EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajara
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh IFANDONI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2 0 1 2
(2)
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh Ifandoni
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(3)
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi Pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Ifandoni Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021026
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. NIP 19661118 199111 2 001 NIP 19610524 198603 1 006
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
(4)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. ____________
Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
(5)
Ifandoni
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh IFANDONI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa berkemampuan awal rendah kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-F dan VII-G yang diambil secara random. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data diperoleh simpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan pada siswa kelas VII berkemampuan awal rendah bila ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
Kata kunci : Modified Jigsaw, aktivitas belajar, kemampuan pemecahan masalah matematis
(6)
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ifandoni
NPM : 0743021026
Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, November 2012 Yang Menyatakan
Ifandoni 0743021026
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rama Puja 2, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung pada tanggal 20 April 1988. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Sumarso, A.Md. dan Ibu Amini (almarhumah).
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Rama Puja Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2000. Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Raman Utara Kabupaten Lampung Timur dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah pada tahun 2006.
Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi yaitu sebagai Anggota Divisi Kesejahteraan Himpunan Mahasiswa Eksakta (HIMASAKTA) dan Anggota UKM KSR UNIT UNILA. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 7 Bandarlampung.
(8)
MOTTO
Jadilah orang yang berilmu dan jujur. Orang berilmu
tapi tidak jujur, dia akan merugikan banyak orang.
Orang jujur tapi tidak berilmu, dia tidak akan
memberikan banyak andil. Oleh karena itu
genggamlah keduanya.
(9)
PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku panjatkan hanya kepada Yang Maha Satu Allah
SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW
Kupersembahkan buah karya kecilku ini teruntuk,
Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta serta ibu tiriku yang telah
memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang takkan
pernah habis, yang selalu
sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih
dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan
dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.
Kakak, mbak dan adik-adikku tersayang (kak Azis, mbak Ara, kak
Nidom, mbak Desi, kak Iful, dek Aan, dan dek Aji)
serta seluruh sanak saudara baik dari ibunda (almarhumah) maupun
ayahanda, atas kebersamaannya selama ini,
atas semua doa dan dukungan yang telah
kalian berikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin
berwawasan
(10)
MOTTO
Jadilah orang yang berilmu dan jujur. Orang berilmu
tapi tidak jujur, dia akan merugikan banyak orang.
Orang jujur tapi tidak berilmu, dia tidak akan
memberikan banyak andil. Oleh karena itu
genggamlah keduanya.
(11)
PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku panjatkan hanya kepada Yang Maha Satu Allah
SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW
Kupersembahkan buah karya kecilku ini teruntuk,
Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta serta ibu tiriku yang telah
memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang takkan
pernah habis, yang selalu
sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih
dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan
dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.
Kakak, mbak dan adik-adikku tersayang (kak Azis, mbak Ara, kak
Nidom, mbak Desi, kak Iful, dek Aan, dan dek Aji)
serta seluruh sanak saudara baik dari ibunda (almarhumah) maupun
ayahanda, atas kebersamaannya selama ini,
atas semua doa dan dukungan yang telah
kalian berikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin
berwawasan
(12)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Modified Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”.
Penulis menyadari, terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.
(13)
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.
6. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Ibu Suzana, S.Pd.,M.M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandarlampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
8. Ibu Ernawati, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 9. Siswa/siswi kelas VII-F, VII-G, VII-H, dan VII-I SMP Negeri 29
Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
10. Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anak-anaknya.
11. Kakak, mbak, dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.
12. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Heru, Bang Lihin, Beni, Munif, Ali, Bang Ken, Adi, Dani, Komang, Haris, Billy, Robert, Yulva, Dhea, Bebek, Vera, Sri, Vina, Indah, Mprit, indri, Uya, Dina N, Cwie, Devi, Lia, Dina A, Reni, Leni, Fiska, Harvi, Marista, Yesi, Cwil, Tanti, Resia, Nesha, Tina, Sevia, Ana, Nana, Rita, Eva, Mira, Mbak Yemi, Endah, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan
(14)
yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.
13. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 7 Bandarlampung (Hayyun, Laili, Mpi, Mevi, Ria, Agnes, Tina, Dini, Aria, Dwi, Vita, dan Iza) atas kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan.
14. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004, 2005, dan 2006 dan adik-adikku angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 terima kasih atas kebersamaannya.
15. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung, November 2012 Penulis
(15)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 10
1. Efektivitas Pembelajaran ... 10
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 11
3. Pembelajaran ModifiedJigsaw ... 13
4. Aktivitas Belajar... 16
5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 17
6. Kemampuan Awal Siswa ... 20
B. Kerangka Pikir ... 21
(16)
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 24
B. Desain Penelitian ... 24
C. Data Penelitian ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Observasi ... 26
2. Tes ... 26
E. Instrumen Penelitian... 27
F. Pengembangan Bahan Ajar ... 32
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
1. Aktivitas Belajar ... 41
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 42
B. Pembahasan ... 45
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(17)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian ... 25
3.2 Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 29
3.3 Interpretasi Reliabilitas ... 30
3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31
3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 32
3.6 Data Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 33
3.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemamppuan Awal Siswa . 34
3.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas variansi Data Kemampuan Awal Siswa ... 36
3.9 Rangkuman Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Kemampuan Awal Siswa ... 38
4.1 Hasil Observasi Aktivitas belajar Siswa 4.2 Hasil Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa . 43
4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa ... 44
4.4 Uji Mann-Withney U Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 45
4.5 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46
(18)
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 2.1 Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw ... 12 Diagram 2.2 Ilustrasi Pembelajaran Modified Jigsaw ... 15
(19)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahrin, Drs.2002. Strategi Belajar Mengajar. Rev.ed. Jakarta: Rineka Cipta.
Erniwati. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemamatika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Depok dengan menggunakan LKS Berbasis PMR melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta.
Firdaus, Ahmad . 2012 .Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan- masalah-matematika/.Posted 4 Januari 2012
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.
Suyitno, Amin. 2010. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika Unnes.
(20)
Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Asa Mandiri.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya. Kencana.
Widyastuti, Rani. 2010. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. Bandarlampung: Unila.
(21)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 serta pasal 4 ayat (3). Trianto (2009: 14) mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa salah satu di antara mata
(22)
2
pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pengembangan nalar peserta didik menjadi sebuah jembatan bagi peserta didik untuk mampu berfikir secara logis, kritis dan bertahap dalam menghadapi sebuah masalah. Dalam standar isi mata pelajaran matematika SMP dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika diberikan dengan tujuan antara lain agar peserta didik memiliki kemampuan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan salah satu fokus dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah sebagaimana tertulis dalam Permendiknas No.22 tahun 2006. Kemampuan tersebut tidak lepas dari tujuan lain yang mendasarinya, yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah dan (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat gene-ralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Menurut Silver dalam Dewi (2011: 2), untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika khususnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah, guru diharapkan mampu memberikan tugas yang membuat siswa berpartisipasi aktif, mendorong pengembangan intelektual siswa, mengembangkan pemahaman dan keterampilan matematika, dapat menstimulasi siswa, menyusun hubungan dan mengembangkan tatakerja ide matematika, mendorong untuk memformulasi masalah, pemecahan masalah dan matematika, memajukan komunikasi matematika, menggambarkan matematika sebagai aktifvitas manusia, serta mendorong dan mengembangkan keinginan siswa mengerjakan matematika.
(23)
3
Secara umum, tugas rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan atau tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya proses atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal tersebut kurang atau bahkan tidak mendapat perhatian guru. Padahal perlu disadari bahwa proses penyelesaian masalah merupakan tujuan utama dalam pem-belajaran pemecahan masalah matematika. Gambaran tersebut sebagaimana dike-mukakan Anthony (1996 : 125) bahwa pemberian tugas matematika rutin yang diberikan pada latihan atau tugas-tugas matematika selalu terfokus pada prosedur dan keakuratan, jarang sekali tugas matematika terintegrasi dengan konsep lain dan juga jarang memuat soal yang memerlukan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Akibatnya adalah ketika siswa dihadapkan pada tugas yang sulit dan membutuhkan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau jawabannya tidak langsung diperoleh, maka siswa cenderung malas mengerjakannya.
Dalam pelajaran matematika diperlukan adanya kemampuan awal. Hal ini penting karena kemampuan awal merupakan modal awal untuk mempelajari materi yang lebih tinggi dari materi sebelumnya. Seperti kita ketahui bersama bahwa matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur dan berjenjang, sehingga ada beberapa materi yang merupakan prasyarat bagi materi berikutnya. Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan awal rendah. Peneliti tertarik melakukan penelitian pada kamampuan awal rendah karena tidak ada jaminan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal rendah maka memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis rendah pula. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam guna mendapatkan
(24)
fakta-4
fakta tentang hubungan kemampuan awal rendah dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Pada penerapan pembelajaran konvensional, siswa-siswa di Lampung pada umumnya mengalami kesulitan pada kemampuan pemecahan masalah matematis. Hal ini diperkuat dengan sampel data kemampuan pemecahan masalah matematis yang peneliti ambil dari penelitian Dewi (2011) dan Sesmita (2012) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan adalah 7,00. Hasil analisis data Dewi (2011) menunjukkan bahwa secara umum kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur masih kurang. Hal ini terlihat dari pencapaian KKM yang hanya mencapai 23%. Begitu juga dengan Sesmita (2012) yang melakukan penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus, pencapaian KKM hanya mencapai 10%.
Model pembelajaran konvensional yang diterapkan guru kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung dalam pembelajaran matematika menyebabkan hanya terjadi komunikasi belajar satu arah yaitu dari guru ke siswa. Siswa hanya mendengarkan, dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, lalu siswa diberi beberapa contoh soal, latihan, dan pekerjaan rumah. Akibatnya siswa tidak mampu memecahkan masalah matematis apabila diberikan soal yang berbeda dengan contoh soal atau latihan. Apabila guru meminta siswa untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebagian besar siswa lebih memilih untuk diam. Dengan demikian siswa cenderung lebih pasif dan menerima apa yang telah
(25)
5
diberikan oleh guru tanpa ada timbal balik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
Menanggapi kondisi seperti yang telah dipaparkan di atas, selayaknya diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut. Salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Namun terdapat kelemahan pada pembelajaran koooperatif tipe Jigsaw, yaitu materi yang diajarkan harus tidak saling berkaitan (independent). Hal ini bertentangan dengan materi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu materi segiempat. Di dalam materi segiempat, terdapat konsep-konsep seperti definisi, sifat-sifat, luas, dan keliling. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep yang saling berkaitan, dengan artian bahwa untuk memahami konsep luas dan keliling, siswa harus terlebih dahulu menguasai konsep definisi dan sifat-sifat. Oleh karena itu, untuk tetap dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dilakukan suatu modifikasi. Selanjutnya modifikasi Jigsaw disebut dengan Modified Jigsaw. Pada pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw, siswa dikelompokkan secara heterogen. Terdapat dua kelompok pada pembelajaran ini yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pada proses diskusi kelompok akan dapat menarik siswa untuk melakukan aktivitas yang relevan dengan aktivitas belajar. Dengan terbentuknya aktivitas belajar, maka akan berdampak pula pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini karena pada proses diskusi terjadi tukar pikiran pengetahuan yang mereka pahami tentang materi diskusi.
(26)
6
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw pada siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional pada pembelajaran matematika pada siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran matematika pada siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012
(27)
7 D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama dalam upaya mengembangkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.
1. Bagi guru diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya menyusun pembelajaran untuk mengembangkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw.
2. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi pada penelitian terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup sebagai batasan-batasan penelitian mencakup pengertian:
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dikatakan efektif jika a) aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw
lebih baik daripada aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dan b) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
(28)
8
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Modifikasi ini dilakukan dengan tujuan agar pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi yang saling berkaitan (dependent).
3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center). Dalam model pembelajaran ini, penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah,dilanjutkan dengan contoh dan latihan, dan diakhiri pemberian tugas/PR.
4. Kemampuan awal siswa adalah pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti/mempelajari suatu materi pelajaran. Kemampuan awal yang diteliti pada penellitian ini adalah kemampuan awal rendah. Kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai Ujian Nasional Sekolah Dasar (UN SD) dan nilai tes formatif matematika materi sebelum materi yang akan diteliti. Kemampuan awal siswa rendah jika nilai UN SD dan nilai tes formatif matematika materi sebelum materi yang akan diteliti kurang dari 7,00.
5. Aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa. Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan.
(29)
9
6. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kecakapan yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Kemampuan pe-mecahan masalah matematis siswa yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari empat indikator, yaitu mengidentifikasi masalah, merencanakan peme-cahan masalah, menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaannya dan mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini dapat diketahui dari nilai tes akhir matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dilakukan pada akhir pokok bahasan.
(30)
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Mosasmito (1988: 119) mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu (1) presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; (2) rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa; (3) ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan (4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4).
Eggen dan Kauchak dalam Fauzi (2002) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru, tetapi siswa juga secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi (pengetahuan). Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa.
(31)
11
Senada dengan Eggen dan Kauchak, Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terukur dari nilai tes.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Lie ( 1993: 73) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam siswa secara heterogen, siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta mengolah informasi yang didapat.
Trianto (2009: 73) mengungkapkan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dikelompokkan secara heterogen. Siswa diberi materi pelajaran
(32)
12
dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada sub bab dari materi tersebut. Selanjutnya anggota dari setiap kelompok yang mendapatkan tugas dan tanggung jawab pada sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan topik yang ia kuasai kepada teman sekelompoknya. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diilustrasikan seperti pada Diagram 2.1 berikut :
Diagram 2.1
Ilustrasi pembelajaran Jigsaw
KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI
Pengertian PP Sifat PP Keliling PP Luas PP Pengertian PP Sifat PP Keliling PP Luas PP Pengertian PP Sifat PP Keliling PP Luas PP Pengertian PP Sifat PP Keliling PP Luas PP Pengertian PP Sifat PP Keliling PP Luas PP Pengertian PP Pengertian PP Pengertian PP Pengertian PP Pengertian PP Keliling PP Keliling PP Keliling PP Keliling PP Keliling PP Sifat PP Sifat PP Sifat PP Sifat PP Sifat PP Luas PP Luas PP Luas PP Luas PP Luas PP
(33)
13
Untuk pertemuan berikutnya dilanjutkan dengan materi persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium dengan pembagian kelompok seperti di atas.
3. Pembelajaran Modified Jigsaw
Matematika merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat materi-materi yang berjenjang, artinya materi pertama adalah materi prasyarat untuk materi selanjutnya. Dengan kata lain, agar tidak bermasalah dengan beberapa konsep yang lebih tinggi, konsep-konsep di level sebelumnya harus dikuasai dan tidak boleh dilupakan.
Sebagai contoh adalah materi segiempat, indikator pembelajaran materi tersebut menuntut siswa untuk dapat mendefinisikan pengertian, mengidentifikasi sifat-sifat, menghitung keliling, dan luas dari suatu segiempat, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah yang terkait dengan keliling dan luas bangun segiempat. Konsep definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas dari suatu segiempat memiliki suatu keterkaitan, siswa akan sulit untuk mengetahui keliling dan luas jika siswa tidak mengetahui konsep definisi dan sifat-sifat dari segiempat itu. Hal ini yang menjadi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, materi yang diajarkan harus saling lepas atau independen. Atas dasar itulah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dimodifikasi agar dapat digunakan untuk materi yang tidak independen. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi selanjutnya disebut dengan istilah Modified Jigsaw
(34)
14
Adapun langka-langkah pembelajaran kooperatif tipe modified Jigsaw yaitu sebagai berikut:
1) Siswa dikelompokkan dalam kelompok asal, jumlah anggotanya disesuaikan dengan jumlah pokok bahasan yang akan dipelajari,
2) Tiap siswa dalam kelompok asal diberikan keseluruhan pokok bahasan dan masing-masing siswa mengerjakan satu pokok bahasan,
3) Anggota dari masing-masing kelompok asal yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam kelompok baru, yang disebut dengan kelompok ahli (expert) untuk mendiskusikan pokok bahasan mereka,
4) Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian menjelaskan kepada teman satu kelompok mereka tentang pokok bahasan yang mereka kuasai,
5) Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi, dan 6) Guru memberikan evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Modifikasi ini dilakukan dengan tujuan agar pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi yang saling berkaitan (dependent).
Untuk lebih jelas, ilustrasi pembelajaran kelompok dalam Modified Jigsaw digambarkan oleh Lestari (2012) seperti dalam Diagram 2.2.
(35)
15
Diagram 2.2
Ilustrasi pembelajaran Modified Jigsaw Keterangan:
PP : Persegi Panjang BK : Belah Ketupat P : Persegi LY : Layang-Layang JJ : Jajargenjang TP : Trapesium
Kelompok Asal Kelompok Ahli
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5 PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
Ahli PP
Ahli JJ
Ahli BK
Ahli LY
Ahli TP Ahli P
PP1, PP2, PP3, PP4,PP5
P1, P2, P3, P4,P5
JJ1, JJ2,JJ3, JJ4, JJ5
BK1, BK2, BK3, BK4, BK5
LY1, LY2, LY3, LY4, LY5
(36)
16
4. Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004: 99) yang menyatakan bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Diedrich dalam Rohani (2004: 8) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
bertanya, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi;
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato;
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin;
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram; 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak;
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan; 8) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
(37)
17
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa. Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan.
5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan matematika meliputi kemampuan representasi matematis, kemampuan pemahaman konsep, dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dalam penelitin ini, peneliti mengambil kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai kajian dalam penelitian.
Suatu masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, tetapi tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi suatu masalah. Suatu masalah bagi seorang siswa dapat menjadi pertanyaan bagi siswa yang lain karena siswa tersebut telah mengetahui prosedur penyelesaiannya. Setiap masalah yang diberikan harus merupakan tantangan bagi siswa tersebut. Sehingga siswa men-jadi lebih termotivasi untuk menyelesaikan masalah itu dengan kemampuan dan kemauannya sendiri.
Suyitno (2010: 5) mengungkapkan bahwa suatu soal dapat dikatakan sebagai masalah bagi siswa jika dipenuhi syarat-syarat berikut:
1) Siswa memiliki pengetahuan awal untuk mengerjakan soal tersebut, 2) Diperkirakan siswa mampu mengerjakan soal tersebut,
(38)
18
4) Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.
Djamarah (2000: 66) mengungkapkan bahwa guru perlu menciptakan suatu masalah untuk dipecahkan oleh siswa di kelas. Salah satu indikator kepandaian siswa banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat mendorong siswa untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar. Siswa yang terbiasa dihadapkan pada ma-salah dan berusaha memecahkannya akan cepat tanggap dan kreatif. Jika mama-salah yang diciptakan itu bersentuhan dengan kebutuhannya, siswa akan bersemangat untuk memecahkannya dalam waktu yang relatif singkat.
Polya dalam Firdaus (2009: 15) mengartikan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sedangkan Ruseffendi dalam Firdaus (2009: 15) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyele-saikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menye-lesaikannya.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi siswa dalam matematika di-tegaskan oleh Branca dalam Firdaus (2009:16) yang menyatakan bahwa:
1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika,
2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan inti dan utama dalam kurikulum matematika,
(39)
19
Polya dalam Suyitno (2010: 6) berpendapat bahwa dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:
1) Memahami masalah,
2) Merencanakan pemecahannya,
3) Menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, 4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Dengan mengacu kepada pendapat Djamarah (2002: 20), indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan mengidentifikasi masalah, yaitu memahami masalah secara benar, mengenal apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan,
2) Kemampuan merencanakan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih konsep, rumus atau algoritma yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah,
3) Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu dengan memproses data dengan rencana yang telah dipilih kemudian membuat jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara runtut dan menentukan hasil operasi,
4) Kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh, yaitu menarik simpulan dari jawaban yang diperoleh dan mengecek kembali perhitungan yang diperoleh.
(40)
20
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemacahan masalah matematis merupakan kecakapan yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika.
6. Kemampuan Awal Siswa
Ali (1984: 54) mengemukakan bahwa seseorang dapat memiliki kemampuan (hasil belajar) dengan baik bila sebelumnya telah menguasai kemampuan yang mendahuluinya pada bidang yang sama. Kemampuan awal siswa sebelum memulai mempelajari suatu pelajaran membawa pengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai.
Matematika merupakan mata pelajaran yang berstruktur dan berjenjang, sehingga antara materi satu dengan yang lainnya saling keterkaitan. Untuk menguasai pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi, diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan awal. Oleh karena itu, kemampuan awal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar sangat penting untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dalam menerima pengetahuan baru yang akan dipelajari selanjutnya.
Gafur dalam Subroto (2002: 31) mengemukakan bahwa kemampuan awal siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar belakang karakteristik yang dimiliki siswa pada saat akan mengikuti suatu program pengajaran. Untuk mengetahui karakteristik dan kemampaun awal siswa, teknik yang dapat dilakukan yaitu (1) menggunakan dokumen atau catatan seperti rapor;
(41)
21
(2) menggunakan tes prasyarat dan tes awal; (3) Mengadakan komunikasi individual; dan (4) menyampaikan angket.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa adalah pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti/mempelajari suatu materi pelajaran.
B.Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw. Sedangkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw sebagai variabel terikat.
Model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw terdiri dari beberapa tahap pembelajaran, tahap pertama yaitu membentuk kelompok asal, anggota kelompok asal yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam satu kelompok baru yang disebut dengan kelompok ahli, berdiskusi dalam kelompok ahli, setelah berdiskusi dalam kelompok ahli siswa kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi mereka di kelompok ahli, setelah itu kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok ahli, mereka mendiskusikan lembar kerja siswa yang dibagikan oleh guru. Dalam lembar kerja siswa tersebut telah
(42)
22
disusun materi dan pertayaan-pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan berfikirnya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Setelah berdiskusi kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan hasil diskusi mereka. Pada proses pentransferan materi yang siswa dapatkan pada kelompok ahli kepada anggota kelompok asal, terbentuk suatu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa yang mendapat penjelasan aktif dalam bertanya; mengungkapkan argumen/pendapat; membuat kesimpulan; serta medengarkan penjelasan siswa yang lain, dengan demikian aktivitas belajar siswa semakin meningkat.
Pada tahap berikutnya, siswa kembali berkumpul di kelompok ahli dan setiap kelompok ahli mempresentasikan hasilnya di depan teman-teman sekelasnya. Dalam kegiatan presentasi ini, siswa menyampaikan pemahaman materi serta bagaimana memahami masalah matematis dan menentukan pemecahannya. Sedangkan siswa yang lain aktif dalam mendengarkan penjelasan rekan-rekan mereka yang melakukan presentasi, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, serta membuat kesimpulan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw akan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Lebih lanjut lagi, meningkatnya aktivitas belajar siswa akan berdampak pula pada meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Pada pembelajaran konvensional, kegiatan dimulai dengan pemberian materi oleh guru melalui ceramah, pemberian contoh soal, dan diakhiri dengan pemberian
(43)
23
tugas. Pada pembelajaran ini, guru berperan aktif sebagai pemberi informasi di kelas sehingga siswa lebih terbiasa mendapat informasi dari guru. Dalam pembelajaran konvensional tidak ada kesempatan siswa untuk mendapatkan kebebasan berfikir dengan caranya sendiri. Pembelajaran berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa, sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Kondisi seperti ini menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah, kemudian akan berdampak pula pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw akan dapat menghasilkan aktivitas belajar yang lebih baik dan kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensinal.
C.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan pada pembelajaran matematika siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
(44)
24
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang rata-rata kemampuan awal kelasnya rendah, yaitu siswa yang memiliki nilai rata-rata kelas dari nilai UN SD dan niai tes formatif materi sebelum materi segi empat kurang dari 7,00. Pada sekolah ini terdapat empat kelas yang memiliki kemampuan awal rendah, yaitu kelas VII-F, VII-G, VII-H, dan VII-I.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Random Sampling untuk mengambil dua kelas berkemampuan awal rendah. Dengan teknik ini terpilih kelas VII-F yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan kelas VII-G yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas control, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) mengguna-kan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagai-mana dikemukankan Furchan (1982: 368) seperti disajikan pada Tabel 3.1 berikut.
(45)
25 Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
Kelas eksperimen Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw Skor ekperimenpost-test pada kelas Kelas kontrol Pembelajaran konvensional Skor post-test pada kelas control
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran,
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional,
3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemecahan masalah
sekaligus aturan penskorannya, 4. Melakukan validasi instrumen,
5. Melakukan uji coba instrumen,
6. Melakukan perbaikan instrumen,
7. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, 8. Menganalisis data,
(46)
26 C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini berupa data kualitatif.
2. Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diperoleh
melalui tes kemampuan pemecahan masalah terhadap kedua sampel yang dilakukan pada akhir pokok bahasan. Data ini berupa data kuantitatif.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui observasi dan tes. 1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa. Data aktivitas belajar ini diperoleh dengan melakukan pengamatan yang dilakukan oleh guru peneliti dan guru mitra selama pembelajaran berlangsung.
2. Tes
Tes yang diberikan berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang berbentuk esai dan diberikan pada akhir pokok bahasan. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Modified Jigsaw dan pembelajaran konvensional.
(47)
27 E. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil observasi yang ditunjukkan dengan lembar observasi aktivitas siswa. Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperoleh dari data hasil belajar siswa melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Tes diberikan sebanyak satu kali yaitu pada akhir pokok bahasan.
Instrumen tes dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang baik apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel. Validitas dan reliabilitas instrumen tes merupakan dua hal yang sangat penting dalam penelitian ilmiah karena merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu tes baik atau tidak. Validitas dan reliabilitas perlu diketahui sebelum digunakan untuk penelitian agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan sebenarnya.
Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Jadi dalam penelitian ini validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang
(48)
28 berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan. Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII. Jika penilaian guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka soal tes tersebut dikategorikan valid.
Setelah dinyatakan valid, maka soal tes tersebut diujicobakan. Uji coba dilakukan di luar sampel tetapi masih di dalam populasi penelitian yaitu pada siswa kelas VII-H. Setelah diujicobakan, diukur tingkat reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal. Jika soal tes telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka soal tes termasuk dalam kriteria tes yang baik sehingga layak untuk digunakan.
1. Reliabilitas Tes
Tes yang akan digunakan terlebih dahulu diujicobakan di luar sampel, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Adapun perhitungan relia-bilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2008: 208) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha sebagai berikut.
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas tes
∑ = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
(49)
29 = varian total
n = banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes
Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas digunakan kategori Guilford dalam Ruseffendi (1991: 197), dengan kriteria seperti disajikan dalam Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Nilai Interpretasi
0,80 < r11 < 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r11 < 0,80 Tinggi
0,40 < r11 < 0,60 Sedang
0,20 < r11 < 0,40 Rendah
r11 < 0,20 Sangat Rendah
Ruseffendi (1991: 197)
Dari hasil uji coba tes yang telah dilaksanakan dilanjutkan dengan perhitungan diperoleh reliabilitas pada instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebesar 0,854. Berdasarkan interpretasi reliabilitas tersebut, instrumen tes tersebut digolongkan pada reliabilitas sangat tinggi karena terletak pada 0,80 s.d 1,00. Oleh karena itu, instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
2. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut.
Keterangan:
TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i
S : rataan skor siswa pada butir ke-i
Smaks : skor maksimum butir ke-i maks
i
S
S
(50)
30 Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria in-deks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) seperti Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi
15 . 0 00
.
0 TK Sangat Sukar
30 . 0 16
.
0 TK Sukar
70 . 0 31
.
0 TK Sedang
85 . 0 71
.
0 TK Mudah
00 . 1 86
.
0 TK Sangat Mudah
Dari hasil uji coba dan perhitungan tingkat kesukaran butir tes terhadap 6 butir tes yang diujicobakan menunjukkan bahwa butir tes tergolong sedang dengan kisaran tingkat kesukaran antara 0,31 s.d 0,70. Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data, instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
3. Daya Pembeda (DP)
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Sudijono (2008: 388) menungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus :
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Rata-rata kelompok atas butir soal yang diolah
(51)
31 JB = Rata-rata kelompok bawah butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
Negatif ≤ DP ≤ 0.10 Sangat Buruk
0.10 ≤ DP ≤ 0.19 Buruk
0.20 ≤ DP ≤ 0.29 Agak baik, perlu revisi
0.30 ≤ DP ≤ 0.49 Baik
DP ≥ 0.50 Sangat Baik
Sudijono (2008: 388) Dari hasil uji coba dan perhitungan daya pembeda butir test pada post-test menunjukkan bahwa ke 6 butir tes uji coba memiliki daya pembeda ≥ 0,30. Jadi daya beda butir tes tergolong baik dan sangat baik. Berdasarkan interpretasi nilai daya pembeda untuk mengambil data, maka istrumen tes dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data yang tertera pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Data Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Test
No
Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran 1
0,854
0,308 (Sedang) 0,49 (Sedang)
2 0,444 (Baik) 0,43 (Sedang)
3 0,376 (Sedang) 0,47 (Sedang)
4 0,513 (Baik) 0,56 (Sedang)
5 0,504 (Baik) 0,38 (Sedang)
(52)
32 Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
F. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan/merujuk bahan ajar yang telah dikembangkan oleh Lestari (2012). Adapun alasan peneliti merujuk bahan ajar tersebut adalah sebagai berikut.
a) Peneliti melakukan penelitian yang sama terkait efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan juga materi penellitian.
b) Soal post-test yang dikembangkan telah memenuhi kriteria soal sebagai masalah, sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan RPP bertujuan merancang pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini disusun RPP untuk enam kali pertemuan yang terdiri atas alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan peni-laian.
(53)
33 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS yang diberikan pada penelitian ini disusun untuk dapat mengukur sejauh mana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. LKS digunakan untuk mengetahui strategi atau cara-cara siswa menyelesaikan suatu permasalahan. LKS diberikan pada kedua kelas sampel, yaitu kelas VII-F yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan kelas VII-G yang menggunakan pembelajaran konvensional.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hiotesis 1. Data Kemampuan Awal
Sebelum eksperimen dilakukan, untuk memastikan kesamaan rata-rata kemampuan awal kedua sampel, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap data kemampuan awal tersebut, namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipo-tesis untuk uji ini adalah.
1) Hipotesis Uji
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
(54)
34 2) Taraf Signifikansi: α = 5%
3) Statistik uji
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273).
Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat Ei = frekuensi harapan Oi = frekuensi observasi
4) Keputusan uji
Tolak H0 jika x2 x1k3 dengan taraf = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.
Hasil perhitungan uji normalitas terhadap data kemampuan awal terdapat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Nilai Chi-Kuadrat (X2) Untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematuka Siswa
Kelas 2
hitung
x 2
tabel
x Keputusan
Uji Keterangan
Eksperimen 4,8395 5,99 H0 diterima Normal
Kontrol 3,3534 5,99 H0 diterima Normal
Dari Tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa nilai 2
hitung
x < 2
tabel
x sehingga hipotesis nol
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(55)
35 b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal siswa memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji F (Sudjana, 2005: 273).
1) Uji hipotesis
H0 : 2
2 2 1
(variansi populasi homogen)
H1 : 2
2 2 1
(variansi populasi tidak homogen)
2) Taraf Signifikansi : α = 5% 3) Statistik uji
Untuk menguji hipotesis di atas digunakan statistik:
4) Keputusan uji
Terima H0 jika ( )( ) < < ( , ) dan tolak H0 jika
≥ ( , ), di mana ( , ) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2α dan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.
(56)
36 Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Nilai Varians untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Berdasarkan data pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan ∝ = 5% nilai Fhitung < Ftabel , sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai variansi yang sama.
Setelah data kemampuan awal kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji dua pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut.
1) Hipotesis uji H0 :
1
2 H1 :
1
21
= rata-rata kemampuan awal siswa dengan pembelajaran Modified Jigsaw 2
= rata-rata kemampuan awal siswa dengan pembelajaran konvensional2) Taraf signifikansi : = 5 % 3) Statistik uji
Kelas Varians (s2) Fhitung Ftabel Keputusan Uji Keterangan
Eksperimen 84,56
1,17 2,38 H0 diterima Homogen
Kontrol 72
2 1 2 1 1 1 n n s x x t ;
2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s(57)
37 Keterangan:
1
x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas Modified Jigsaw
2
x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas konvensional
2 1
s = variansi kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw 2
2
s = variansi kelas dengan pembelajaran konvensional 1
n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw
2
n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional
4) Keputusan uji
Terima H0 jika
2 1 1 2 1
1
t t t , di mana
2 1 1
t didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – ½ ). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Hasil Uji Kesamaaan Dua Rata-Rata Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Berdasarkan data pada Tabel 3.8 di atas, didapat dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf signifikan 5% diperoleh t10,025 = t(0,975)(62)
= 1,67 dan t = 0,74, karena t berada pada daerah penerimaan H0 ( -1,67 < 0,74 < 1,67) maka dapat disimpulkan bahwa
Kelas Rata-rata Varians (s2) thitung ttabel Keterangan
Eksperimen 51,63
78,28 0,74 1,67
Rata-rata kemampuan awal siswa pada
kedua kelas sama
(58)
38 rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-F sama dengan rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-G.
2. Data Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa diamati oleh guru selama proses pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan konvensional berlangsung. Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini, untuk pengujian hipotesis pada data aktivitas belajar siswa digunakan metode deskriptif.
3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh diana-lisis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians seperti pada data kemampuan awal siswa.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan dengan
(59)
langkah-39 langkah dan rumus yang digunakan sama dengan uji normalitas pada analisis data kemampuan awal siswa.
Karena sampel tidak berdistribusi normal, maka data diolah dengan menggunakan uji non-parametrik (uji Mann-Whitney U).
b. Uji Hipotesis
Djarwanto (1985: 40) mengemukakan bahwa hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam uji Mann-Whitney U adalah sebagai berikut.
H0 : Data untuk kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelompok populasi tidak berbeda secara signifikan
H1 : Data untuk kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelompok populasi ada perbedaan secara signifikan
Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney U, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. U= 1 2 1 1 1
2 ) 1
(n R
n n
n
2. U= n1n2 n2(n22 1)R2
Keterangan:
U = Nilai uji Mann-Whitney U
n1 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw
n2 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional R1 = jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1. R2 = jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2. Adapun kriterianya adalah:
(60)
40 2. Jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS untuk melakukan uji Mann-Whitney U.
(61)
50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model
pembelajaran koopertif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan di SMP Negeri 29
Bandarlampung ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meskipun belum optimal. Secara umum siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model pembelajaran koopertif tipe Modified Jigsaw
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional dalam hal berikut.
1. Aktivitas belajar siswa berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru
peneliti dan guru mitra.
2. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang tampak dari
rata-rata skor tes akhir siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Kepada guru matematika, dalam upaya meningkatkan kemampuan
(62)
51
pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dalam pembelajaran
matematika di kelas. Khusus kepada guru matematika SMP Negeri 29 Bandarlampung disarankan untuk melanjutkan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw agar terjadi
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified
Jigsaw yang optimal sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP Negeri 29 Bandarlampung semakin baik dari sebelumnya.
2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama,
disarankan untuk lebih mematangkan konsep pembelajaran kooperatif tipe
Modified Jigsaw dan menggunakan waktu penelitian yang lebih lama dalam
melakukan penelitian, serta melakukan analisis karakter yang mungkin bisa dikembangkan dalam penelitian. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara optimal.
3. Terkait penelitian aktivitas belajar siswa, perhatikan pembagian kelompok.
Anggota kelompok tidak boleh beranggotakan siswa dengan kemampuan awal tinggi semua atau rendah semua. Kemampuan awal siswa baik pada kelompok asal maupun kelompk ahli harus heterogen.
(1)
Keterangan:
1
x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas Modified Jigsaw
2
x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas konvensional
2 1
s = variansi kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw 2
2
s = variansi kelas dengan pembelajaran konvensional
1
n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw
2
n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional 4) Keputusan uji
Terima H0 jika
2 1 1 2
1
1
t t t , di mana
2 1 1
t didapat dari daftar distribusi t
dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – ½ ). Untuk harga-harga t lainnya
H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Hasil Uji Kesamaaan Dua Rata-Rata Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Berdasarkan data pada Tabel 3.8 di atas, didapat dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf signifikan 5% diperoleh t10,025 = t(0,975)(62)
= 1,67 dan t = 0,74, karena t berada pada daerah penerimaan H0 ( -1,67 < 0,74 < 1,67) maka dapat disimpulkan bahwa
Kelas Rata-rata Varians (s2) thitung ttabel Keterangan Eksperimen 51,63
78,28 0,74 1,67
Rata-rata kemampuan awal siswa pada
kedua kelas sama
(2)
rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-F sama dengan rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-G.
2. Data Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa diamati oleh guru selama proses pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan konvensional berlangsung. Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan.
Dalam penelitian ini, untuk pengujian hipotesis pada data aktivitas belajar siswa digunakan metode deskriptif.
3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh diana-lisis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians seperti pada data kemampuan awal siswa.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan dengan pembelajaran konvensional berdistribusi normal atau tidak. Adapun
(3)
langkah-langkah dan rumus yang digunakan sama dengan uji normalitas pada analisis data kemampuan awal siswa.
Karena sampel tidak berdistribusi normal, maka data diolah dengan menggunakan uji non-parametrik (uji Mann-Whitney U).
b. Uji Hipotesis
Djarwanto (1985: 40) mengemukakan bahwa hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam uji Mann-Whitney U adalah sebagai berikut.
H0 : Data untuk kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelompok
populasi tidak berbeda secara signifikan
H1 : Data untuk kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelompok
populasi ada perbedaan secara signifikan
Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney U, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. U= 1 2 1 1 1
2 ) 1
(n R
n n
n
2. U= n1n2 n2(n22 1)R2
Keterangan:
U = Nilai uji Mann-Whitney U
n1 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe
Modified Jigsaw
n2 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional
R1 = jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1.
R2 = jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2.
Adapun kriterianya adalah:
(4)
2. Jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS untuk melakukan uji Mann-Whitney U.
(5)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran koopertif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan di SMP Negeri 29 Bandarlampung ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meskipun belum optimal. Secara umum siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model pembelajaran koopertif tipe Modified Jigsaw
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional dalam hal berikut.
1. Aktivitas belajar siswa berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru peneliti dan guru mitra.
2. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis yang tampak dari
rata-rata skor tes akhir siswa. B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Kepada guru matematika, dalam upaya meningkatkan kemampuan
(6)
pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dalam pembelajaran matematika di kelas. Khusus kepada guru matematika SMP Negeri 29 Bandarlampung disarankan untuk melanjutkan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw agar terjadi
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw yang optimal sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP Negeri 29 Bandarlampung semakin baik dari sebelumnya.
2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, disarankan untuk lebih mematangkan konsep pembelajaran kooperatif tipe
Modified Jigsaw dan menggunakan waktu penelitian yang lebih lama dalam melakukan penelitian, serta melakukan analisis karakter yang mungkin bisa dikembangkan dalam penelitian. Dengan demikian diharapkan akan dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara optimal. 3. Terkait penelitian aktivitas belajar siswa, perhatikan pembagian kelompok. Anggota kelompok tidak boleh beranggotakan siswa dengan kemampuan awal tinggi semua atau rendah semua. Kemampuan awal siswa baik pada kelompok asal maupun kelompk ahli harus heterogen.