Tempat dan Waktu Penelitian Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Data Penelitian 1.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Gotong Royong Jaya Medan yang berlokasi di Jl. Hindu No. 33 Medan dan penelitian ini akan dimulai bulan November 2007.

B. Jenis Data

1. Data Primer, yaitu data yang yang dikumpulkan oleh perorangan atau organisasi yang merupakan objek penelitian dimana data tersebut merupakan data yang belum diolah dan diambil langsung seperti hasil wawancara dan tanya jawab dengan manajemen PT. Gotong Royong Jaya Medan. 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi baik berupa publikasi, maupun data olahan perusahaan sendiri, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan realisasi biaya standar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Teknik Dokumantasi Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap dokumen-dokumen yang ada diperusahaan 34 Universitas Sumatera Utara 2. Teknik Wawancara Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan bagian yang terkait dengan objek penelitian.

D. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang dilakukan untuk menganalisis dalam penulisan ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dimana data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan kemudian dikumpulkan, diklasifikasikan serta diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan mengenai gambaran yang sebenarnya, serta membandingkanya dengan teori tentang biaya standar. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian 1.

Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan a. Sejarah Singkat perusahaan Perusahaan ini adalah berbentuk badan hukum yaitu perseroan terbatas PT. Perusahaan ini berdiri pada tangga 15 Maret 1961 secaea bersama-sama ngan nama CV. Gotong Royong. Pada mulanya perusahaan ini berkedudukan di Jakarta. Pada bulan Agustus 1961 perusahaan ini memulai usahanya di Medan. Perpindahan ini didasarkan pada pertimbangan ekonomis, yang mana usaha dari perusahaan ini berada di daerah Sumatera Utara sehingga komunikasi perusahaan dengan kantor dapat berjalan dengan lancar. Dalam perkembangannya perusahaan ini pada bulan Agustus 1962 dengan akte notaris Ong Kiem Lian, CV. Gotong Royong diubah bentuk badan hukumnya menjadi PT. Gotong Royong Jaya berdomisili di Medan. Perusahaan ini pada hakikatnya adalah perusahaan dimana saham dari PT ini dimiliki oleh keluarga, yang terdiri dari istri dan anak-anak dari pemilik perusahaan ini. Dimana kepala keluarga bertindak sebagai direktur perusahaan, sedangkan istri dan anak-anak sebagai dewan komisaris dari perusahaan. Perseroan terbatas ini secara garis besar bergerak dibidang usaha perkebunan karet dengan hak guna atas tanah perkebunan Blangkahan AB dan 36 Universitas Sumatera Utara daerah Sinapur yang terletak di daerah Langkat. Hasil perkebunan ini pada mulanya hanya dijual lokal saja, tetapi sejak bulan Oktober 1963, perusahaan meningkatkan usahanya yang bergerak di bidang ekspor dari hasil perkebunannya. Negara tujuan utamanya adalah Jepang. Perusahaan ini pada mula berdirinya banyak mengalami kesulitan baik di bidang manajeman, keuangan, pemasaran, maupun skill dalam mengolah karet mencapai standar. Kesulitan-kesulitan perusahaan ini yang baru berdiri dapat diterima apalagi dalam bidang keuangan sulit untuk memperoleh kredit untuk perusahaan pribumi seperti ini. Dalam perkembangan selanjutnya perusahaan ini mulai menunjukkan aktifitasnya dengan melakukan transaksi ekspor ke Jepang sebesar 20 ton untuk pertama kali, tetapi untuk saat ini kegiatan ekspor tidak lagi dilakukan. Pada tahun 1967 perkebunan Blangkahan dan Sinapur yang mempunyai areal seluas 958,9 Ha dipertukarkan dengan perkebunan Mendaris A yang mempunyai areal yang lebih luas yaitu 1.869 Ha yang terletak di daerah Deli Serdang – Tebing Tinggi Deli. Perkebunan Mendaris A pada mulanya diusahakan oleh PT. Kartini. Dengan luas kebun yang dikelola perusahaan ini maka kegiatan semakin bertambah dan dapat meningkatkan realisasi ekspornya serta juga dapat meningkatkan mutu serta sistem pengolahan yang baru. Dalam menghadapi saingan karet sintetis, maka pimpinan perusahaan dari perkebunannya dari sistem pengolahannya, mutu slab dan lumps menjadi sistem pengelohan dengan mutu sheet dan crum rubber untuk merealisasikan maksud ini perusahaan mengadakan Universitas Sumatera Utara joint atau kerja sama KOPAN Komando Operasi Harapan pada bulan February 1969. Pengolahan jenis sheet atau crumb dimana mesin-mesin yang igunakan sebagai alat pengolahan dan sistem pengeringan juga berbeda, serta waktu yang diperlukan relatif singkat. Dengan sistem ini dalam tempo 7 sampai 8 jam saja sudah selesai dan dalam keadaan ready of export. Sistem pengolahan ini jauh lebih cepat dan manfaat yang didapat darinya adalah penghematan waktu dan dapat langsung memenuhi kemampuan ekspor untuk diolah. Pada tahun 1988 diadakan perluasan usaha dengan mendirikan pabrik sarung tangan dengan kapasitas terpasang 36 juta postahun yang diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa, akan tetapi untuk saat ini kegiatan pada pabrik sarung tangan tidak lagi beroperasi.

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Dengan adanya suatu struktur organisasi yang baik maka diharapkan akan tercapai suatu koordinasi ataupun kerjasama yang baik antar unit-unit maupun untuk menjalankan suatu organisasi dibutuhkan karyawan yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya. Berikut ini akan diuraikan tugas-tugas dan tanggung Universitas Sumatera Utara jawab setiap Bidang pada PT. Gotong Royong Jaya Medan adalah sebagai berikut: 1 Direktur Utama Sebagai top manajer bertanggungjawab atas segala kegiatan perusahaan dalam usaha mencapai tujuan perusahaan Direktur Utama membuat kebijaksanaa dan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan sehingga mencapai hasil secara maksimal. Setiap tahunnya Direktur Utama melaporkan kegiatan perusahaan kepada rapar anggota pemegang saham, untuk mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yangtelah ditempuh atau yang telah dijalankan. 2 Direktur Direktur bertugas sebagai pembantu Direktur Utama dalam melaksanakan tugasnya sebagai top manajer, dan juga sebagai pengganti Direktur Utama ketika Direktur Utama tidak berada di tempat. 3 Kepala-kepala Bagian a Kepala Bagian AdministrasiPersonalia mempunyai tugas sebagai berikut, yaitu: 1 Mengatur surat-surat masuk dan keluar di dalam perusahaan baik dalam bidang perkebunan maupun bidang pabrik Sekretariat Direksi. 2 Mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kepegawaian pada umumnya. Universitas Sumatera Utara 3 Mengatur urusan administrasi lainnya yang erat hubungannya dengan kelancaran administrasi perusahaan. 4 Bertanggungjawab atas segala urusan administrasi keuangan perusahaan kepada Direktur Utama. b Kepala Bagian Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut, yaitu: 1 Melaporkan pertanggungjawaban administrasi keuangan kepada Direktur Utama pada saat tertentu. 2 Menginventariskan transaksi-transaksi, baik itu di perkebunan atau di kantor pusat. c Kepala Bagian Pembukuan mempunyai tugas sebagai berikut, yaitu: 1 Mengatur pembukuan pemasukan dan pengeluaran uang yang telah digariskan oleh perusahaan. 2 Membuat laporan keuangan kepada Direktur Utama tentang neraca serta laba rugi perusahaan. d Kepala Bagian Marketing, bertugas : 1 Mengatur administrasi marketing atau hal-hal lain yang erat hubungannya dengan penjualan karet antara lain masalah LC dengan bank penggudangan, pengangkutan dan lainnya. 2 Mengatur pengiriman karet yang akan dipasarkan kepada konsumen. 3 Melaksanakan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan transaksi-transaksi pemasaran kepada Direktur Utama. Universitas Sumatera Utara e Kepala Bagian Perlengkapan, bertugas : 1 Merencanakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan, baik keperluan pabrik serta kebutuhan perusahaan lainnya. 2 Mencari dan membeli barang-barang dn alat serta perlengkapan lainnya sesuai dengan perencanaan tersebut. 3 Mengatur administrasi distribusi barang-barang kepada perkebunan. 4 Manajer-manajer Perkebunan a Manajer Perkebunan Mendaris A, bertugas : 1 Memimpin dan mengelola kebun Mendaris A mulai dari masalah penanaman dan peremajaan pokok karet, pemupukan, penderesan karet, serta pengaturan karyawan dalam usaha meningkatkan produksi karet di perkebunan Mendaris A tersebut. 2 Melaporkan pertanggungjawaban segala kegiatan yang dilakukan dalam perkebunan tersebut kepada Direktur Utama atau Direktur. b Manajer Perkebunan Malem Dagang, bertugas : 1 Memimpin dan mengelola kebun Malem dagang mulai dari masalah penanaman dan peremajaan pokok karet, pemupukan, penderesan karet, serta pengaturan karyawan dalam usaha meningkatkan produksi karet di perkebunan Malem Dagang tersebut. Universitas Sumatera Utara 2 Melaporkan pertanggungjawaban segala kegiatan yang dilakukan dalam perkebunan tersebut kepada Direktur Utama atau Direktur. 3 Disamping itu Direktur Utama juga meminta pertanggungjawaban dari kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin pabrik. Dari uraian di atas jelas bahwa Direktur Utama sebagai top manajer perusahaan mengkoordinasikan semua Kepala Bagian yakni Manajer perkebunan Mendaris A, Malem Dagang serta Pimpinan pabrik. Untuk kelancaran tugas Direktur Utama dibantu oleh staff ahli yang dapat menunjang kebijaksaan pimpinan dengan perencanaan. Dengan demikian sistem organisasi yang dianut oleh perusahaan ini adalah sistem organisasi garis dan staff. Struktur organisasi PT. Gotong Royong Jaya Medan dapat dilihat dilampiran.

c. Jenis-Jenis Kegiatan pada PT. Gotong Royong Jaya Medan

PT. Gotong Royong Jaya Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, dimana perusahaan tersebut memiliki kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1 Pembibitan Kegiatan pembibitan ini dilakukan sendiri oleh karyawan perusahaan. Dimana, bibit didapat dengan membeli di balai pembibitan baik itu bibit kelapa sawit, bibit karet maupun bibit kakao. Bibit yang sudah dibeli tersebut ditanam di dalam polybag. Setelah itu dalam jangka waktu yang diperlukan dapat ditanam. Untuk bibit kelapa sawit jangka waktu yang diperlukan yaitu 1 Universitas Sumatera Utara sampai dengan 1 ½ tahun. Sedangkan untuk bibit karet dan bibit kakao hanya memerlukan jangka waktu 6 sampai dengan 8 bulan karena dilakukan dengan cara okulasi. 2 Penanaman baru atau peremajaan tanaman Kegiatan ini terbagi menjadi dua bagian, antara lain: a Konversi yaitu menanam kembali tanaman dengan jenis tanaman yang lain. b Replanting yaitu menanam kembali tanaman dengan jenis tanaman yang sama. 2 Pemeliharaan tanaman Kegiatan ini terdiri atas : a Pembersihan areal dari gulma-gulma atau rumput pengganggu. b Pemeliharaan tanaman dari hama dan penyakit. c Pemeliharaan jalan di sekitar areal perkebunan. 3 Panen dan pengumpulan hasil Kegiatan ini dilakukan apabila sudah tiba waktu untuk memanen hasil-hasil dari perkebunan. Buruh yang melakukan panen kelapa sawit disebut dengan “pendodos”, sedangkan buruh yang melakukan panen pada tanaman karet disebut dengan “penderes”. 4 Pengolahan dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi Kegiatan ini dilakukan hanya pada tanaman karet. Dimana, getah karet diolah menjadi latex dan cuplump. Sedangkan tanaman kelapa sawit hanya Universitas Sumatera Utara menghasilkan buah sawit segar TBS yang tidak perlu diolah lagi dan tanaman kakao menghasilkan biji kakao yang kemudian dikeringkan. 5 Penjualan Kegiatan ini hanya dilakukan untuk lokal saja. Dimana hasil dari perkebunan baik yang telah diolah maupun tidak dijual ke perusahaan lain dalam bentuk kontrak per satuan dan per D.O. Perusahaan yang menerima hasil dari perkebunan, antara lain: PT. PSL Prima Sauhur Lestari dan PT. Mitra Agung Sawita Sejati. Universitas Sumatera Utara Lateks Kebun Orvangan Tank Bak Sedimentasi Mesin Centrifuser Latex Tangki Campur Bak Pengipasan Tangki Timbang Tangki Penyimpanan Ekspor Bak Pengumpulan Bak Serum Secunder Bak Pengendalian Limbah KKK 28 VFA 0,05 NH3 : HA : 0,5 – 0,7 LA : 0,4 – 0,5 TZ 25 = 1,0 ccltr, Lateks Kebun DAP 10 = 1 mlltr lateks kebun MA TZ 25 = ccltr lateks pekat Sumber : Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Gambar 4.1 Skema Pengolahan Lateks Pekat Universitas Sumatera Utara

2. Penentuan Standar Biaya Produksi Lateks Pekat a. Standar Biaya Bahan baku

Pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan menetapkan biaya standar berdasarkan pengalaman masa lalu dan meramalkan untuk masa yang akan datang. Biaya standar ditetapkan setiap awal tahun dan pada setiap akhir tahun biaya standar dibandingkan dengan biaya produksi yang sebenarnya terjadi. Untuk lebih memperjelasnya, pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan menetapkan standar bahan baku sebagai berikut: 1 Standar Harga Bahan Baku Per Kilogram Bahan baku dari lateks pekat adalah lateks kebun, lateks kebun sering juga disebut getah susu yang dihasilkan dari tanaman karet. Harga yang diharapkan untuk 1 kg lateks kebun adalah Rp. 7.500. Untuk tahun 2006 perusahaan meramalkan akan terjadi kenaikan harga sebesar 6. Jadi standar harga bahan baku lateks kebun untuk 1 kg adalah. Harga yang diharapkan Rp. 7.500 Ramalan kenaikan harga 6 450 Standar harga bahan baku per kg Rp. 7.950 2 Standar Kuantitas Bahan Baku Pemakaian Dalam Produk Standar kuantitas bahan baku ditentukan berdasarkan kerjasama antar bagian produksi dan bagian administrasi dengan memperhatikan laporan biaya bahan baku pada tahun lalu. Penentuan standar kuantitas bahan baku juga dipengaruhi oleh standar mutu dari bahan baku tersebut. Universitas Sumatera Utara Standar bahan baku lateks kebun untuk 1000 kg akan menghasilkan 440 kg lateks pekat efisiensi lateks pekat adalah 44. Dengan demikian untuk menghasilkan 1 ton 1000 kg lateks pekat akan diperlukan sebanyak 2.273 kg lateks kebun atau 1 Kg output lateks pekat = 2,273 bahan baku lateks kebun. Untuk tahun 2006 pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan merencanakan memproduksi sebanyak 362.000 kg. Maka standar bahan baku yang diperlukan akan tampak seperti dibawah ini: Tabel 4.1 Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Standar Biaya Bahan Baku Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Rencana Produksi kg Bahan baku yang diperlukan Harga per kg Rp Total Biaya Rp Jenis Jumlah kg 362.000 Lateks kebun 822.727,3 7.950 6.540.682.035 Sumber: Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan

b. Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam memproduksi lateks pekat. Tenaga kerja langsung akan menerima upah yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Seperti halnya biaya bahan baku, maka biaya tenaga kerja langsung terdiri dari unsur pemakaian jam kerja langsung dan unsur tarif upah tenaga kerja langsung. Asisten pabrik menetapkan jam kerja standar dengan berdasarkan pada kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara Penetapan tarif upah perjam tenaga kerja langsung pada pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan ditetapkan berdasarkan tingkat kecakapan karyawan dan pengalaman pengupahan dimasa yang lalu, namun tarif upah dapat berubah sesuai dengan keadaaan ekonomi. Perusahaan telah menetapakan jumlah produksi untuk tahun 2006 adalah 362 000 lateks pekat, berdasarkan pengalaman masa lalu rencana kerja untuk menghasilkan 362.000 kg lateks pekat adalah selama 330 hari, jumlah tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi adalah 26 orang dengan jam kerja yang diharapkan pada setiap pekerjannya adalah 7 jamhari Upah harian untuk setiap tenaga kerja adalah Rp. 45.420 per hari. Jadi : Jumlah produksi 1 kg = 000 . 362 26 7 330 x x Berarti 1 kg lateks pekat = 0,166 jam per kg Atau 1 jam kerja langsung dapat menghasilkan lateks pekat sebanyak : 1 jam kerja langsung = jam kg 060 . 60 000 . 362 = 6,03 kg per jam Sedangkan untuk tarif upah standar, dengan upah sebesar Rp. 45.420 per hari. Maka tarif upah standar per jam kerja adalah : Rp. 45.420 : 7 jam = Rp. 6.488,6 per jam Dengan demikian untuk tahun 2006 standar biaya tenaga kerja pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan akan tampak seperti dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006 Rencana Kerja Jam Tarif Upah Jam Rp Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 60.060 6.488,6 389.705.316 Sumber: Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan

c. Standar Overhead Pabrik

Overhead pabrik dalam perusahaan ini terdiri dari berbagai jenis biaya produksi, selain biaya pemakaian bahan baku dan upah langsung. PT. Gotong Royong Jaya Medan membedakan overhead pabrik atas overhead variabel dan tetap . Dimana biaya tersebut digolongkan atas: 1 Overhead Pabrik Variabel, terdiri dari: a Reperasi dan pemeliharaan mesin b Bahan bakar : HSD solar c Bahan kimia pendukung : amoniak, cuka getah, TMTD, NH3, 2 NOc d Biaya PLN 2 Overhead Pabrik Tetap a Penyusutan mesin b Upah tidak langsung. Adapun penentuan standar tarif biaya tidak langsung tersebut di tetapkan dengan rumus sebagai berikut: Tarif overhead pabrik jam = mesin kerja jam Anggaran overhead Anggaran Universitas Sumatera Utara Standar overhead pabrik pada pabrik latek pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan untuk tahun 2006 dengan rencana produksi 362.000 kg diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.3 Pabrik latek pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Anggaran Overhead Pabrik Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Biaya Reperasi dan Pemeliharaan Mesin Biaya Bahan Bakar Pelumas Biaya Bahan Kimia Pendukung Biaya PLN Biaya Penyusutan Mesin Biaya Upah tidak langsung Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 18.520.000 27.025.000 2.152.000 10.114.000 9.890.000 17.145.000 Jumlah Overhead Variabel Jumlah Overhead Tetap Overhead Total Rp. Rp. Rp. 57.811.000 27.035.000 84.846.000 Sumber: Pabrik Latek Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Dengan demikian dapat dihitung overhead pabrik per jam yaitu: perjam Rp jam Rp 68 , 412 . 1 . 060 . 60 000 . 846 . 84 .  Sedangkan standar overhead pabrik per kilogram kg yaitu: perjam Rp jam Rp 90 , 239 . 000 . 362 000 . 846 . 84 .  Sebagai kesimpulan, standar biaya produksi lateks pekat untuk tahun 2006 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Standar Biaya Produksi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Standar Biaya Bahan Baku Standar iaya Tenaga Kerja Standar Overhead Total Standar Biaya Produksi Rp. Rp. Rp. Rp. 6.540.682.035 389.705.316 84.846.000 7.015.233.351 Sumber: Pabrik Latek Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Realisasi Biaya Produksi 1. Realisasi Biaya Bahan Baku Realisasi biaya bahan baku Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.5 Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Realisasi Biaya Bahan Baku Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Produksi aktual Kg Bahan Baku yang Diperlukan Harga per Kg Rp Total Biaya Rp Jenis Jumlah Aktual kg 358.000 Latek kebun 895.000 8.250 7.383.750.000 Sumber: Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Universitas Sumatera Utara 2. Realisasi Biaya Tenaga Kerja Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.6 Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Aktual Kerja jam Tarif UpahJam Rp Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 54.600 7.287,5 397.897.500 Sumber: Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan 3. Realisasi Overhead Pabrik Realisasi Biaya Tidak Langsung dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.7 Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Realisasi Overhead Parik Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Biaya Reperasi dan Pemeliharaan Mesin Biaya Bahan Bakar Pelumas Biaya Bahan Kimia Pendukung Biaya PLN Biaya Penyusutan Mesin Biaya Upah tidak langsung Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 24.521.000 37.887.000 3.770.000 12.767.000 9.890.000 17.145.000 Jumlah overhead pabrik variabel Jumlah overhead pabrik tetap Overhead pabrik total Rp. Rp. Rp. 78.945.000 27.350.000 105.980.000 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian Realisasi Biaya Produksi Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.8 Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Realisasi Biaya Produksi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Overhead Pabrik Total Biaya Produksi Rp. Rp. Rp. Rp. 7.383.750.000 397.897.500 105.980.000 7.887.627.500 Sumber: Pabrik Latek Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Dengan membandingkan biaya standar dengan biaya aktual, analisis yang dilakukan PT. Gotong Royong Jaya Medan terhadap biaya produksi lateks pekat dilaporkan sebagai berikut : Tabel 4.9 Pabrik Lateks Padat PT. Gotong Royong Jaya Medan Laporan Biaya Produksi Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Biaya Produksi Standar Realisasi Selisih Biaya bahan baku Biaya upang langsung Biaya tidak langsung 6.540.682.035 389.705.316 84.846.000 7.466.250.000 397.897.500 105.980.000 925.567.965 8.192.184 21.134.000 Total 7.015.233.351 7.970.127.000 954.894.149 Sumber: Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Universitas Sumatera Utara

3. Penyimpangan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Lateks Pekat

a. Penyimpangan Biaya Bahan Baku

Seperti telah disebutkan sebelumnya standar pada kondisi normal untuk 1000 kg lateks kebun akan menghasilkan 440 kg lateks pekat efisiensi lateks pekat adalah 44. Dengan demikian untuk menghasilkan 1 ton 1000 kg lateks pekat akan diperlukan sebanyak 2.273 kg lateks kebun atau 1 Kg output lateks pekat = 2,273 bahan baku lateks kebun. Maka standar untuk menghasilkan 362.000 kg lateks pekat yang direncanakan dibutuhkan 822.727.3 kg lateks kebun. Tetapi pada realisasinya, produksi aktual hanya sebanyak 358.000 kg lateks pekat dengan bahan baku yang terpakai sebanyak 895.000 kg lateks kebun, sementara harga yang diharapkan untuk 1 kg lateks kebun sebesar Rp. 7.950 kg ternyata harga sesungguhnya sebesar Rp. 8.250 kg. Jadi penyimpangan biaya bahan baku tersebut dapat dihitung : Penyimpangan biaya bahan baku terdiri dari: 1 Penyimpangan harga bahan baku Penyimpangan harga bahan baku ini dilakukan dengan cara mencari selisih harga pembelian menurut standar dengan harga pembelian sesungguhnya dikalikan dengan kuantitas sebenarnya. Rumus: Penyimpangan = harga beli sesungguhnya – harga beli standar x kuantitas sesungguhnya Penyimpangan = Rp. 8250 – Rp. 7950 x 895.000 kg Universitas Sumatera Utara = Rp. 268.500.000 tm 2 Penyimpangan kuantitas bahan baku Penyimpangan kuantitas bahan baku dilakukan dengan mencari selisih jumlah bahan baku yang sebenarnya digunakan dengan kuantitas bahan baku menurut standar dikalikan dengan harga pembelian bahan baku standar. Standar kuantitas pemakaian bahan baku yang seharusnya menurut standar : 358.000 kg x 2.273 kg = 813.734 kg Persamaan: Penyimpangan = Jumlah pemakaian bahan baku sesungguhnya – Jumlah menurut standar x Harga beli standar Penyimpangan = 895.000 kg – 813.734 kg x Rp. 7.950 = Rp. 646.064.700 tm Dari kedua penyimpangan tersebut diatas yaitu penyimpangan harga bahan baku dan penyimpangan kuantitas bahan baku maka total dari penyimpangan biaya bahan baku adalah sebagai berikut: Penyimpangan harga bahan baku Penyimpangan kuantitas bahan baku Total penyimpangan tm Rp. Rp. Rp. 268.500.000 tm 646.064.700 tm 914.564.700 tm

b. Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Standar jam kerja untuk menghasilkan 362.000 kg lateks pekat pada kondisi normal adalah 60.060 jam 1 kg = 0.166 jam dengan tarif upah Rp.6.448.6 jam. Tetapi realisasinya, dengan produksi aktual sebanyak Universitas Sumatera Utara 358.000 kg lateks pekat, jam kerja aktual yang terpakai hanya sebanyak 54.600 jam sementara tarif upah aktual sebesar Rp. 7.287.5 jam. Jadi penyimpangan biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung : Penyimpangan biaya tenaga kerja terdiri dari 1 Penyimpangan Tarif Upah Penyimpangan yang terjadi akibat adanya perbedaan tarif upah yang sesungguhnya dengan tarif upah standar dikalikan dengan jumlah jam kerja: Persamaan: Penyimpangan = Tarif upah sesungguhnya – Tarif upah standar x jumlah jam kerja terpakai Penyimpangan = Rp. 7.287,5 – Rp. 6.488,6 x 54.600 jam = Rp. 43.619.940 tm 2 Penyimpangan Jam Kerja Efisiensi Untuk perhitungan ini terlebih dahulu diketahui jumlah jam kerja yang terpakai, jumlah jam kerja ini dapat diketahui dari laporan mandor pabrik. Perhitungan penyimpangan jam kerja efisiensi adalah jumlah jam kerja tepakai dikurangi jam kerja standar dikalikan tarif upah standar. Jam kerja standar = 358.000 x 0,166 jam = 59.428 jam Persamaan: Penyimpangan = Jumlah jam kerja sesungguhnya – Jumlah jam kerja standar x tarif upah standar Penyimpangan = Rp. 54.600 – 59.428 jam x Rp. 6.488,6 = Rp. 31.326.960 m Universitas Sumatera Utara Jadi total penyimpangan tarif upah dan penyimpangan jam kerja efisiensi adalah: Penyimpangan tarif upah Penyimpangan jam kerja efisiensi Total penyimpangan BTK Rp. Rp. Rp. 43.619.940 tm 31.326.960 m 12.292.180 tm

c. Penyimpangan Overhead Pabrik

Untuk menghitung penyimpangan biaya tidak langsung, maka sebaiknya terlebih dahulu dihitung tarif biaya tidak langsung. Standar kapasitas normal adalah 60.060 jam 362.000 kg dengan biaya- biaya: - Variabel = Rp. 57.811.000 - Tetap = Rp. 27.035.000 Rp. 84.846.000 Maka dapat dihitung: 1. Tarif overhead pabrik = kg Rp Rp 68 , 412 . 1 . 060 . 60 000 . 846 . 84 .  2. Tarif overhead pabrik variabel = kg Rp Rp 55 , 962 . 060 . 60 000 . 811 . 57 .  3. Tarif overhead pabrik tetap = kg Rp Rp 13 , 450 . 060 . 60 000 . 035 . 27 .  Standar hours dapat dihitung sebagai berikut: Jam kerja standar adalah : kg jam kg jam 166 , 000 . 362 060 . 60  Universitas Sumatera Utara Maka besarnya penyimpangan overhead pabik dapat dihitung dengan metode 2 selisih sebagai berikut :

a. Penyimpangan Terkendali Controllable Variance

 Realisasi overhead pabrik = Rp. 105.980.000  Overhead pabrik yang diperkenankan menurut anggaran - Variabel 54.600 jam x Rp. 962,55 = Rp. 52.555.230 - Tetap 60.060 jam x Rp. 450,13 = Rp. 27.035.000 = Rp. 79.590.230 Selisih terkendali = Rp. 26.389.770 tm

b. Penyimpangan Volume Volume Variance

- Overhead pabrik yang diperkenankan menurut anggaran = Rp. 79.590.230 - Overhead pabrik standar 59.428 jam x Rp. 1.412,68 = Rp. 83.952.747 Penyimpangan Volume = Rp. 4.362.517 m Jadi jumlah penyimpangan overhead pabrik terdiri atas : 1. Penyimpangan terkendali controllable variance = Rp. 26.389.770 tm 2. Penyimpangan volume volume variance = Rp 4.362.517 m Total penyimpangan overhead pabrik = Rp. 22.027.253 tm Universitas Sumatera Utara

B. Analisis Hasil Penelitian 1.