Teori Analisis Fungsional Media

20 hitam. Contoh populer propaganda yang diciptakan Hitler bahwa timbulnya berbagai masalah dalam negeri dan luar negeri Jerman disebabkan perilaku Zionis Yahudi. 8 Bandwagon Technique, Teknik ini dilakukan dengan menggembar-gemborkan sukses yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga atau suatu organisasi. Dalam bidang ekonomi, teknik propaganda ini digunakan untuk menarik minat pembeli akan suatu produk tertentu yang laku keras di pasaran. 9 Fear Arousing membangkitkan ketakutan, cara propaganda untuk mendapatkan dukungan dari target massa dengan menimbulkan emosi negatif, khususnya ketakutan. Tidak semua teknik propaganda bisa digunakan pada waktu yang sama. Pemilihan teknik bergantung pada kasus-kasus yang tengah dihadapi. Untuk menentukan satu teknik yang tepat, proses pemilihan teknik perlu ditempuh sehingga teknik propaganda bisa dikerahkan secara tepat sasaran. Menurut Arifin 2011 beberapa teknik propaganda yang telah dijabarkan oleh beberapa ahli menjadi alasan bahwa propaganda politik dipandang sebagai kegiatan komunikasi politik yang berbahaya bagi kemanusiaan. Itulah sebabnya di negara- negara demokrasi kegiatan propaganda politik sangat tidak disukai, bahkan ditolak.

2.4 Teori Analisis Fungsional Media

Teori ini pada dasarnya coba ingin melihat dan mengenal pasti fungsi media. Pendekatan analisis fungsional mempunyai kaitan dengan kekuasaan dan informasi. Ini bermakna bahwa media mempunyai hubungan dengan kuasa politik dan ekonomi. Individu atau mereka yang memiliki kuasa politik, bermakna boleh mengawal media. Justru fungsi media sebagai penyampai informasi sering menjadi persoalan Mahbob, 2004:117. Apabila berbicara mengenai analisis fungsional kuasa memainkan peranan yang signifikan. Kuasa selalu merujuk kepada orang yang memiliki kuasa tersebut yaitu pemimpin. Pemimpin dalam konteks ini hanya dibatasi kepada pemimpin politik elit politik. Dengan begitu kuasa telah membagi masyarakat ke dalam dua kelompok yaitu golongan memimpin dan dipimpin. Golongan yang dipimpin ini terdiri dari individu atau sebagian kecil manusia yang disebut sebagai elit, dan golongan yang dipimpin ini disebut sebagai massa. 21 Golongan massa ini dilihat oleh Lippmann sebagai bewildered herd, manakala Chomsky melihat golongan elit sebagai specialized class of responsible men Mahbob, 2004:118. Jadi bisa dikatakan Lippmann melihat massa ini sebagai sekelompok orang yang mengalami kebingungan. Sedangkan Chomsky melihat golongan elit ini merasa bertanggungjawab terhadap kebingungan tersebut. Sehingga pada akhirnya para elit politik mengambil peran dan mengontrol media. Hubungan antara analisis fungsional dan sistem politik lebih melihat kepada bagaimana kandungan media dipersepsikan oleh masyarakat, kumpulan dan individu sebagai functional dan dysfunctional. Analisis fungsional telah diterima secara luas oleh kebanyakan pengkaji komunikasi massa sekitar tahun 1950 dan 1960an Mahbob, 2004:119. Fungsi media yang secara nyata dan tersembunyi telah diselidiki. Namun justru functional dan dysfunctional inilah yang menjadi kelemahan dalam teori ini. Dalam negara yang mengamalkan sistem autokrasi, 2 elit politik akan memainkan peranan utama dalam mengawal dan menetapkan fungsi media. Justru elit politik memainkan peran yang cukup signifikan dalam menentukan informasi yang diperlukan dan tidak diperlukan oleh massa. Ia juga boleh dikaitkan dengan teori propaganda dan teori penetapan agenda karena informasi yang disalurkan media bertujuan untuk mempengaruhi pemikiran massa. Tujuan ini selalu mempunyai agenda tertentu. Bagi negara yang mengamalkan sistem demokrasi, kebebasan sering disebut-sebut dan menjadi sebagian dari hak asasi manusia, namun kebebasan media masih lagi dipersoalkan. Media masih dikawal oleh segelintir individu yang disebut sebagai elit dan merekalah yang membentuk pemikiran masyarakat. Dalam teori ini golongan massa dianggap masa bodoh dan tidak tahu. Justru berita dan informasi telah dibuat sedemikian rupa dengan menetapkan agenda tersendiri dalam membentuk pemikiran massa. Dengan begitu elit adalah golongan minoritas yang membentuk dan mempengaruhi pemikiran massa. Oleh golongan minoritas ini media diakui sebagai alat untuk menjalankan fungsi. Dalam hal ini strategi elit politik menggunakan media sebagai alat propaganda. Di dunia politik propaganda menjadi fungsi utama mengapa media digunakan. Menurut Chomsky, propaganda di pemerintahan modern 2 autokrasiau·to·kra·si n Pol bentuk pemerintahan dng kekuasaan mutlak pd diri seseorang; kediktatoran, sumber http:kbbi.web.idautokrasi , diunduh pada tanggal 14 April 2015, pukul 04.42 WIB. 22 yang pertama ialah ketika di bawah kepemimpinan Woodrow Wilson Mahbob, 2004:123. Dimana pada saat itu rakyat melihat penakhulkan yang dilakukan oleh Jerman sebagai satu tindakan yang jahat. Kebebasan media digunakan sebagai strategi untuk membuat khalayak menjadi bingung. Tokoh-tokoh yang tertarik dengan teori ini adalah ahli-ahli teori demokratik seperti Walter Lippmann. Dengan melihat kepada fungsi media, maka analisis fungsional penting dilakukan untuk mengkaji media di negara demokrasi. Sejauh mana media boleh menjalankan fungsinya dengan bebas dan dalam masa yang sama menjaga sistem sosial agar terus seimbang. Menurut Curran, fungsi media adalah memberi informasi kepada masyarakat bukan memberi kesan atau mempengaruhi khalayak Mahbob, 2004:125. Namun terdapat dua pandangan tentang hal ini. Menurut tradisi sejarah, media massa telah mengubah masyarakat melalui masa dan tempat. Sedangkan kajian tradisi politik melihat, walaupun media tidak mengubah pemikiran kebanyakan khalayak namun media telah mengubah proses politik. Media telah mengubah pemikiran dan mempengaruhi khalayak dalam menentukan calon politik. Melakukan aksi manipulasi gambar, citra, suara, dan nilai isu sedang bergulir. Utamanya sebuah media harus meningkatkan fungsi masyarakat. Fungsi media dari pandangan liberal functionalist telah diuraikan dan fungsi tersebut dapat berkembang dari masa ke masa. Media diperbolehkan memberi informasi kepada khalayak, menjadi tempat diskusi untuk pembahasan umum, dan menjadi jembatan bagi pemerintah dan rakyat. Karena media bertugas mengawasi pemerintah ketika terjadi penyalahgunaan kuasa. Pandangan liberal functionalist tentang fungsi media tidak disetujui oleh darical functionalist. Golongan radikal melihat fungsi media dominan dan berkuasa untuk mempengaruhi khalayak. Media menetapkan isu dan agenda yang bertujuan untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku khalayak. Kajian mengenai fungsi media telah diteruskan oleh Harold Laswell pada tahun 1948. Lasswell menguraikan tiga fungsi media dalam esessinya yaitu pengawasan, perhubungan dan trasmisi. Melalui fungsi sosial ini, media membolehkan masyarakat mengawasi apa yang berlaku dalam konteks paparan yang dibuat oleh media tentang kedudukan nilai masyarakat. Dalam politik biasanya media melaporkan suatu berita sebagai peristiwa yang 23 berkesinambungan, yang diambil daripada konteks yang luas tetapi tidak memberi keterangan lebih lanjut Mahbob, 2004: 126.

2.5 Teori Propaganda Harold Lasswell

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB IV

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB V

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014 T1 362010069 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyimpangan Fungsi Media Massa “Obor Rakyat” Sebagai Alat Propaganda Politik Pilpres 2014

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Propaganda Politik dalam Iklan (Analisis Wacana Kritis Iklan Layanan Masyarakat Nasional Demokrat) T1 362007075 BAB II

0 0 12

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Buku Cerita Bergambar tentang Sejarah dan Keunikan Drumblek sebagai Media Komunikasi Massa T1 BAB II

0 0 10

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembatasan Periodisasi Anggota Lembaga Perwakilan Rakyat T1 BAB II

0 0 30

Media sebagai alat propaganda politik 1

0 0 10