Bagaimana Gempabumi Terjadi? Gempabumi

Kegiatan Pembelajaran 3 110 1 Aliran Lava. Lava adalah magma yang mengalir di permukaan Bumi. Lava ini sangat panas. Suhunya dapat mencapai 800 -1200 C. Kecepatan alirannya tergantung pada kekentalan magmanya. 2 Lahar. Lahar merupakan lumpur dari sampah vulkanik yang bercampur dengan air. Lahar ini dapat bergerak dengan kecepatan 100 kmjam. 3 Aliran piroklastik. Aliran ini merupakan salah satu bentuk becana letusan gunungapi yang sangat mematikan. Aliran ini dapat mengandung gas, uap air, abu, maupun lapili yang mengahambur ke bawah dengan kecepatan bisa mencapai 700 kmjam. 4 Jatuhan piroklastik seperti hujan abu, lapili dan bomb. Abu, lapili, dan bomb merupakan meterial yang dilepaskan dari gunungapi. Mereka dibedakan dari ukurannya. Jika diameterya kurang dari 2 cm maka disebut abu vulkanik; jika diameternya antara 2 – 64 cm maka disebut lapili; dan jika diameternya lebih besar dari 256 cm disebut bomb. d. Mitigasi Bencana Dalam pengelolaan bencana disaster, terdapat istilah hazard bahaya, risk risiko, vulnerability kerentanan, capacity kapasitas. Bahaya adalah fenomena yang berpotensi menimbulkan kerugian atau kerusakan. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh alam atau buatan manusia. Gempabumi atau letusan gunungapi merupakan bahaya hazard yang disebabkan oleh alam. Risiko adalah kemungkinan akibat yang terjadi jika sesuatu yang rentan terkena bahaya. Kerentanan adalah faktor atau kendala yang dapat mengurangi kemampuan untuk mempersiapkan diri dan mengatasi bahaya. Kerentanan dapat berupa kerentanan fisik bangunan, jalan, jembatan yang lemah, kerentanan sosial kemiskinan, anak-anak, lansia, serta kerentanan mental ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya diri. Kapasitas adalah kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap situasi tertentu dengan sumber daya yang tersedia. Kapasitas ini selain dapat berupa uang, sarana juga dapat berupa kearifan lokal masyarakat. Hubungan antara risiko, kerentanan, bahaya dan kapasitas adalah: Risiko = Bahaya Kerentanan Kapasitas. Jadi faktor yang mempengaruhi risiko bencana adalah bahaya, kerentanan serta besarnya kapasitas. Bahaya yang besar belum tentu menimbulkan risiko yang besar, misalnya gempabumi yang IPA SMP KK I 111 terjadi di tengah gurun dimana tidak ada bangunan, gedung atau manusia di sekitar pusatnya. Namun gempabumi dengan magnitudo kecil dapat menimbulkan risiko bencana yang besar bila terjadi dengan pusat gempanya di tengah perkotaan yang padat dengan bangunan dan manusia. Upaya manusia untuk memperkecil risiko bencana disebut mitigasi. Karena bahaya gempabumi di Indonesia tidak dapat dihindari maka mitigasi bencana gempabumi berkaitan dengan mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas. Upaya itu dapat dilakukan sebelum bencana terjadi, pada saat bencana terjadi ataupun sesudah bencana terjadi. 1 Mitigasi Bencana Gempabumi Upaya memperkecil risiko sebelum terjadi bencana gempabumi misalnya dengan cara: pelatihan dan pendidikan kesiapsiagaan bencana, selalu sadar akan ada bahaya, penguatan kearifan lokal, membangun rumah dan infrastruktur tahan gempa, pembuatan jalur dan rambu evakuasi. Upaya yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah misalnya membuat jalur dan tempat evakuasi sementara yang aman, melakukan simulasi evakuasi, membenahi ruang kelas yang aman seperti memastikan pintu masuk bebas dari lemari yang jika roboh tidak menutupi jalan pintu tersebut. Upaya memperkecil risiko saat terjadi gempabumi yang utama adalah tetap tenang dan tidak panik. Jika kita sedang berada di dalam bangunan maka lindungi kepala dan badan kita dari reruntuhan bangunan atau jatuhan barangbenda dengan cara berlindung di bawah meja dan berpegang pada kaki meja, jongkok di sudut ruangan sambil melindungi kepala dengan tas, dan jauhi jendela kaca; rak buku; papn tulis; dan benda-benda lain yang dapat jatuh atau roboh.