Pengaruh Teknik Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum annuum) pada Tumpangsari terhadap Intensitas Serangan Hama

(1)

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

Cabai Merah

Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah + Bawang Merah

Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah

Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah

Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah

Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah

Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Bawang Merah +

Kacang Kedelai

Cabai Merah + Kacang Kedelai

Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai

Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai

Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai

Cabai Merah + Bawang Merah + Kacang Kedelai Cabai Merah + Kacang Kedelai


(2)

Lampiran 2. Deskripsi Benih Cabai Merah

Varietas Laris Cap Panah Merah

KEPMENTAN : 872/Kpts/TP.240/7/1999

Benih bersertifikat no : 04 LSSM-BTPH

Golongan : Hibrida

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 100-140 cm

Umur tanaman : Mulai berbunga 60-70 hari Mulai panen 100-120 hari

Bentuk kanopi : Tegak memayung

Bobot per buah : 5-7 gram

Persentase kemurnian : 98%

Warna batang : Hijau

Warna kelopak bunga : Hijau Warna tangkai bunga : Hijau Warna mahkota bunga : Putih

Warna kotak sari : Ungu

Jumlah kotak sari : 5-6

Warna kepala putik : Putih

Jumlah helai dau : 5-6

Bentuk buah : Keriting

Kulit buah : Lurus warna merah sehingga terlihat segar

Tebal kulit buah : 1 – 1,5 mm

Warna buah muda : Hijau medium

Warna buah tua : Merah medium

Ukuran buah : Panjang 14,5 cm, diameter 0,9 cm

Rasa buah : Pedas sekali

Keterangan : Untuk daerah dataran rendah sampai tinggi Ketahanan terhadap penyakit : Antraknose (tergantung pada lingkungan

dan perlakuan budidaya).


(3)

Lampiran 3. Deskripsi Bawang Merah

Varietas Medan (Samosir)

Asal : Lokal Samosir

Umur : - mulai berbunga 52 hari

- panen 60 hari Tinggi tanaman : 26,9 – 41,3 cm Kemampuan berbunga (alami) : Mudah

Banyak anakan : 6 - 12 umbi per rumpun

Bentuk daun : Silindris, berlubang

Warna daun : Hijau

Banyak daun : 22 – 43 helai

Bentuk bunga : Seperti payung

Warna bunga : Putih

Banyak buah/tangkai : 60 - 80 (65) Banyak bunga/tangkai : 90 - 120 (107) Banyak tangkai bunga/rumpun : 2- 4

Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput

Warna biji : Hitam

Bentuk umbi : Bulat dengan ujung meruncing

Warna umbi : Merah

Produksi umbi : 7,4 ton per hektar umbi kering Susut bobot umbi (basah-kerin) : 24,7%

Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii)

Kepekaan terhadap penyakit : Peka terhadap busuk ujung daun (Phytopthora porri)

Keterangan : Baik untuk dataran rendah dan dataran tinggi

Peneliti : Hendro Sunarjono, Prasodjo, Darliah dan Nasran Horizon Arbain


(4)

Lampiran 4. Deskripsi Kacang Kedelai

Varietas Gepak Kuning

Dilepas tahun : 2008

Nama calon varietas : Gepak Kuning

Asal : Seleksi varietas lokal Gepak Kuning Tipe pertumbuhan : Determinite

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Hijau

Warna daun : Hijau

Warna bulu batang : Coklat

Warna bunga : Ungu

Warna kulit biji : Kuning muda-kehijauan Warna polong tua : Coklat

Warna hilum biji : Coklat

Bentuk daun : Lonjong

Percabangan : Agak tegak

Umur berbunga : 28 hari

Umur polong masak : 73 hari

Tinggi tanaman : 55 cm

Bobot 100 biji : 8,25 gram

Rata-rata hasil : 2,22 ton/ha Potensi hasil : 2,86 ton/ha Kandungan protein : 35,38%

Kandungan lemak : 15,10%

Ketahanan terhadap hama dan penyakit :

- Hama : - Agak tahan terhadap ulat grayak, Aphis sp., penggulung daun, Phaedonia sp.

- Penyakit : -

Daerah sebaran/adaptasi : Beradaptasi baik di lahan sawah dan tegal, baik pada musim hujan maupun kemarau Sifat-sifat lain : Kadar rendemen tahu tinggi


(5)

Peneliti :Soenardi, Mohammad Maksum, Soepriyanto, Yudi Nasrul, Suparman Yudi Hartono, Soni Sapta Mawardi, Susanto, Paulus Iwan Sutadi, Noor Sasongko, Romodhon.

Pengusul : Pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur


(6)

Lampiran 5. Intensitas Serangan Hama T. parvispinus Karny Pada Fase Vegetatif (%) di setiap perlakuan

Tabel 1. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 1

1 2 3 4 5 6

S1 42.85 28.57 19.04 38.09 61.9 28.57 219.02 36.5033

S2 40 20 0 40 33.33 60 193.33 32.2217

S3 26.67 46.67 26.67 80 46.67 26.67 253.35 42.225 S4 33.33 60 53.33 26.67 33.33 46.67 253.33 42.2217 Total 142.85 155.24 99.04 184.76 175.23 161.91 919.03 153.172 Rata-rata 35.7125 38.81 24.76 46.19 43.8075 40.4775 229.758 38.2929

Ulangan

Perlakuan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 40.8893 32.3106 25.8711 38.1098 51.8843 32.3106 221.376 36.896 S2 39.2315 26.5651 4.05481 39.2315 35.2624 50.7685 195.114 32.519 S3 31.0931 43.0906 31.0931 63.4349 43.0906 31.0931 242.895 40.4826 S4 35.2624 50.7685 46.9094 31.0931 35.2624 43.0906 242.386 40.3977 Total 146.476 152.735 107.928 171.869 165.5 157.263 901.771 150.295 Rata-rata 36.6191 38.1837 26.9821 42.9673 41.3749 39.3157 225.443 37.5738

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 640.163 128.033 0.89605 2.90129 tn

Perlakuan 3 254.679 84.8928 0.59413 3.28738 tn

Galat 15 2143.28 142.885

Total 23 3038.12

FK 33883 tn = tidak nyata


(7)

Tabel 2. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 2

1 2 3 4 5 6

S1 57.14 57.14 79.59 87.75 63.26 51.02 395.9 65.9833

S2 84 65.71 65.71 82.85 65.71 82.85 446.83 74.4717

S3 85.71 82.85 100 84 76 65.71 494.27 82.3783

S4 84 54.28 76 65.71 65.71 65.71 411.41 68.5683

Total 310.85 259.98 321.3 320.31 270.68 265.29 1748.41 291.402

Rata-rata 77.7125 64.995 80.325 80.0775 67.67 66.3225 437.103 72.8504

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 49.105 49.105 63.1424 69.5127 52.6894 45.5845 329.139 54.8565

S2 66.4218 54.1563 54.1563 65.5357 54.1563 65.5357 359.962 59.9937

S3 67.7888 65.5357 40 66.4218 60.6661 54.1563 354.569 59.0948

S4 66.4218 47.4553 60.6661 54.1563 54.1563 54.1563 337.012 56.1687

Total 249.737 216.252 217.965 255.627 221.668 219.433 1380.68 230.114

Rata-rata 62.4344 54.0631 54.4912 63.9066 55.417 54.8582 345.17 57.5284

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 390.286 78.0571 1.13606 2.90129 tn

Perlakuan 3 105.115 35.0385 0.50996 3.28738 tn

Galat 15 1030.63 68.7088

Total 23 1526.03

FK 79428.4 tn = tidak nyata


(8)

Tabel 3. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 3

1 2 3 4 5 6

S1 37.14 24.48 40.81 34.69 48.97 54.28 240.37 40.0617

S2 52 53.33 26.67 28.57 53.33 40 253.9 42.3167

S3 20 20 40 32 26.67 52 190.67 31.7783

S4 34.28 44 57.14 46.67 26.67 20 228.76 38.1267

Total 143.42 141.81 164.62 141.93 155.64 166.28 913.7 152.283

Rata-rata 35.855 35.4525 41.155 35.4825 38.91 41.57 228.425 38.0708

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 37.548 29.6548 39.7044 36.0848 44.4098 47.4553 234.857 39.1428

S2 46.1462 46.9094 31.0931 32.3106 46.9094 39.2315 242.6 40.4334

S3 26.5651 26.5651 39.2315 34.4499 31.0931 46.1462 204.051 34.0085

S4 35.8377 41.5539 49.105 43.0906 31.0931 26.5651 227.245 37.8742

Total 146.097 144.683 159.134 145.936 153.505 159.398 908.753 151.459

Rata-rata 36.5242 36.1708 39.7835 36.484 38.3763 39.8495 227.188 37.8647

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 57.8222 11.5644 0.16498 2.90129 tn

Perlakuan 3 138.614 46.2045 0.65916 3.28738 tn

Galat 15 1051.44 70.0963

Total 23 1247.88

FK 34409.7 tn = tidak nyata


(9)

Tabel 4. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 4

1 2 3 4 5 6

S1 22.87 51.42 53.06 30.61 63.26 55.1 276.32 46.0533

S2 44 40 40 37.14 28.57 34.28 223.99 37.3317

S3 46.67 46.67 28.57 31.42 32 26.67 212 35.3333

S4 44 60 36 26.67 36 32 234.67 39.1117

Total 157.54 198.09 157.63 125.84 159.83 148.05 946.98 157.83

Rata-rata 39.385 49.5225 39.4075 31.46 39.9575 37.0125 236.745 39.4575

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 28.5696 45.8137 46.7543 33.5912 52.6894 47.9272 255.345 42.5576

S2 41.5539 39.2315 39.2315 37.548 32.3106 35.8377 225.713 37.6189

S3 43.0906 43.0906 32.3106 34.0928 34.4499 31.0931 218.128 36.3546

S4 41.5539 50.7685 36.8699 31.0931 36.8699 34.4499 231.605 38.6009

Total 154.768 178.904 155.166 136.325 156.32 149.308 930.792 155.132

Rata-rata 38.692 44.7261 38.7916 34.0813 39.08 37.327 232.698 38.783

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 238.572 47.7145 1.13765 2.90129 tn

Perlakuan 3 129.196 43.0654 1.0268 3.028 tn

Galat 15 629.121 41.9414

Total 23 996.89

FK 36098.9 tn = tidak nyata


(10)

Tabel 5. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 5

1 2 3 4 5 6

S1 42.85 46.93 40.81 40 46.93 67.34 284.86 47.4767

S2 40 20 66.67 48 46.67 56 277.34 46.2233

S3 68 48 68 68 37.14 62.85 351.99 58.665

S4 68 52 68 60 56 48 352 58.6667

Total 218.85 166.93 243.48 216 186.74 234.19 1266.19 211.032

Rata-rata 54.7125 41.7325 60.87 54 46.685 58.5475 316.548 52.7579

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 40.8893 43.2399 39.7044 39.2315 43.2399 55.1459 261.451 43.5751

S2 39.2315 26.5651 54.7376 43.8538 43.0906 48.4461 255.925 42.6541

S3 55.5501 43.8538 55.5501 55.5501 37.548 52.4461 300.498 50.083

S4 55.5501 46.1462 55.5501 50.7685 48.4461 43.8538 300.315 50.0525

Total 191.221 159.805 205.542 189.404 172.325 199.892 1118.19 186.365

Rata-rata 47.8052 39.9512 51.3856 47.351 43.0812 49.9729 279.547 46.5912

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 371.531 74.3062 1.6791 2.90129 tn

Perlakuan 3 292.622 97.5407 2.20413 3.28738 tn

Galat 15 663.803 44.2536

Total 23 1327.96

FK 52097.7 tn = tidak nyata


(11)

Tabel 6. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 6

1 2 3 4 5 6

S1 34.69 38.77 57.14 37.14 54.28 42.85 264.87 44.145

S2 60 46.67 33.34 57.14 56 53 306.15 51.025

S3 48 48.57 40 64 72 36 308.57 51.4283

S4 32 46.67 40 53.33 56 36 264 44

Total 174.69 180.68 170.48 211.61 238.28 167.85 1143.59 190.598 Rata-rata 43.6725 45.17 42.62 52.9025 59.57 41.9625 285.898 47.6496

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 36.0848 38.5103 49.105 37.548 47.455264 40.8893 249.593 41.5988 S2 50.7685 43.0906 35.2684 49.105 58.051941 46.7199 283.004 47.1674 S3 43.8538 44.1806 39.2315 53.1301 58.051941 36.8699 275.318 45.8863 S4 34.4499 43.0906 39.2315 46.9094 48.446051 36.8699 248.997 41.4996 Total 165.157 168.872 162.836 186.692 212.0052 161.349 1056.91 176.152 Rata-rata 41.2892 42.218 40.7091 46.6731 53.001299 40.3372 264.228 44.038

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 491.718 98.3437 3.36178 2.9012945 *

Perlakuan 3 153.617 51.2056 1.75041 3.2873821 tn

Galat 15 438.802 29.2535

Total 23 1084.14

FK 46544.3 tn = tidak nyata

KK 12.2818 * = nyata

Uji Jarak Duncan

Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi

S2 47.16 1.27483 3.31 4.21969 42.94031 a

S3 45.88 1.27483 3.25 4.1432 41.7368 a

S1 41.59 1.27483 3.16 4.02847 37.561534 b


(12)

Tabel 7. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 7

1 2 3 4 5 6

S1 75.51 67.34 48.57 54.28 42.85 57.14 345.69 57.615

S2 76 36 40 56 46.67 26.67 281.34 46.89

S3 60 28 60 53.33 40 46.67 288 48

S4 24 73 20 33.33 40 40 230.33 38.3883

Total 235.51 204.34 168.57 196.94 169.52 170.48 1145.36 190.893

Rata-rata 58.8775 51.085 42.1425 49.235 42.38 42.62 286.34 47.7233

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 60.3386 55.1459 44.1806 47.4553 40.8893 49.105 297.114 49.5191

S2 60.6661 36.8699 39.2315 48.4461 43.0906 31.0931 259.397 43.2329

S3 50.7685 31.9481 50.7685 46.9094 39.2315 43.0906 262.717 43.7861

S4 29.3339 58.6936 26.5651 35.2624 39.2315 39.2315 228.318 38.053

Total 201.107 182.657 160.746 178.073 162.443 162.52 1047.55 174.591

Rata-rata 50.2768 45.6643 40.1864 44.5183 40.6107 40.63 261.887 43.6478

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 316.317 63.2633 0.68367 2.90129 tn

Perlakuan 3 395.791 131.93 1.42574 3.28738 tn

Galat 15 1388.02 92.5348

Total 23 2100.13

FK 45723 tn = tidak nyata


(13)

Tabel 8. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 8

1 2 3 4 5 6

S1 37.14 48.97 25.71 40 48.57 51.02 251.41 41.9017

S2 51.42 46.67 32 60 46.67 26.67 263.43 43.905

S3 28.57 48.57 64 74.28 68.57 62.85 346.84 57.8067

S4 48 66.67 86.67 36 32 40 309.34 51.5567

Total 165.13 210.88 208.38 210.28 195.81 180.54 1171.02 195.17

Rata-rata 41.2825 52.72 52.095 52.57 48.9525 45.135 292.755 48.7925

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 37.548 44.4098 30.4676 39.2315 44.1806 45.5845 241.422 40.237

S2 45.8137 43.0906 34.4499 50.7685 43.0906 31.0931 248.306 41.3844

S3 32.3106 44.1806 53.1301 59.5259 55.901 52.4461 297.494 49.5824

S4 43.8538 54.7376 68.5861 36.8699 34.4499 39.2315 277.729 46.2881

Total 159.526 186.419 186.634 186.396 177.622 168.355 1064.95 177.492

Rata-rata 39.8815 46.6047 46.6584 46.5989 44.4055 42.0888 266.238 44.373

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 162.201 32.4402 0.30209 2.90129 tn

Perlakuan 3 341.062 113.687 1.05868 3.28738 tn

Galat 15 1610.78 107.386

Total 23 2114.05

FK 47255.1 tn = tidak nyata


(14)

Tabel 9. Data intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada pengamatan 9

1 2 3 4 5 6

S1 63.26 59.18 40 45.71 71.42 46.93 326.5 54.4167

S2 26.67 20 26.67 40 33.33 26.67 173.34 28.89

S3 34.28 40 20 51.42 45.71 37.14 228.55 38.0917

S4 24 20 20 72 32 52 220 36.6667

Total 148.21 139.18 106.67 209.13 182.46 162.74 948.39 158.065 Rata-rata 37.0525 34.795 26.6675 52.2825 45.615 40.685 237.098 39.5163

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 52.6894 50.2898 39.2315 42.53899 57.683031 43.2399 285.673 47.6121 S2 31.0931 26.5651 31.0931 39.23152 35.262364 31.0931 194.338 32.3897 S3 35.8377 39.2315 26.5651 45.81371 42.538985 37.548 227.535 37.9225 S4 29.3339 26.5651 26.5651 58.05194 34.449902 46.1462 221.112 36.852 Total 148.954 142.651 123.455 185.6362 169.93428 158.027 928.658 154.776 Rata-rata 37.2385 35.6628 30.8637 46.40904 42.483571 39.5068 232.164 38.6941

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 588.654 117.731 2.254322 2.9012945 tn

Perlakuan 3 739.59 246.53 4.720578 3.2873821 *

Galat 15 783.368 52.2245

Total 23 2111.61

FK 35933.6 tn = tidak nyata

KK 18.6764 * = nyata

Uji Jarak Duncan

Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi

S1 47.61 1.70334 3.31 5.63805 41.97195 a

S3 37.92 1.70334 3.25 5.53585 32.38415 b

S4 36.85 1.70334 3.16 5.382549 31.467451 b


(15)

Lampiran 6. Intensitas Serangan Hama B. dorsalis (HENDEL) Pada Fase Generatif (%) di Setiap Perlakuan

Tabel 10. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 1

1 2 3 4 5 6

S1 22.13 14.28 1.78 0 0 0 38.19 6.365

S2 18.33 5 0 4.44 0 0 27.77 4.62833

S3 4.28 0 0 0 0 0 4.28 0.71333

S4 0 0 20 2.5 0 0 22.5 3.75

Total 44.74 19.28 21.78 6.94 0 0 92.74 15.4567

Rata-rata 11.185 4.82 5.445 1.735 0 0 23.185 3.86417

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 28.0619 22.203 7.66707 4.05481 4.05481 4.05481 70.0964 11.6827

S2 25.3493 12.921 4.05481 12.1641 4.05481 4.05481 62.5988 10.4331

S3 11.9397 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 32.2137 5.36895

S4 4.05481 4.05481 26.5651 9.09744 4.05481 4.05481 51.8817 8.64695

Total 69.4057 43.2336 42.3417 29.3712 16.2192 16.2192 216.791 36.1318

Rata-rata 17.3514 10.8084 10.5854 7.3428 4.05481 4.05481 54.1977 9.03294

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 508.719 101.744 1.75005 2.90129 tn

Perlakuan 3 135.334 45.1115 0.77594 3.28738 tn

Galat 15 872.063 58.1376

Total 23 1516.12

FK 1958.26 tn = tidak nyata


(16)

Tabel 11. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 2

1 2 3 4 5 6

S1 16.33 26.18 11.28 8.01 12.12 0 61.8 10.3

S2 0 0 0 4.12 4 8.88 17 2.83333

S3 0 12.38 0 1.52 0 0 13.9 2.31667

S4 0 27.42 19 1.33 0 15.55 63.3 10.55

Total 16.33 65.98 30.28 14.98 4 24.43 156 26

Rata-rata 4.0825 16.495 7.57 3.745 1 6.1075 39 6.5

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 23.835 30.7747 19.6247 16.4405 20.3735 4.05481 115.103 19.1839

S2 4.05481 4.05481 4.05481 11.7111 11.537 17.3371 52.7496 8.79161

S3 4.05481 20.6006 4.05481 7.08192 4.05481 4.05481 43.9018 7.31697

S4 4.05481 31.5768 25.8419 6.62241 4.05481 23.2245 95.3753 15.8959

Total 35.9994 87.007 53.5762 41.856 40.02 48.6712 307.13 51.1883

Rata-rata 8.99985 21.7517 13.3941 10.464 10.005 12.1678 76.7825 12.7971

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 434.385 86.8771 1.18464 2.90129 tn

Perlakuan 3 578.814 192.938 2.63088 3.28738 tn

Galat 15 1100.04 73.336

Total 23 2113.24

FK 3930.36 tn = tidak nyata


(17)

Tabel 12. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 3

1 2 3 4 5 6

S1 15.34 2.38 1.6 3.17 0.95 0 23.44 3.90667

S2 0 0 0 4.36 4.44 7.27 16.07 2.67833

S3 0 7.27 5 0 0 0 12.27 2.045

S4 0 0 1.17 2 0 9.44 12.61 2.10167

Total 15.34 9.65 7.77 9.53 5.39 16.71 64.39 10.7317

Rata-rata 3.835 2.4125 1.9425 2.3825 1.3475 4.1775 16.0975 2.68292

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 23.058 8.87461 7.26687 10.2559 5.59338 4.05481 59.1036 9.8506

S2 4.05481 4.05481 4.05481 12.0524 12.1641 15.6422 52.0232 8.67053

S3 4.05481 15.6422 12.921 4.05481 4.05481 4.05481 44.7824 7.46373

S4 4.05481 4.05481 6.20964 8.1301 4.05481 17.8933 44.3975 7.39958

Total 35.2224 32.6264 30.4523 34.4932 25.8671 41.6452 200.307 33.3844

Rata-rata 8.80561 8.15661 7.61307 8.6233 6.46678 10.4113 50.0767 8.34611

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 34.6323 6.92645 0.16643 2.90129 tn

Perlakuan 3 24.2594 8.08648 0.19431 3.28738 tn

Galat 15 624.256 41.6171

Total 23 683.147

FK 1671.78 tn = tidak nyata


(18)

Tabel 13. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 4

1 2 3 4 5 6

S1 17.15 0 2.38 9.28 2.38 0 31.19 5.19833

S2 3.07 8.85 5.5 7.93 10 5.3 40.65 6.775

S3 7.33 5.75 10.83 3.55 10.1 5.54 43.1 7.18333

S4 0 6.83 11.42 0 2 5.66 25.91 4.31833

Total 27.55 21.43 30.13 20.76 24.48 16.5 140.85 23.475

Rata-rata 6.8875 5.3575 7.5325 5.19 6.12 4.125 35.2125 5.86875

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 24.4643 4.05481 8.87461 17.736 8.87461 4.05481 68.059 11.3432

S2 10.0911 17.3069 13.5634 16.3559 18.4349 13.3099 89.0621 14.8437

S3 15.7083 13.8742 19.2135 10.8603 18.5302 13.6136 91.8001 15.3

S4 4.05481 15.1497 19.7511 4.05481 8.1301 13.7631 64.9036 10.8173

Total 54.3185 50.3857 61.4026 49.0069 53.9699 44.7413 313.825 52.3041

Rata-rata 13.5796 12.5964 15.3507 12.2517 13.4925 11.1853 78.4562 13.076

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 40.3408 8.06817 0.20326 2.90129 tn

Perlakuan 3 97.0528 32.3509 0.81503 3.28738 tn

Galat 15 595.397 39.6931

Total 23 732.791

FK 4103.59 tn = tidak nyata


(19)

Tabel 14. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 5

1 2 3 4 5 6

S1 17.88 0 9.99 5.2 4.5 4.2 41.77 6.96167

S2 3.2 3.5 0 6.77 0 1.05 14.52 2.42

S3 2.66 0 3.07 2 4.72 4.31 16.76 2.79333

S4 0 5.93 10.08 3.42 0 2.22 21.65 3.60833

Total 23.74 9.43 23.14 17.39 9.22 11.78 94.7 15.7833

Rata-rata 5.935 2.3575 5.785 4.3475 2.305 2.945 23.675 3.94583

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 25.0145 4.05481 18.4254 13.1814 12.2473 11.8259 84.7494 14.1249

S2 10.3048 10.7826 4.05481 15.0815 4.05481 5.88139 50.1599 8.35999

S3 9.38659 4.05481 10.0911 8.1301 12.5479 11.9821 56.1926 9.36543

S4 4.05481 14.0941 18.5112 10.6572 4.05481 8.56879 59.9409 9.99016

Total 48.7607 32.9864 51.0825 47.0502 32.9048 38.2582 251.043 41.8405

Rata-rata 12.1902 8.24659 12.7706 11.7625 8.22621 9.56454 62.7607 10.4601

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 82.8802 16.576 0.52572 2.90129 tn

Perlakuan 3 115.562 38.5207 1.22171 3.28738 tn

Galat 15 472.951 31.5301

Total 23 671.393

FK 2625.94 tn = tidak nyata


(20)

Tabel 15. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 6

1 2 3 4 5 6

S1 6.8 0 0.63 2.72 0 0 10.15 1.69167

S2 1.25 3.05 1.2 5.05 0 3.15 13.7 2.28333

S3 5 0 3.81 5.87 2.65 8.85 26.18 4.36333

S4 0 1.11 2.5 1.81 3.93 1.33 10.68 1.78

Total 13.05 4.16 8.14 15.45 6.58 13.33 60.71 10.1183

Rata-rata 3.2625 1.04 2.035 3.8625 1.645 3.3325 15.1775 2.52958

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 15.1156 4.05481 4.5525 9.49283 4.05481 4.05481 41.3254 6.88757

S2 6.41928 10.0579 6.28906 12.9865 4.05481 10.2232 50.0307 8.33845

S3 12.921 4.05481 11.256 14.0212 9.36877 17.3069 68.9286 11.4881

S4 4.05481 6.04771 9.09744 7.7318 11.4342 6.62241 44.9884 7.49806

Total 38.5107 24.2152 31.1949 44.2324 28.9126 38.2072 205.273 34.2122

Rata-rata 9.62768 6.05379 7.79874 11.0581 7.22814 9.55181 51.3183 8.55304

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 67.9929 13.5986 0.54189 2.90129 tn

Perlakuan 3 75.2843 25.0948 1.67056 3.28738 tn

Galat 15 225.327 15.0218

Total 23 368.604

FK 1755.71 tn = tidak nyata


(21)

Tabel 16. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 7

1 2 3 4 5 6

S1 1.78 0 0 1.42 0 1.38 4.58 0.76333

S2 1.05 2 6.19 2.5 5.35 1.66 18.75 3.125

S3 1.73 1.42 5.8 0 2.87 0 11.82 1.97

S4 0 0 0 3.33 1.17 4.12 8.62 1.43667

Total 4.56 3.42 11.99 7.25 9.39 7.16 43.77 7.295

Rata-rata 1.14 0.855 2.9975 1.8125 2.3475 1.79 10.9425 1.82375

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 7.66707 4.05481 4.05481 6.84384 4.05481 6.74631 33.4216 5.57027

S2 5.88139 8.1301 14.4063 9.09744 13.3737 7.40262 58.2916 9.71526

S3 7.55798 6.84384 13.9356 4.05481 9.75356 4.05481 46.2006 7.70011

S4 4.05481 4.05481 4.05481 10.5144 6.20964 11.7111 40.5996 6.7666

Total 25.1613 23.0836 36.4516 30.5105 33.3917 29.9149 178.513 29.7522

Rata-rata 6.29031 5.77089 9.1129 7.62763 8.34792 7.47872 44.6284 7.43806

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 31.0692 6.21383 0.53924 2.90129 tn

Perlakuan 3 55.1627 18.3876 1.5957 3.28738 tn

Galat 15 172.848 11.5232

Total 23 259.08

FK 1327.79 tn = tidak nyata


(22)

Tabel 17. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 8

1 2 3 4 5 6

S1 3.17 0 0 1.09 3.84 0.64 8.74 1.45667

S2 0 0 0 2 0 0 2 0.33333

S3 3.33 2.5 2.66 6.66 6.66 0 21.81 3.635

S4 1.05 0 6.86 0 1.42 0 9.33 1.555

Total 7.55 2.5 9.52 9.75 11.92 0.64 41.88 6.98

Rata-rata 1.8875 0.625 2.38 2.4375 2.98 0.16 10.47 1.745

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 10.2559 4.05481 4.05481 5.99278 11.3008 4.58857 40.2476 6.70794

S2 4.05481 4.05481 4.05481 8.1301 4.05481 4.05481 28.4041 4.73402

S3 10.5144 9.09744 9.38659 14.9556 14.9556 4.05481 62.9644 10.4941

S4 5.88139 4.05481 15.1838 4.05481 6.84384 4.05481 40.0734 6.67891

Total 30.7065 21.2619 32.68 33.1332 37.155 16.753 171.69 28.6149

Rata-rata 7.67663 5.31546 8.17 8.28331 9.28874 4.18825 42.9224 7.15373

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 77.2551 15.451 1.38406 2.90129 tn

Perlakuan 3 104.622 34.874 3.12391 3.28738 tn

Galat 15 167.454 11.1636

Total 23 349.331

FK 1228.22 tn = tidak nyata


(23)

Tabel 18. Data intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada pengamatan 9

1 2 3 4 5 6

S1 2.38 0.89 0.59 3.43 0 0.6 7.89 1.315

S2 2.69 5.56 2.5 0 0 0 10.75 1.79167

S3 0 0 0 0 0 0 0 0

S4 0 0.6 2.78 0 0 0 3.38 0.56333

Total 5.07 7.05 5.87 3.43 0 0.6 22.02 3.67

Rata-rata 1.2675 1.7625 1.4675 0.8575 0 0.15 5.505 0.9175

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi Arcsin Öpersentase

1 2 3 4 5 6

S1 8.87461 5.41332 4.40531 10.6729 4.05481 4.44256 37.8636 6.31059

S2 9.43986 13.6386 9.09744 4.05481 4.05481 4.05481 44.3403 7.39005

S3 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 4.05481 24.3288 4.05481

S4 4.05481 4.44256 9.59794 4.05481 4.05481 4.05481 30.2597 5.04329

Total 26.4241 27.5493 27.1555 22.8374 16.2192 16.607 136.792 22.7987

Rata-rata 6.60602 6.88732 6.78887 5.70934 4.05481 4.15175 34.1981 5.69968

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 34.0803 6.81606 0.93727 2.90129 tn

Perlakuan 3 38.2021 12.734 1.75104 3.28738 tn

Galat 15 109.084 7.27226

Total 23 181.366

FK 779.674 tn = tidak nyata


(24)

Lampiran 7. Produksi Cabai Merah (gr) Pada Setiap Perlakuan

Tabel 19. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 1

1 2 3 4 5 6

S1 30.32 15.79 18.02 16.56 9.31 8.89 98.89 16.4817

S2 6.7 15.93 10.18 14.08 12.01 14.92 73.82 12.3033

S3 20.04 16.66 8.08 15.39 7.2 11.37 78.74 13.1233

S4 9.25 9.61 17.23 20.28 9.42 9.49 75.28 12.5467

Total 66.31 57.99 53.51 66.31 37.94 44.67 326.73 54.455

Rata-rata 16.5775 14.4975 13.3775 16.5775 9.485 11.1675 81.6825 13.6138

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi √x+0.5

1 2 3 4 5 6

S1 5.55158 4.03609 4.30349 4.13038 3.13209 3.06431 24.2179 4.03632

S2 2.68328 4.05339 3.26803 3.81838 3.53695 3.92683 21.2869 3.54781

S3 4.53211 4.14246 2.92916 3.98623 2.77489 3.44529 21.8101 3.63502

S4 3.1225 3.17962 4.2107 4.55851 3.1496 3.1607 21.3816 3.56361

Total 15.8895 15.4116 14.7114 16.4935 12.5935 13.5971 88.6966 14.7828

Rata-rata 3.97237 3.85289 3.67784 4.12337 3.14838 3.39928 22.1741 3.69569

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 2.68758 0.53752 1.10549 2.90129 tn

Perlakuan 3 0.95415 0.31805 0.65413 3.28738 tn

Galat 15 7.29334 0.48622

Total 23 10.9351

FK 327.795 tn = tidak nyata


(25)

Tabel 20. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 2

1 2 3 4 5 6

S1 14.11 16.4 21.48 15.4 12.79 18.85 99.03 16.505

S2 15.44 23.72 20.84 41.21 13.26 25.65 140.12 23.3533

S3 25.02 23.05 9.53 15.41 14.49 33.39 120.89 20.1483

S4 12.42 18.8 19.21 19.3 17.37 16.27 103.37 17.2283

Total 66.99 81.97 71.06 91.32 57.91 94.16 463.41 77.235

Rata-rata 16.7475 20.4925 17.765 22.83 14.4775 23.54 115.853 19.3088

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi √x+0.5

1 2 3 4 5 6

S1 3.8223 4.11096 4.68828 3.98748 3.64555 4.39886 24.6534 4.10891

S2 3.99249 4.92138 4.61952 6.45833 3.70945 5.11371 28.8149 4.80248

S3 5.05173 4.85283 3.16702 3.98873 3.87169 5.82151 26.7535 4.45892

S4 3.59444 4.39318 4.43959 4.44972 4.22729 4.09512 25.1993 4.19989

Total 16.461 18.2784 16.9144 18.8843 15.454 19.4292 105.421 17.5702

Rata-rata 4.11524 4.56959 4.2286 4.72107 3.86349 4.8573 26.3553 4.39255

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 2.95574 0.59115 1.15966 2.90129 tn

Perlakuan 3 1.74012 0.58004 1.13786 3.28738 tn

Galat 15 7.64641 0.50976

Total 23 12.3423

FK 463.068 tn = tidak nyata


(26)

Tabel 21. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 3

1 2 3 4 5 6

S1 17 21.66 25.47 26.21 22.2 27.32 139.86 23.31

S2 19.17 20.27 24.4 23.57 16.16 18.25 121.82 20.3033

S3 36.12 22.64 16.01 17.83 20.84 26.37 139.81 23.3017

S4 16.56 18.55 25.94 17.99 27.64 16.75 123.43 20.5717

Total 88.85 83.12 91.82 85.6 86.84 88.69 524.92 87.4867

Rata-rata 22.2125 20.78 22.955 21.4 21.71 22.1725 131.23 21.8717

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi √x+0.5

1 2 3 4 5 6

S1 4.1833 4.70744 5.09608 5.16817 4.76445 5.27447 29.1939 54.2045

S2 4.43509 4.55741 4.98999 4.90612 4.08167 4.33013 27.3004 50.1657

S3 6.05145 4.81041 4.06325 4.28135 4.61952 5.18363 29.0096 51.9678

S4 4.13038 4.36463 5.14198 4.3 5.30471 4.15331 27.395 50.6597

Total 18.8002 18.4399 19.2913 18.6556 18.7704 18.9415 112.899 206.998

Rata-rata 4.70005 4.60997 4.82283 4.66391 4.69259 4.73538 28.2247 51.7494

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 0.10279 0.02056 0.05918 2.90129 tn

Perlakuan 3 0.51636 0.17212 0.4955 3.28738 tn

Galat 15 5.21046 0.34736

Total 23

FK 531.09 tn = tidak nyata


(27)

Tabel 22. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 4

1 2 3 4 5 6

S1 15.13 12.74 28.51 30.71 22.76 28.68 138.53 23.0883

S2 25.09 13.88 26.05 22.95 25.46 26.34 139.77 23.295

S3 36.69 24.63 27.53 24.48 21.29 21.63 156.25 26.0417

S4 12.77 15.14 21.92 25.7 18.67 33.17 127.37 21.2283

Total 89.68 66.39 104.01 103.84 88.18 109.82 561.92 93.6533

Rata-rata 22.42 16.5975 26.0025 25.96 22.045 27.455 140.48 23.4133

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi √x+0.5

1 2 3 4 5 6

S1 3.95348 3.63868 5.38609 5.58659 4.82286 5.40185 28.7896 4.79826

S2 5.05866 3.7921 5.15267 4.84252 5.0951 5.18073 29.1218 4.85363

S3 6.09836 5.01298 5.29434 4.998 4.66798 4.70425 30.7759 5.12932

S4 3.6428 3.95474 4.73498 5.11859 4.37836 5.80259 27.6321 4.60534

Total 18.7533 16.3985 20.5681 20.5457 18.9643 21.0894 116.319 19.3865

Rata-rata 4.68832 4.09963 5.14202 5.13643 4.74107 5.27236 29.0798 4.84664

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 3.78679 0.75736 2.05333 2.90129 tn

Perlakuan 3 0.84312 0.28104 0.76195 3.28738 tn

Galat 15 5.53265 0.36884

Total 23 10.1626

FK 563.757 tn = tidak nyata


(28)

Tabel 23. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 5

1 2 3 4 5 6

S1 25.52 20.24 26.73 21.61 29.72 41.07 164.89 27.4817

S2 32.93 23.88 25.75 33.41 37.64 34.49 188.1 31.35

S3 35.07 42.17 36.51 33.96 28.44 24.34 200.49 33.415

S4 17.48 18.12 23.11 27.13 32.63 23.3 141.77 23.6283

Total 111 104.41 112.1 116.11 128.43 123.2 695.25 115.875

Rata-rata 27.75 26.1025 28.025 29.0275 32.1075 30.8 173.813 28.9688

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi √x+0.5

1 2 3 4 5 6

S1 5.10098 4.55412 5.21824 4.70213 5.49727 6.44748 31.5202 5.25337

S2 5.78187 4.93761 5.12348 5.82323 6.17576 5.91523 33.7572 5.6262

S3 5.96406 6.53223 6.08358 5.87026 5.37959 4.98397 34.8137 5.80228

S4 4.24028 4.31509 4.85901 5.25642 5.75587 4.87852 29.3052 4.8842

Total 21.0872 20.339 21.2843 21.652 22.8085 22.2252 129.396 21.566

Rata-rata 5.2718 5.08476 5.32108 5.41301 5.70212 5.5563 32.3491 5.39151

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 0.94994 0.18999 0.50379 2.90129 tn

Perlakuan 3 3.00155 1.00052 2.65305 3.28738 tn

Galat 15 5.6568 0.37712

Total 23 9.60829

FK 697.642 tn = tidak nyata


(29)

Tabel 24. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 6

1 2 3 4 5 6

S1 17.8 13.81 27.33 26.84 36.84 35.74 158.36 26.3933

S2 32.25 34.93 29.76 29.52 38.48 36.44 201.38 33.5633

S3 39.63 40.11 40.51 44.15 39.83 34.21 238.44 39.74

S4 9.57 33.96 26.68 25.4 33.94 25.65 155.2 25.8667

Total 99.25 122.81 124.28 125.91 149.09 132.04 753.38 125.563

Rata-rata 24.8125 30.7025 31.07 31.4775 37.2725 33.01 188.345 31.3908

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi √x+0.5

1 2 3 4 5 6

S1 4.27785 3.78286 5.27541 5.22877 6.1106464 6.01997 30.6955 5.11592

S2 5.72276 5.95231 5.50091 5.47905 6.2433965 6.07783 34.9763 5.82938

S3 6.33482 6.3726 6.40391 6.68207 6.3505905 5.89152 38.0355 6.33925

S4 3.17333 5.87026 5.21344 5.0892 5.8685603 5.11371 30.3285 5.05475

Total 19.5088 21.978 22.3937 22.4791 24.573194 23.103 134.036 22.3393

Rata-rata 4.87719 5.49451 5.59842 5.61977 6.1432984 5.77576 33.5089 5.58482

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 3.43463 0.68693 1.56111 2.9012945 tn

Perlakuan 3 6.7789 2.25963 5.13525 3.2873821 *

Galat 15 6.60036 0.44002

Total 23 16.8139

FK 748.566 tn = tidak nyata

KK 11.8776 * = nyata

Uji Jarak Duncan

Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi

S3 6.33 0.15635 3.31 0.51752 5.8124765 a

S2 5.82 0.15635 3.25 0.50814 5.3118576 a

S1 5.11 0.15635 3.16 0.49407 4.6159292 b


(30)

Tabel 25. Data produksi cabai merah (gr)pada panen 7

1 2 3 4 5 6

S1 21.72 22.33 16.33 29.89 33.38 40.37 164.02 27.3367

S2 33.03 34.97 42.39 42.37 38.04 38.67 229.47 38.245

S3 40.73 43.54 46.31 47.37 40.71 36.25 254.91 42.485

S4 11.48 12.58 22.06 23.55 29.8 33.57 133.04 22.1733

Total 106.96 113.42 127.09 143.18 141.93 148.86 781.44 130.24

Rata-rata 26.74 28.355 31.7725 35.795 35.4825 37.215 195.36 32.56

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Transformasi √x+0.5

1 2 3 4 5 6

S1 4.71381 4.77807 4.10244 5.51271 5.8206529 6.39296 31.3207 5.22011

S2 5.79051 5.95567 6.54905 6.54752 6.2080593 6.25859 37.3094 6.21823

S3 6.42106 6.63626 6.84178 6.91881 6.4195015 6.06218 39.2996 6.54993

S4 3.46121 3.61663 4.74974 4.90408 5.5045436 5.83695 28.0732 4.67886

Total 20.3866 20.9866 22.243 23.8831 23.952757 24.5507 136.003 22.6671

Rata-rata 5.09665 5.24666 5.56075 5.97078 5.9881893 6.13767 34.0007 5.66678

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F.hitung F.05 Ket

Blok 5 3.72102 0.7442 2.04333 2.9012945 tn

Perlakuan 3 13.5574 4.51913 12.408 3.2873821 *

Galat 15 5.46315 0.36421

Total 23 22.7416

FK 770.698 tn = tidak nyata

KK 10.6498 * = nyata

Uji Jarak Duncan

Perlakuan Rataan sd n.tabel Rp Rataan-Rp Notasi

S3 6.54 0.14225 3.31 0.47083 6.069166 a

S2 6.21 0.14225 3.25 0.4623 5.7477007 a

S1 5.22 0.14225 3.16 0.4495 4.7705028 b


(31)

Lampiran 8. Foto

Gambar lahan penelitian


(32)

Daun tanaman cabai merah Nimfa trips yang terdapat yang terserang hama trips pada bunga cabai merah

Lalat buah yang menyerang Tanaman cabai merah yang rusak tanaman cabai merah


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Altieri, S.N.W. dan Nicholls, I. 2004. Pengaruh Bahan Pembawa Terhadap Efektivitas Beauveria Bassiana Dalam Mengendalikan Thrips parvispinus Karny Pada Tanaman Krisan di Rumah Plastik. Ciherang pacet. Cianjur.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2000. Penggunaan Perangkap Pengendalian Lalat Buah. Diakses dari Mei 2015.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2002. Pedoman Pegendalian Lalat Buah. Jakarta

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2008. Departemen Pertanian. Jakarta: 21-25..

Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2013. Thrips parvispinus. Diakses dari

Eldriadi, Y. 2011. Peran Berbagai Jenis Tanaman Tumpangsari Dalam Pengelolaan Hama Utama Dan Parasitoidnya Pada Kubis Bunga Organik. Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Hasyim. 2014. Teknologi Pegendalian Lalat Buah Pada tanaman Cabai. Diakses dari

Herlinda, S., Reka, M., Triani, A., Yulia, P., dan Yuanita, W. 2007. Populasi dan Serangan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL) (Diptera: Tephritidae) Serta Potensi Parasitoidnya Pada Pertanaman Cabai (Capsicum annuum L.). Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Bagian Barat Palembang, 3-5 Juni 2007.

Iqbal, Q, Amjad, M, Asi, MR, Ali, MA & Ahmad R 2009, ‘ The vegetative and reproductive evaluation of hot pepper under different plastic mulches in poly/ plastic tunnel’, Pakistan J. Agric. Sci., vol. 46, no. 2, pp. 113-8

Kardinan, A. 2001. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pengembangan Inovasi Pertanian. J. horti 4(4), 2011: 262-278

Kristanto, S.P., Sutjipto, dan Soekarto. 2013. Pengendalian Hama Pada Tanaman Kubis dengan Sistem Tanam Tumpangsari. Berkala Ilmiah Pertanian. Volume 1, Nomor 1, Agustus 2013, Hlm 7-9.

Liang, Y, Wu, X, Zhu, Y, Zhu, M & Peng, Q 2011, ‘ Response of hot pepper (Capsicum annuum L.) to mulching practices under planted greenhouse condition’, Agric. Water. Manag. vol. 99, no. 1, pp. 111-20.


(34)

Mariyono, J. and Bhattarai, M. 2009. Chili production practices in Central Java, Indonesia: a baseline report. AVRDC - The World Vegetable Center, Taiwan.

Meilin, A. 2014. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Prabaningrum , L dan Moekasan, T, K. 2014. Pengelolaan Organisme Penganggu Tumbuhan Utama Pada Budidaya Cabai Merah Di Dataran Tinggi (Pest and Disease On Hot Pepper Cultivation in High Land). J. Hort 24(2):179- 188, 2014.

Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prokopy, R. J., dan Owens, E.D .1983. Visual detection of plants by herbivorous insects, Annu. Rev. Entomol

Sebayang, L. 2013. Teknik Pengendalian Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai. Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.

Setiadi, S. 2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawati W, dan A.A Asandhi. 2003. Pengaruh Sistem Pertanaman Monokultur danTumpangsari Sayuran Cruciferae dan Solanaceae terhadap Hasil dan Struktur dan Fungsi Komunitas Artropoda. Lembang: Balai Penelitian Sayuran.

Setiawati, W., T. S. Uhan., dan B. K. Udiarto. 2004. Pemanfaatan Musuh Alami Dalam Pengendalian Hayati Hama Pada Tanaman Sayuran. Balai

Penelitian Tanaman Sayuran.

Setiawati, W., B.K. Udiarto., dan A. Muharam. 2005. Pengenalan dan PengendalianHama-Hama Penting pada Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung

Setiawati, W., B. K. Udiarto., dan Soetiarso, T.A 2008. Pengaruh Varietas dan Sistem Tanam Cabai Merah Terhadap Penekanan Populasi Kutu Kebul. J. Hort., vol. 18, no. 1.

Sodiq M. 2004. Kehidupan lalat buah pada tanaman sayuran dan buah- buahan. Prosiding Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematode Sistakuning Pada Kentang dan Lalat Buah. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Stehr, DW. 1982. The integrated control concept. Hilgardia 29(2): 81-101

Sullivan, P. 2003. Intercropping Principles And Production Practic. Agronomy System Guide. Diakses dari


(35)

Sumarni, N dan A. Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Sylvitria, W. 2010. Hama Thrips. Diakses dari

Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, dan D.A. Kusumah. 2010. Evaluasi Daya Hasil Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di Empat Lokasi dalam Dua Tahun. J. Agron. Indonesia 38(1):43-51

Tobing, M.C. 2009. Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Serangga Hama dalam Agroekosistem. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Entomologi Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://www.usu.ac.id. pada April 2015.


(36)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Binjai Timur, Kotamadya Binjai pada ketinggian

±28 m di atas permukaan laut.

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2015 hingga Januari 2016.

Bahan dan Alat

Bahan digunakan berupa bahan tanaman antara lain benih cabai merah varietas panah merah, umbi bawang merah varietas samosir, benih kacang kedelai varietas gepak kuning, subsoil, pasir, pupuk kandang sapi yang telah matang (kompos) dan anorganik (NPK Mutiara dan Super Stick), fungisida berbahan aktif tebukonazol 430 g/l, tali rafia, mulsa perak hitam, baby polibag, kamera serta bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan antara lain cangkul untuk mengolah tanah dan pembuatan plot bedengan, bambu sebagai ajir, timbangan untuk menimbang pupuk, ember, timbangan analitik, gembor, mikroskop binokuler, alat untuk melubangi mulsa serta alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu:

S1 : Monokultur cabai merah

S2 : Tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai

S3 : Tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai S4 : Tumpangsari cabai merah dengan bawang merah


(37)

(t-1) (r-1) ≥ 15 (4-1) (r-1) ≥ 15 3 (r-1) ≥ 15 3r - 3 ≥ 15 3r ≥ 18 r ≥ 18/3 r = 6

maka diperoleh jumlah ulangan sebanyak 6 kali Total kombinasi perlakuan : 24 perlakuan Jumlah bedengan per perlakuan : 6 bedengan

Panjang bedengan : 5 m

Lebar bedengan : 1 m

Tinggi bedengan : 30 cm

Jarak antar bedengan : 1 m Jarak antar perlakuan : 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yij(t) = µ + Kj + P(t) + εi(t)

Dimana:

Yi(t) = nilai pengamatan pada baris ke-i, kolom ke-j yang mendapat perlakuan ke-t.

µ = nilai rata-rata umum Ki = pengaruh kelompok ke-i P(t) = pengaruh perlakuan ke-t


(38)

εi(t) = pengaruh galat pada kelompok ke-i,yang memperoleh perlakuan ke-t

Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diuji dengan Sidik Ragam, apabila hasil Sidik Ragam berpengaruh nyata akan dilanjut dengan Uji Jarak Duncan dengan taraf 5%.


(39)

PELAKSANAAN PENELITIAN a. Penyemaian Benih

1. Cabai

Dengan menyiapkan media tanam yang terdiri dari campuran pasir, subsoil dan pupuk kandang sapi matang yang telah halus dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Benih cabai tersebut direndam dahulu dalam larutan fungisida dengan tujuan untuk menghindari biji cabai terkena penyakit rebah kecambah. Persemaian dilakukan selama 3 hingga 4 minggu.

2. Bawang merah

Dengan memotong ujung dari umbi bawang merah tersebut kira-kira 0,25 cm lalu direndam dengan larutan fungisida lalu dikeringanginkan selama 2 hari.

3. Kacang kedelai

Dengan merendam biji kacang kedelai dengan larutan fungisida selama beberapa menit. Biji yang terapung keatas dibuang, sedangkan biji yang digunakan merupakan biji yang berada didasar air.

b. Persiapan Lahan

Areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul, parang dan alat yang mendukung lainnya. Tanah diolah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah, menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan kemudian diratakan. Lalu dibuat bedengan sesuai dengan metode penelitian.


(40)

c. Pemasangan Mulsa

Jenis mulsa yang digunakan adalaah mulsa perak hitam. Mulsa plastik dibentangkan dengan warna hitam menghadap di tanah dan warna perak menghadap ke atas. Mulsa plastik dipancang agar dapat menutup tanah dengan sempurna, sisi plastik harus direkat erat dengan permukaan bedengan.

e. Penanaman

Penanaman bibit dilakukan sesuai dengan perlakuan sebagai berikut :

1. Monokultur cabai merah

Plot ini ditanami benih cabai merah dengan jarak tanam 50 x 60 cm.

Gambar 7. Jarak tanam monokultur cabai merah

2. Tumpangsari cabai merah dan kacang kedelai

Cabai merah ditanam dengan sistem single row dengan jarak dalam barisan 50 x 60 cm, kemudian kacang kedelai ditanam pada barisan di pinggir mulsa dengan jarak dalam barisan 40 x 40 cm.


(41)

3. Tumpangsari cabai merah, bawang merah, dan kacang kedelai

Cabai merah ditanam dengan sistem single row dengan jarak dalam barisan 50 x 60 cm, kemudian ditanam bawang merah satu barisan dipinggir mulsa dengan jarak dalam barisan 20 x 20 cm, serta kacang kedelai ditanam diantara cabai merah dan bawang merah dengan jarak tanam 40 x 40 cm.

Gambar 9. Jarak tanam tumpangsari cabai merah, bawang merah dan kacang kedelai

4. Tumpangsari cabai merah dengan bawang merah

Cabai merah ditanam dengan jarak dalam barisan 50 x 60 cm, kemudian ditanam bawang merah pada pinggir mulsa dengan jarak dalam barisan 20 x 20 cm.

Gambar 10. Jarak tanam tumpangsari cabai merah dengan bawang merah

f. Pemupukan

Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK Mutiara, Super Stick, dan pupuk kandang sapi. Aplikasi pupuk dasar dilakukan pada saat awal pengolahan tanah dengan dosis pupuk kandang 7 kg, NPK Mutiara dan Super Stick masing-masing dengan dosis 1,6 kg untuk 1 bedengan. Sedangkan untuk pupuk


(42)

selanjutnya diberikan pupuk NPK Mutiara dengan dosis 5 gr selama 3 MST dan 7 gr pada 60 HST secara sistem tugal dengan jarak 15 cm dari perakaran tanaman.

g. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemasangan ajir, dan penyiangan.

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari sesuai dengan kondisi lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah.

2. Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman cabai yang tidak tumbuh, dimulai dari awal penanaman sampai umur 7 hari

3. Pemasangan ajir

Pengajiran dilakukan pada tiga minggu setelah tanam. Ajir dibuat dari bambu dengan panjang 120 cm, ditancapkan pada jarak 10 cm dari pohon dengan posisi tegak.

4. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

h. Panen

Pemanenan cabai merah pertama dilakukan pada umur 105 hari, bawang merah pada umur 100 hari, dan kacang kedelai 90 hari setelah tanam.


(43)

i. Pengamatan Parameter

1. Intensitas serangan hama, meliputi pengamatan hama pada vase vegetatif dan generatif.

-. Pada vase vegetatif hama yang diamati adalah trips (Thrips parvispinus Karny). Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hst dan dilakukan dengan interval 7 hari hingga memasuki vase generatif. Data intensitas/beratnya kerusakan tanaman oleh serangan hama dapat diperoleh dari hasil pengamatan gejala secara visual pada daun tanaman

% 100 ) ( 0 x NxZ nxv IS i

=

Penilaian untuk menentukan derajat kerusakan tanaman dengan menggunakan skala 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 sebagai berikut :

Tabel 2. Skala Kerusakan Tanaman

Nilai Skala Gejala

0 Tidak ada kerusakan pada daun tanaman

1 Ada kerusakan 1%-25% pada daun tanaman yang diamati

3 Ada kerusakan >25%-50% pada daun tanaman yang diamati

5 Ada kerusakan >50%-75% pada daun tanaman yang diamati

7 Ada kerusakan >75%-100% pada daun tanaman yang diamati

Dimana:

IS = Intensitas /beratnya kerusakan/ serangan (%) n = jumlah contoh yang diamati

v = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan. N = jumlah total sampel yang diamati

Z = nilai skor kategori kerusakan yang tertinggi (Kristanto et al, 2013).


(44)

-. Pada vase generatif hama yang diamati adalah lalat buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL) ). Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 mst dan dilakukan dengan interval 7 hari hingga panen ke 7. Untuk menghitung intensitas serangan lalat buah menggunakan rumus:

% 100 ) (a b x

a P

+ = dimana :

P = Intensitas serangan (%)

a = Jumlah buah terserang atau jumlah tanaman terserang b = Jumlah buah sehat atau jumlah tanaman sehat (Prabaningrum dan Moekasan, 2014).

2. Produksi Tanaman (gr/plot)

Produksi dihitung mulai dari cabai merah siap panen yaitu pada saat 12 MST (Minggu Setelah Tanam), dilakukan sebanyak 7 kali pemanenan dengan interval 5 hari sekali. Produksi bobot siung pada tanaman bawang merah dimulai pada umur tanaman 2,5 bulan. Produksi polong kacang kedelai dimulai pada umur tanaman 2,5 bulan. Bobot dari masing-masing tanaman ditimbang untuk setiap plot perlakuan (gr/plot).


(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Intensitas Serangan Hama

a. Fase vegetatif

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis teknik budidaya cabai merah berbeda nyata dan berpengaruh antara S1 (monokultur cabai merah), S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) terhadap intensitas serangan hama (T. parvispinus Karny) pada fase vegetatif dalam beberapa kali pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 5.

Tabel 3. Pengaruh jenis teknik budidaya cabai merah terhadap intensitas serangan hama pada fase vegetatif.

Perlakuan Rataan intensitas serangan hama pada fase vegetatif tiap pengamatan (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

S1 36,50 65,98 40,06 46,05 47,47 44,14b 57,61 41,90 54,41a S2 32,22 74,47 42,31 37,33 46,22 51,02a 46,89 43,90 28,89b S3 42,22 82,37 31,77 35,33 58,66 51,42a 48,00 57,80 38,09b S4 42,22 68,56 38,12 39,11 58,66 44,00b 38,38 51,55 36,66b Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom

yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Tabel 3 menunjukkan adanya pengaruh jenis tumpangsari cabai merah terhadap tingkat intensitas serangan hama Thrips pada fase vegetatif baik pada perlakuan S1, S2, S3, dan S4. Berdasarkan data pada tabel 3, diketahui bahwa intensitas serangan hama Thrips pada vase vegetatif terhadap perlakuan S1 (monokultur cabai merah) dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) sebesar 44,14% dan 44% berbeda nyata dengan S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai) dan S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai) yaitu 51,02% dan 51,42% pada pengamatan ke 6.


(46)

Perlakuan S1 (monokultur cabai merah) berbeda nyata dengan S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) pada pengamatan ke 9 yaitu 54,41% pada perlakuan S1 dan 28,89%, 38,09%, dan 36,66% pada S2, S3, dan S4. Perlakuan S1, S2, S3, maupun S4 tidak berbeda nyata pada pengamatan 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan S2, S3, dan S4 merupakan perlakuan yang terbaik dilihat dari tingkat serangan hama trips yang relatif lebih rendah dari perlakuan S1.

Perbedaan jenis tanaman yang ditumpangsarikan dengan tanaman cabai merah mempengaruhi intensitas serangan hama trips pada fase vegetatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin beragam jenis tanaman cabai merah yang ditumpangsarikan maka intensitas serangan hama trips pada fase vegetatif semakin tinggi, tetapi tergantung pada famili tanaman yang ditumpangsarikan dengan cabai merah. Namun apabila dilihat dari keempat jenis tumpangsari yang diuji, maka S4 adalah jenis tumpangsari yang terbaik karena bawang merah yang ditumpangsarikan dengan cabai merah juga merupakan inang pada hama trips di fase vegetatif. Seperti yang dinyatakan oleh Meilin (2014) bahwa pada dasarnya trips merupakan serangga utama yang banyak dikenal sebagai hama pada berbagai komoditas pertanian dan sayuran. Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama cabai, bawang merah, bawang daun, jenis bawang lainnya dan tomat, sedangkan tanaman inang lainnya tembakau, kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili Crusiferae, Crotalaria dan kacang-kacangan.


(47)

Pemilihan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dengan cabai merah mempengaruhi banyaknya jenis hama dan menentukan tinggi rendahnya intensitas serangan hama trips pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil penelitian pada pengamatan 9 diperoleh bahwa perlakuan S1 memiliki intensitas serangan hama trips yang tinggi yaitu sebesar 54,41% jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini dikarenakan perlakuan monokultur cabai merah menyebabkan tingginya intensitas serangan dan penyebaran hama trips. Seperti yang dinyatakan oleh Altieri dan Nicholls (2004), polikultur dengan mengkombinasikan beberapa komoditi memiliki potensi menciptakan keragaman fauna dengan jaring makanan yang lebih komplek termasuk menstimulasi kehadiran pengendali hayati. Penerapan teknologi PHT yang tepat pada budidaya tanaman cabai diharapkan menurunkan populasi dan intensitas serangan Thrips. Selain itu Thrips merupakan hama yang inang utamanya tanaman cabai merah yang banyak ditemukan di dalam bunga cabai karena menghisap cairan yang terdapat didalamnya sehingga lebih dominan menyerang monokultur cabai merah. Thrips banyak ditemukan karena diduga tertarik dengan warna bunga hingga thrips mampu mendeteksi keberadaan makanannya.

Ketersediaan sumber makanan mempengaruhi kepadatan populasi hama trips sehingga menyebabkan tingginya intensitas serangan. Pada pengamatan ke 6, intensitas serangan hama trips tertinggi sebesar 51,42% dengan perlakuan S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai) dimana inang hama trips selain terdapat pada cabai merah, bawang merah juga merupakan inang hama trips.


(48)

Tingginya intensitas serangan hama trips pada pengamatan 9 dengan perlakuan S1 (monokultur cabai merah) dikarenakan banyaknya trips yang menempel pada bunga cabai merah sehingga menghisap cairan yang terdapat pada bunga. Menurut Prokopy dan Owens (1983) bahwa warna bunga merupakan salah satu faktor fisik yang dapat berperan positif dalam penemuan dan pengenalan inang oleh serangga. Hal ini juga sesuai dari hasil penelitian Yusuf et al (2010), bahwa setelah bunga mekar, ditemukan gejala kerusakan helai mahkota yang menandai adanya aktifitas thrips memakan jaringan bunga.

b. Fase Generatif

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis teknik budidaya cabai merah tidak berpengaruh dan berbeda antara S1 (monokultur cabai merah), S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) terhadap intensitas serangan hama lalat buah (B. dorsalis (HENDEL) pada fase generatif dalam beberapa kali pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 6.

Tabel 4. Pengaruh jenis teknik budidaya cabai merah terhadap intensitas serangan hama pada fase generatif

Perlakuan Rataan intensitas serangan hama pada fase generatif tiap pengamatan (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

S1 6,36 10,30 3,90 5,19 6,96 1,69 0,76 1,45 1,31 S2 4,63 2,83 2,67 6,77 2,42 2,28 3,12 0,33 1,79 S3 0,71 2,31 2,04 7,18 2,79 4,36 1,97 3,63 0,00 S4 3,75 10,55 2,10 4,31 3,60 1,78 1,43 1,55 0,56

Tabel 4 menunjukkan tidak ada pengaruh jenis tumpangsari cabai merah terhadap tingkat intensitas serangan hama lalat buah (B. dorsalis (HENDEL) pada fase generatf baik pada perlakuan S1, S2, S3, dan S4. Berdasarkan data pada tabel 3


(49)

diketahui bahwa perlakuan S1, S2, S3, maupun S4 tidak berbeda nyata pada pengamatan 1, 2, 3, 4,5, 7, 8 dan 9. Hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan merupakan yang terbaik dilihat dari tingkat serangan hama lalat buah yang rendah yaitu 0-10%

Pada perlakuan S1, S2, S3, dan S4 intensitas serangan lalat buah adalah rendah berkisar antara 0 hingga 10%. Hal ini tampaknya dikarenakan terdapat tanaman inang alternatif lalat buah seperti mangga yang terdapat di sekitaran lahan penelitian. Tanaman tersebut menyebabkan serangan lalat buah tidak hanya terhadap tanaman cabai merah, akan tetapi lebih banyak menyerang tanaman di sekitar lahan. Menurut Sodiq (2004) menyatakan bahwa intensitas serangan lalat buah pada mangga, belimbing, dan jambu biji dapat mencapai 100%.

Tingkat intensitas serangan hama lalat buah selama pengamatan penelitian berubah-ubah. Hal ini diduga ada kaitannya dengan peralihan suhu dan iklim selama penelitian dilaksanakan yang menyebabkan perkembangan lalat buah cenderung melambat. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlinda et al

(2007) menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan populasi lalat buah meningkat dan daya hidup lalat buah di dataran tinggi umumnya lebih lama dibandingkan dataran rendah.

Ketiadaan menggunakan pestisida selama penelitian diduga mampu meningkatkan populasi paraasitoid dari lalat buah sehingga intensitas serangan lalat buah rendah. Hasil penelitian Herlinda et al (2007) menyatakan bahwa beberapa jenis parasitoid dari lalat buah pada tanaman cabai merah yaitu Psyttalia fijiensis, P. insici, P. fetcheri dan Opius sp berpotensi dalam mengendalikan serangan lalat buah.


(50)

2. Produksi Tanaman

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis teknik budidaya cabai merah berbeda nyata dan berpengaruh antara S1 (monokultur cabai merah), S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai), S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai), dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) terhadap produksi tanaman dalam beberapa kali pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 7.

Tabel 5. Pengaruh tumpangsari cabai merah terhadap produksi tanaman Perlakuan Rataan produksi tanaman (gr)

1 2 3 4 5 6 7

S1 16,48 16,50 23,31 23,08 27,48 26,39b 27,33b S2 12,30 23,35 20,30 23,29 31,35 33,56a 38,24a S3 13,12 20,14 23,30 26,04 33,41 39,74a 42,48a S4 12,54 17,22 20,57 21,22 23,62 25,86b 22,17c Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom

yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Duncan Multiple Range Test

Tabel 5 menunjukkan adanya pengaruh jenis tumpangsari cabai merah terhadap produksi tanaman baik pada perlakuan S1, S2, S3, dan S4. Berdasarkan data pada tabel 5, diketahui bahwa produksi tanaman terhadap perlakuan S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai) dan S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai) sebesar 33,56% dan 39,74% berbeda nyata dengan S1 (monokultur cabai merah) dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) yaitu 26,39% dan 25,86% pada pengamatan ke 6. Perlakuan S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai) dan S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai) dengan nilai 38,24 gr dan 42,48% berbeda nyata dengan S1 (monokultur cabai merah) dan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) pada pengamatan ke 7 yaitu sebesar 27,33% dan 22,17%. Perlakuan S1 (monokultur cabai merah) berbeda


(51)

nyata dengan perlakuan S4 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah) yaitu dengan selisih 5,16%. Perlakuan S1, S2, S3, maupun S4 tidak berbeda nyata pada pengamatan 1, 2, 3, 4, dan 5.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah dari awal pengamatan hingga ke 7 semakin baik Hal itu sesuai dengan hasil penelitian Prabaningrum dan Moekasan (2014) menunjukkan bahwa tanaman cabai yang ditanam menggunakan mulsa plastik mempunyai hasil panen yang lebih tinggi daripada yang tanpa mulsa plastik. Liang et al (2011) melaporkan bahwa mulsa plastik mempertahankan kelembaban tanah, memperbaiki suhu tanah dan kualitas tanah, sehingga mampu meningkatkan laju fotosistesis daun. Akibatnya hasil panen meningkat. Iqbal et al (2009) melaporkan bahwa hasil panen cabai merah menggunakan mulsa plastik lebih tinggi sebesar 36,5–39,5% dibandingkan dengan hasil tanaman tanpa mulsa plastik.

Produksi buah cabai merah pada S2, S3, dan S4 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan S1. Pada perlakuan S1 terserang penyakit busuk buah atau antraknosa, sehingga banyak buah yang busuk dan tidak layak untuk dijual dipasaran. Dari pengamatan, penyakit busuk buah yang menyerang tanaman cabai merah lebih banyak pada perlakuan S1 dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan S2, S3, dan S4 memberikan konpensasi produksi, sehingga menghasilkan produksi yang tinggi meskipun tanaman terserang penyakit. Menurut Syukur et al (2010), penyakit busuk buah atau antraknosa dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar karena menyerang buah pada berbagai fase perkembangan, baik yang baru terbentuk maupun yang telah siap dipanen. Penyakit ini dapat menurunkan hasil cabai merah hingga 75%.


(52)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Jenis teknik budidaya cabai merah berbeda nyata terhadap intensitas serangan hama trips pada fase vegetatif dan produksi tanaman namun tidak nyata pada intensitas serangan hama lalat buah di fase generatif.

2. Intensitas serangan hama trips yang tertinggi terdapat pada perlakuan S1 (monokultur cabai merah) sebesar 54,41% dan terendah pada perlakuan S2 (tumpangsari cabai merah dengan kacang kedelai) yaitu 28,89%.

3. Produksi tanaman cabai merah mulai meningkat pada pengamatan ke 6 dengan perlakuan yang terbaik adalah S3 (tumpangsari cabai merah dengan bawang merah dan kacang kedelai).

4. Intensitas serangan hama lalat buah di fase generatif tidak nyata karena beberapa faktor yaitu adanya tanaman mangga yang menjadi inang lalat buah dan adanya beberapa jenis parasitoid yang menyerang lalat buah.

5. Dengan penggunaan mulsa plastik perak hitam pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah lebih baik dibandingkan tanpa penggunaan mulsa.

Saran

Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui intensitas serangan hama lainnya baik pada fase vegetatif dan generatif dengan memperhatikan umur tanaman yang ditumpangsarikan.


(53)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Cabai

Menurut Setiadi (2006) klasifikasi tanaman cabai merah termasuk ke dalam:

Kingdom : Plantae

Diviso : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanes

Famili : Solanaceae Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuumL.

Perakaran tanaman cabai merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut‐serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 3550 cm. Akar lateral menyebar sekitar 3545 cm (Prajnanta, 2007).

Batang utama cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30‐37,5 cm dan diameter batang antara 1,5‐3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna coklat kehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (Setiadi, 2006).

Daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap tergantung varietasnya. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tulang daun berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun cabai adalah lonjong dengan ujung daun meruncing (Prajnanta, 2007).


(54)

Bunga tanaman cabai umumnya suku Solanaseae, berbentuk seperti terompet (hypocrateriformis). Bunga cabai tergolong bunga yang lengkap karena terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistilum). Bunga cabai biasanya menggantung berwarna putih, terdiri dari 6 helai kelopak bunga berwarna kehijauan dan 5 helai mahkota (Setiadi, 2006).

A B

Gambar 1. Tanaman cabai merah (Capsicum annum), A= Fase Vegetatif, B= Fase Generatif (Sumber: Foto langsung)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah sekitar 600-1200 mm per tahun. Cahaya matahari sangat diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada intensitas cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan cabai merah terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih singkat (Sumarni dan Muharam, 2005).


(55)

Tanah

Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai adalah 6-7 (Sumarni dan Muharam, 2005).

Tumpangsari

Tanaman cabai mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Umumnya tanaman cabai dan sayuran lainnya menggunakan pestisida paling banyak serta berlebihan sebagai pengendalian tanpa memperhatikan dampak negatifnya karena hasilnya cepat kelihatan dan pestisida mudah didapatkan dengan harga yang terjangkau. Kondisi yang demikian pada akhirnya dapat menyebabkan banyak dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu diperlukan penggunaan pestisida yang selektif dan cara pengendalian lainnya, melalui sistem tumpangsari dengan tanaman semusimnya lainnya. Keuntungan pengendalian dengan sistem/pola tanam adalah mengurangi penggunaan pestisida kimiawi, mengurangi resioko kegagalan panen dan meningkatkan pendapatan.

Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap organisme serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya serangga pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu dan disetiap tempat. Untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan maka tindakan mengurangi serangan hama melalui pemanfaatan musuh alami serangga dan meningkatkan keanekaragaman tanaman seperti penerapan tumpang sari, rotasi


(56)

tanaman dan penanaman lahan-lahan terbuka sangat perlu dilakukan karena meningkatkan stabilitas ekosistem serta mengurangi risiko gangguan hama (Tobing, 2009).

Pengendalian bercocok tanam dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan sistem tanam tumpangsari. Keberhasilan pengendalian dengan sistem tanam tumpangsari dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pemilihan tanaman pendamping. Tanaman pendamping dapat menurunkan serangan hama dengan cara mencegah penyebaran hama karena adanya pemisahan tanaman yang rentan. Salah satu jenis tanaman berperan sebagai tanaman perangkap (atraktan) hama dan jenis tanaman yang lain sebagai penolak (repellent) hama (Setiawati dan Asandhi, 2003).

Tanaman tumpangsari dapat meningkatkan produksi tanaman dan pendapatan petani, serta menghindarkan kegagalan bagi satu jenis tanaman dengan menambahkan satu atau lebih jenis tanaman lain yang mempunyai sifat yang kompatibel (Eldriadi, 2011). Selain itu, tanaman tumpangsari juga bermanfaat dalam meningkatkan fungsi musuh alami untuk mengendalikan populasi hama dan pemanfaatan lahan secara optimal dengan sistem tumpangsari akan membawa keuntungan bagi petani, dengan meningkatnya produksi dan kegunaan lahan secara efisien. Penggunaan tanaman tumpangsari meningkatkan keanekaragaman tanaman di lapangan yang dapat menekan serangan hama dan meningkatkan kinerja musuh alami (Sullivan, 2003).

Pengendalian dengan sistem tanam tumpangsari dengan tanaman budidaya dirasa sangat baik dan aman karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Menurut Stehr (1982), pola tanam dengan sistem tumpangsari berarti


(57)

memodifikasi ekosistem yang dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu (1) penjagaan fase musuh alami yang tidak aktif, (2) penjagaan keanekaragaman komunitas, (3) penyediaan inang alternatif, (4) pemyediaan makanan alami, (5) pembuatan tempat berlindung musuh alami dan (6) penggunaan insektisida yang selektif.

Hama Pada Tanaman Cabai Merah

Banyak jenis hama yang menyerang tanaman cabai merah sejak dari persemaian sampai panen. Namun demikian, sebenarnya hanya beberapa jenis hama saja yang merupakan hama utama. Hama utama adalah hama yang terus menerus merusak dan secara ekonomis merugikan, sehingga selalu perlu dilakukan tindakan pengendalian. Hama kedua adalah hama yang kadang-kadang merusak dan merugikan sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Pemahaman biologi dan ekologi hama utama dan kedua merupakan dasar dan langkah awal yang perlu dilakukan agar upaya pengendaliannya dapat berhasil dengan baik (Setiawati et al., 2005).


(58)

Tabel 1. Hama – hama yang menyerang tanaman cabai merah

NAMA UMUM NAMA ILMIAH

Di persemaian/ sebelum tanam

1. Trips

2. K utu daun persik 3. T ungau teh kuning

1. T. Parvispinus

2. M. Persicae

3. P. latus

Fase Vegetatif

1. Ulat tanah 2. G angsir 3. A njing tanah 4. Uret

5. Ulat bawang 6. Ulat grayak 7. K utu daun persik 8. Trips

9. T ungau teh kuning 10. Kutu kebul 11. Wereng kapas 12. Lalat penggorok daun

1. A. ipsilon

2. B. portentotus

3. G. africnal

4. Phyllophaga spp.

5. S. exigua

6. S. litura

7. M. persicae

8. T. parvispinus

9. P. latus

10. B. tabaci

11. E. lybica

12. L. Huidobrensis

Fase Generatif

1. Ulat bawang 2. Ulat grayak 3. K utu daun persik 4. Trips

5. T ungau teh kuning 6. Kutu kebul 7. Wereng kapas 8. Lalat penggorok daun 9. Ulat buah tomat 10. Lalat buah

1. S. exigua

2. S. litura

3. M. persicae

4. T. parvispinus Karny

5. P. latus

6. B. tabaci

7. E. lybica

8. L. huidobrensis

9. H. armigera

10. B. dorsalis

HAMA TANAMAN FASE PERTUMBUHAN

Fase Vegetatif

Hama trips (Thrips parvispinus Karny)

Trips menyerang tanaman cabai sepanjang tahun, serangan hebat umumnya terjadi pada musim kemarau. Serangga dewasa bersayap seperti jumbai (sisir bersisi dua), sedangkan nimfa tidak bersayap. Warna tubuh nimfa kuning pucat, sedangkan serangga dewasa berwarna kuning sampai coklat kehitaman. Panjang tubuh sekitar 0.8 – 0.9 mm. Daur hidup trips dari telur sampai dewasa di dataran rendah berkisar antara 7 – 12 hari. Tanaman inang trips lebih dari 105 jenis tanaman dari keluarga Cucurbitaceae, Solanaceae, Malvaceae dan Leguminoceae. Inang utama trips antara lain adalah tembakau, kopi, ubi jalar,


(59)

krotalaria dan kacang- kacangan. Permukaan bawah daun yang terserang berwarna keperak-perakan dan daun mengeriting atau berkerut. Intensitas serangan dapat mencapai 87% (Setiawati et al., 2005).

Biologi Hama trips (Thrips parvispinus Karny)

Klasifikasi trips menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Thysanoptera Famili : Thripidae Genus : Thrips

Spesies : Thrips parvispinus Karny

Reproduksi trips tergolong tinggi, dan beberapa di antaranya mempunyai model reproduksi partenogenesis, beberapa arrhenotoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu jantan haploid) dan thelytoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu betina). Metamorfosis trips di antara tipe hemimetabola (sederhana) dan sempurna, karena melewati masa prapupa dan pupa yang inaktif. Jadi, dua tahap nimfa sifatnya aktif, diikuti oleh tahap ketiga yang disebut prapupa, dan tahap keempat yang berupa pupa (Sylvitria, 2010).

Telur berbentuk oval atau bahkan mirip seperti ginjal manusia. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang banyak, dengan rata-rata 80 butir tiap induk.


(60)

Letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah peletakan oleh imago betina (Sylvitria, 2010).

Gambar 2. Nimfa trips yang terdapat pada bunga cabai merah (Sumber: Foto langsung)

Nimfa berwarna pucat, keputihan/kekuningan, instar 1 dan 2 aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan tanah. Pupa terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah daun dan di permukaan tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur hidup sekitar 20 hari, di dataran rendah 7-12 hari dan hidup secara berkelompok (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).


(61)

Imago trips yang terdapat pada tanaman cabai merah (A)

Imago

Imago trips yang terdapat pada tanaman cabai merah (B)

Gambar 3. Imago trips , A= Tampak atas, B= Tampak samping (Sumber: Foto langsung)

Imago berukuran sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak kehitaman, berbercak-bercak merah atau bergaris-garis. Imago betina mempunyai 2 pasang sayap yang halus dan berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim


(62)

kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat mencapai 20 hari (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).

Gejala Serangan

Dampak langsung serangan trips terdapat pada permukaan bawah daun berwarna keperak-perakan, daun mengeriting atau keriput. Secara tidak langsung trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Hama menyerang dengan menghisap cairan permukaan bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak-bercak putih/keperak-perakan. Daun akan berubah warna menjadi coklat, mengeriting/keriput dan mati. Pada serangan berat daun, pucuk, serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil bahkan pucuk mati (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).

Gambar 4. Daun tanaman cabai merah yang terserang hama trips berwarna

keperakan dan mengeriting (Sumber: Foto langsung)


(63)

Beberapa spesies trips berperan sebagai hama penting, selain karena menimbulkan kerusakan akibat aktivitas makan. Gejala serangan trips amat khas. Daun yang terserang biasanya akan berwarna kekuning-kuningan, berbintik-bintik coklat, saling mengatup, dan berubah bentuk (malformasi) (Sylvitria, 2010).

Fase Generatif

Hama Lalat buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL))

Lalat buah dapat menyerang banyak tanaman hortikultura terutama sayur-sayuran dan buah- buahan, sehingga sulit sekali untuk dikendalikan. Akibat serangan hama lalat buah produksi dan mutu buah cabai menjadi rendah, bahkan tidak jarang mengakibatkan gagal panen, karena buah menjadi busuk dan berjatuhan ke tanah. Lalat buah termasuk hama yang poliphagous atau mempunyai banyak tanaman inang alternatif, jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah. Tanaman inang hama lalat buah selain cabai ialah nangka, belimbing, mangga, tomat, melon, pepaya, mentimun, paria dll. Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis (Hasyim, 2014).

Biologi Hama Lalat buah (Bactrocera dorsalis (HENDEL))

Klasifikasi lalat buah menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Tephritidae


(64)

Genus : Bactrocera

Spesies : Bactrocera dorsalis (HENDEL)

Telur lalat buah diletakkan secara berkelompok. Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/hari yang diletakkan pada buah di tempat yang terlindung dan tidak terkena sinar matahari langsung serta pada buah-buah yang

agak lunak dan permukaannya agak kasar (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000).

Larva terdiri atas 3 instar. Larva hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Pada instar ke tiga menjelang pupa, larva akan keluar dari dalam buah melalui lubang kecil. Setelah berada di permukaan kulit buah, larva akan melentingkan tubuh, menjatuhkan diri dan masuk ke dalam tanah. Di dalam tanah larva menjadi pupa (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2000). Gambar 5. Lalat buah dewasa pada tanaman cabai merah (Sumber: Foto langsung)

Pupa pada awalnya berwarna putih, kemudian berubah menjadi kekuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan. Masa pupa berkisar antara


(65)

4-10 hari. Pupa berada di dalam tanah atau pasir pada kedalaman 2-3 cm di bawah permukaan tanah atau pasir. Setelah 6 -13 hari, pupa menjadi imago (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2013).

Gejala Serangan

Lalat buah betina menyerang buah cabai dengan cara menusukkan ovipositornya ke dalam buah cabai. Gejala serangan pada buah yang terserang lalat buah, ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor. Buah yang baru ditusuk akan sulit dikenali karena hanya ditandai dengan titik hitam yang kecil sekali. Telur menetas menjadi belatung dan memakan bagian dalam buah cabai. Kerusakan pada daging buah bagian dalam tidak dapat dilihat, karena permukaan buah tetap mulus. Namun, apabila buah cabai di belah, maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam, daging buah busuk, lunak, dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Luka tusukan lalat buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk buah, baik dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai banyak yang busuk dan rontok (Hasyim, 2014).


(66)

Gambar 6. Gejala serangan lalat buah pada tanaman cabai merah, A= buah cabai merah yang rusak, B= buah cabai merah yang gugur dan membusuk

(Sumber: Foto langsung)

Serangan hama tersebut dapat menyebabkan buah menjadi rusak dan busuk karena perilaku lalat buah betina meletakkan telur, pada buah, kemudian telur menetas menjadi larva dan memakan daging buah, selanjutnya buah akan gugur sebelum waktunya (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2002).

Di lapangan hama ini merusak buah yang masih segar, dari buah muda sampai dengan buah menjelang masak. Gejala serangan pada buah yang terinfestasi lalat buah ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositornya. Periode telur berlangsung sekitar 2–3 hari. Larva kemudian memakan daging buah sehingga mengakibatkan buah berwarna coklat kehitaman dan akhirnya buah busuk dan sering gugur. Kerusakan akibat serangan lalat buah berkisar antara 12 – 20% pada musim kemarau dan pada musim penghujan dapat mencapai 100% (Setiawati et al., 2005).


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Teknik Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum) Pada Tumpangsari Terhadap Intensitas Serangaan Hama”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada ayahanda W.Sitanggang dan ibunda D. Naibaho buat setiap doa dan dukungannya baik secara moral maupun moril. Terimakasih kepada ketua komisi pembimbing Ir. Syahrial Oemry, M.S. dan Ir. Lahmuddin Lubis, M.P. sebagai anggota yang telah membimbing, memberikan kritik, dukungan dan saran berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada abangda yaitu Charles T.H. Sitanggang dan adinda Dessi Natalia Br. Sitanggang yang telah memberi motivasi dan dukungan dalam penyelesaian studi saya. Terimakasih juga kepada Grace Rachael Manurung, Ann Sinaga, Winda Lingga, kelompok kecil TCoRT, orang-orang dibelakang panggung, dan seluruh keluarga besar PS. Transeamus FP USU atas semangat dan doanya. Terimakasih atas pertemanan dan persaudaraan kita teman-teman seperjuangan Agroekoteknologi 3 dan seminat Hama dan Penyakit Tanaman stambuk 2011.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber referensi yang berguna bagi kita semua.

Medan, April 2016


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... ..v

DAFTAR TABEL ... ...vii

DAFTAR GAMBAR ... ..viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Cabai Merah. ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Tumpangsari ... 7

Hama Pada Tanaman Cabai Merah ... 9

Fase Vegetatif ... 10

Fase Generatif ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat... 19

Metodologi Penelitian ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 22


(3)

Fase vegetatif ... 26

Fase generatif ... 27

Produksi tanaman... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas serangan hama ... 28

Fase vegetatif ... 28

Fase generatif ... 31

Produksi tanaman ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

No Judul Hlm

1. Hama – hama yang menyerang tanaman cabai merah ... 10 2. Skala kerusakan tanaman ... 26 3. Pengaruh jenis teknik budidaya cabai merah terhadap intensitas serangan hama pada fase vegetatif ... 28

4. Pengaruh jenis teknik budidaya cabai merah terhadap intensitas serangan hama pada fase generatif ... 31


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hlm

1. Tanaman cabai merah fase vegetatif (a) dan fase generatif (b) ... 6 2. Nimfa trips yang terdapat pada bunga cabai merah ... 12 3. Imago trips tampak atas (a) dan tampak samping (b) ... 13 4. Daun tanaman cabai merah yang terserang hama trips berwarna keperakan dan megeriting ... 14

5. Lalat buah pada tanaman cabai merah. ... 16 6. Gejala serangan lalat buah pada tanaman cabai merah (a) buah cabai merah yang rusak dan (b) buah cabai merah yang gugur dan membusuk ... 17

7. Jarak tanam monokultur cabai merah ... 23 8. Jarak tanam tumpangsari cabai merah dan kacang kedelai ... 23 9. Jarak tanam tumpangsari cabai merah, bawang merah dan kacang kedelai . 24 10. Jarak tanam tumpangsari cabai merah dan bawang merah ... 24


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Bagan lahan penelitian ... 39

2. Deskripsi benih cabai merah ... 40

3. Deskripsi bawang merah ... 41

4. Deskripsi kacang kedelai ... 42

5. Intensitas serangan hama T. parvispinus Karny pada fase vegetatif (%) di setiap perlakuan ... 44

6. Intensitas serangan hama B. dorsalis (HENDEL) pada fase generatif (%) di setiap perlakuan ... 53

7. Produksi cabai merah (gr) pada setiap perlakuan ... 68