa. Umumnya kesulitan-kesulitan yang ada berkaitan pada masalah interpersonal,
perasaan frustasi dan perasaan lelah yang muncul pada saat kebutuhan mahasiswa tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan yang tidak
sekedar menggambarkan situasi di teori. Seperti halnya mahasiswa profesi psikologis dan mahasiswa kedokteran
dimana manusia sebagai objek pelayanan, mahasiswa keperawatan juga mengalami kondisi yang memungkinkan terjadinya stres. Penelitian yang
dilakukan oleh Hadiyanto 2006, didapatkan data sebanyak 3 mahasiswa mengalami stres berat dan akan bertambah jika institusi pendidikan tidak
melakukan pencegahan stres pada mahasiswa keperawatan. Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah
mahasiswa menyelesaikan
program akademik. Pada program profesi
pembelajarannya lebih ditekankan pada pelaksanaan praktek baik ditatanan rumah sakit maupun komunitas. Mahasiswa program ners tidak saja berasal dari
mahasiswa regular lulusan SMA-jalur A, namun juga dari para mahasiswa yang sudah bekerja di institusi pendidikan maupun pelayanan dan mereka merupakan
lulusan SPK maupun D3 keperawatan dikenal dengan lintas jalur B Finn, King Thornburn, 2000. Menurut peneliti, hal ini menarik, karena mahasiswa jalur B
memiliki motivasi dan semangat mencari ilmu yang tinggi yang dapat menimbulkan stres pada mahasiswa reguler.
Perbedaan ini menimbulkan stres karena jalur A merasa kemampuan yang dimiliki lebih rendah dibanding jalur B. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa
jalur A sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktek baik di Rumah Sakit maupun di komunitas. Mahasiswa regular menghadapi peristiwa-peristiwa
yang diluar perkiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata di lapangan karena sebelumnya belum pernah mereka temukan seperti respon klien yang tidak
diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah dan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Sementara mahasiswa jalur B telah mendapatkannya ketika
mereka belajar di SPK atau D3 keperawatan. Sehingga kalau saja stres terjadi pada mahasiswa jalur B, maka mekanisme untuk beradaptasi pada stres yang
terjadi memungkinkan lebih baik jika dibandingkan mahasiswa jalur A. Dari hasil penelitiannya disebuah Rumah Sakit besar menemukan data bahwa mahasiswa
regular pemula lebih idealis. Mahasiswa regular berkehendak apa yang diperoleh selama pendidikan benar-benar diaplikasikan di Rumah Sakit, namun
kenyataannya tidak terjadi sehingga mahasiswa regular mengalami stres Finn, King Thornburn, 2000.
Faktor stres lain yang dialami mahasiswa regular adalah pemahaman mahasiswa yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru, pengalaman
pertama berinteraksi dengan pasien dan perannya sebagai perawat yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien, serta keharusan bertanggung
jawab pada perawat ruangan. Mahasiswa regular yang belum memiliki gambaran tentang realitas di lahan praktek menyebabkan mahasiswa merasa tertekan ketika
berhadapan dengan pasien, prosedur perawatan, teman sejawat yang sebagian besar belum memahami tujuan pembelajaran dan keterbatasan mahasiswa di lahan
praktek membuat mahasiswa regular stres dan frustasi Syahreni Waluyanti, 2007.
Mahasiswa profesi ners dari lintas jalur berbeda dengan mahasiswa profesi ners dari kelas regular. Mahasiswa lintas jalur biasanya lebih memiliki
pengalaman klinik dibanding mahasiswa regular. Pengalaman yang sudah mereka miliki dapat membantu dalam pelaksanaan praktek profesi, dibandingkan
mahasiswa pemula yang belum pernah ke lahan praktek, sehingga mahasiswa lintas jalur cenderung menganggap praktek di Rumah Sakit sebagai suatu
kerutinan dan hal yang biasa Psathas, 2000. Universitas Sumatera Utara adalah salah satu universitas di Sumatera yang
memiliki Fakultas Keperawatan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah membuka program ners baik dari kelas regular dan kelas lintas jalur.
Mahasiswa angkatan 2006 memiliki jumlah mahasiswa regular sebanyak 51 orang yang sekarang sedang menjalani pendidikan profesi diberbagai rumah sakit di
Sumatera Utara Data mahasiswa 30 Agustus 2010. Stres yang terjadi pada mahasiswa perlu dicarikan solusi penanganan lebih
dini agar tidak berkembang menjadi stres yang hebat. Hal ini bisa dilakukan dengan pengenalan dan kewaspadaan tentang stres secara tepat sehingga nantinya
individu menganggap stres adalah bagian dari tantangan dan bukanlah akhir dari segalanya yang tidak bisa dipecahkan Sunaryo, 2004. Tindakan inilah yang
kemudian dikenal dengan mekanisme koping terhadap stres. Mekanisme koping merupakan mekanisme yang muncul akibat terjadinya
stres pada diri individu yang akan mempermudah terjadinya proses adaptasi. Mekanisme koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam Kelliat, 1998. Namun demikian setiap orang
mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengatasi stres Dewe, 1989. Bila mekanisme penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat
beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme koping gagal artinya individu gagal untuk beradaptasi maka akan timbul
gangguan kesehatan baik berupa gangguan fisik, psikologis maupun perilaku Kelliat, 1998. Bila hal ini terjadi pada mahasiswa yang sedang melakukan
praktek di tatanan pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Komunitas maka dapat mempengaruhi prestasi dan kualitas kinerja yang dilakukan.
Berdasarkan fenomena tersebut perlu dilakukan pengkajian apakah faktor- faktor penyebab mahasiswa mengalami stres dan bagaimana mekanisme koping
yang digunakan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang analisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU
angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners.