sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum maupun orangnya, kemudian Simons menyatakan bahwa seseorang mampu bertanggung
jawab. 2. Van Hamel
34
3. Van Bemmelen Van Hamel menyatakan bahwa pertanggung jawaban pidana adalah suatu
keadaan normalitas psyhis dan kematangan yang membawa adanya kemampuan pada diri perilaku.
35
B. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Van Bemmelen menyatakan bahwa seseorang dapat dipertanggung jawabkan ialah orang yang dapat mempertahankan hidupnya dengan cara
yang patut.
Sudikno dalam hal ini mengatakan bahwa tindak pidana itu terdiri dari 2 dua unsur yaitu :
36
a. Unsur bersifat objektif yang meliputi :
1 Perbuatan manusia, yaitu perbuatan yang positif ataupun negatif yang
menyebabkan pidana. 2
Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas merusak atau
33
Ibid., hal. 103.
34
Ibid., hal. 104.
35
Ibid., hal. 105.
36
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1999, hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
membahayakan kepentingan-kepentingan umum, yang menurut norma hukum itu perlu adanya untuk dapat dihukum.
3 Keadaan-keadaan sekitar perbuatan itu, keadaan ini dapat terjadi pada
waktu melakukan perbuatan. 4
Sifat melawan hukum dan sifat dapat dipidanakan perbuatan melawan hukum tersebut jika bertentangan dengan undang-undang.
b. Unsur bersifat subjektif.
Yaitu kesalahan dari orang yang melanggar ataupun pidana, artinya pelanggaran harus dapat dipertanggung jawabkan kepada pelanggar.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut R. Tresna dalam Martiman Prodjohamidjojo suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai suatu peristiwa
pidana bila perbuatan tersebut sudah memenuhi beberapa unsur. Unsur- unsur tersebut antara lain :
37
1 Harus ada perbuatan manusia.
2 Perbuatan itu sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam ketentuan
hukum. 3
Terbukti adanya doda pada orang yang berbuat. 4
Perbuatan untuk melawan hukum. 5
Perbuatan itu diancam hukuman dalam undang-undang. Di samping itu Simon dalam Kanter dan Sianturi mengatakan bahwa tindak
37
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
pidana itu terdiri dari beberapa unsur yaitu :
38
1 Perbuatan manusia positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau
membiarkan. 2
Diancam dengan pidana strafbaar gestelde. 3
Melawan hukum enrechalige. 4
Dilakukan dengan kesalahan met schuld in verbandstaand. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab toerekeningsvatbaar person.
Simons menyebut adanya unsur objektif dari strafbaarfeit yaitu :
39
1 Perbuatan orang.
2 Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.
Unsur subjektif dari strafbaarfeit yaitu : 1
Orang yang mampu bertanggung jawab. 2
Adanya kesalahan dolus atau culpa, perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan. Kesalahan ini dapat berhubungan dengan keadaan-keadaan
mana perbuatan itu dilakukan. Untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya seseorang
maka haruslah dipenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain : 1
Terang melakukan perbuatan pidana, perbuatan yang bersifat melawan hukum.
2 Mampu bertanggung jawab.
3 Melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja atau karena kealfaan.
38
EY. Kanter dan SR. Sianturi, Op.Cit, hal. 121.
39
Ibid., hal. 122.
Universitas Sumatera Utara
4 Tidak ada alasan pemaaf.
40
Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana yang mengakibatkan dihukumnya atau dipidananya seseorang itu, maka haruslah dipenuhi beberapa
syarat : a.
Melakukan perbuatan pidana, perbuatan bersifat melawan hukum; b.
Mampu bertanggung jawab; c.
Melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja atau karena kealpaankurang hati-hati;
d. Tidak adanya alasan pemaaf.
41
ad.a. Melakukan perbuatan pidana, perbuatan bersifat melawan hukum
Sebagaimana telah disebutkan di atas perbuatan pidana delik adalah perbuatan seseorang yang telah memenuhi unsur-unsur suatu delik yang
diatur dalam hukum pidana. Apabila undang-undang telah melarang suatu perbuatan dan perbuatan tersebut sesuai dengan larangan itu dengan
sendirinya dapatlah dikatakan bahwa perbuatan tersebut bersifat melawan hukum.
ad.b. Mampu bertanggungjawab
Menurut KUHP seseorang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang dilakukannya dalam hal :
1 Karena kurang sempurna akal atau karena sakit berupa akal Pasal 44
40
Ibid., hal. 123.
Universitas Sumatera Utara
KUHP; 2
Karena belum dewasa Pasal 45 KUHP. Mampu bertanggungjawab dalam hal ini adalah mampu menginsyafi
sifat melawan hukumnya dan sesuai dengan keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendaknya. Dalam hal kasus pelanggaran merek maka
kemampuan bertanggungjawab tersebut timbul disebabkan : 1
Seseorang memakai dan menggunakan merek yang sama dengan merek pihak lain yang telah terdaftar.
2 Memperdagangkan barang atau jasa merek pihak lain yang dipalsukan.
3 Menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa.
4 Seseorang tanpa hak menggunakan tanda yang sama keseluruhan dengan
indikasi geografis milik pihak lain untuk barang atau jasa yang sama. ad.c. Melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja atau karena
kealpaankurang hati-hati Dalam hukum pidana kesengajaan dan kealpaan itu dikenal sebagai
bentuk dari kesalahan. Si pelaku telah dianggap bersalah jika ia melakukan perbuatan pidana yang sifatnya melawan hukum itu dengan sengaja atau karena
kealpaannya. Ini jelas diatur dalam Undang-Undang Merek Tahun 2001 pada Pasal 90, 91, 92 dan 93.
ad. d. Tidak adanya alasan pemaaf
41
Rachmat Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Alumni, Bandung, 1982, hal. 44.
Universitas Sumatera Utara
Tidak adanya alasan pemaaf berarti tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan dari terdakwa.
C. Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Kelalaian Culpa Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Yang Mengakibatkan Matinya Korban
Pasal 359 KUHP menjelaskan bahwa, “Barang siapa karena kealpaanya menyebabkan matinya orang di hukum penjara selamalamanya 5 tahun atau
kurungan selama-lamanya 1 tahun”. Dalam pasal tersebut menerangkan bahwa, undang-undang memberi penegasan tindak pidana kealpaan melalui
unsur-unsur yang terdapat dalam pasal ini, yaitu: 1. Barang siapa setiap orang yang melakukan tindak pidana tersebut harus
bertanggungjawab atas perbutannya itu. 2. Karena kealpaan dimaksud, menerangkan bahwa seseorang tersebut
melakukan hal dengan kurang hati-hati padahal dia patut mengetahui bahwa akan timbul sesuatu akibat yang merugikan orang lain.
3. Menyebabkan matinya orang disini, menjelaskan bahwa akibat dari kealpaan atau kelalaian tersebut menyebabkan orang lain meninggal atau
mati. 4. Dihukum. Dihukum tersebut menjelaskan pertanggung jawaban pidana
terhadap tidalakan kelalaian yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan matinya orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Kecelakaan Lalu Lintas dalam Pasal 229 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan digolongkan menjadi 3, yakni:
a Kecelakaan Lalu Lintas ringan, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan danatau barang,.
b Kecelakaan Lalu Lintas sedang, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan danatau barang.
c Kecelakaan Lalu Lintas berat, merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Pasal 310 UU LLAJ. 1 Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan kendaraan bermotor
dengan yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan danatau barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 ayat 2, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 bulan danatau denda paling banyak Rp1.000.000,- satu juta rupiah.
Pasal 310 ayat 1 UU LLAJ memberikan gambaran umum dengan menyatakan setiap orang yang dengan kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan,
kepadanya diwajibkan bertanggungjawab atas perbuatannya itu. Tapi dalam ayat yang ke 4 menjelaskan bahwa:
4 Dalam hal kecelakaan dimaksud pada ayat 3 yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun
danatau denda paling banyak Rp.12.000.000,- dua belas juta rupiah. Unsur-unsur pidana yang terkandung dan harus terpenuhi dalam aturan
Pasal 310 ayat 4 UU LLAJ antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Setiap orang; 2. Mengemudikan kendaraan bermotor;
3. Karena lalai; dan 4. Mengakibatkan orang lain meninggal dunia.
5. Pasal 235 ayat 1 “Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 1 huruf c, Pengemudi, pemilik, danatau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada ahli
waris korban berupa biaya pengobatan danatau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana” Dalam pasal tersebut di atas
ditegaskkan khususnya pada perkataan “tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana”. Artinya adalah walaupun pengemudi kendaraan sebagai pihak
penabrak telah memberikan pembayaran sejumlah uang atau santunan oleh pihak penabrak kepada korban sebagai penggantian biaya pengobatan di rumah
sakit atau memberikan biaya santunan bagi korban yang telah meninggal dunia kepada pihak korbankeluarga korban tetapi tetaplah tidak menggugurkan
tuntutan perkara pidana tersebut, atau dengan kata lain proses hukum harus tetap dilanjutkan. Hal inilah yang perlu disampaikan karena belum banyak
orang yang tahu atas aturan tersebut. Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 1
Pengemudi, pemilik, danatau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan danatau biaya
pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Universitas Sumatera Utara
BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN LALU LINTAS
Fungsi dan Peranan Lalu Lintas
Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk mewujudkankan wawasan Nusantara, memperkukuh ketahanan nasional, dan
mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Transportasi di jalan
sebagai salah satu moda alat transportasi tidak dapat dipisahkan dari moda- moda transportasi lain yang didata dalam sistem transportasi nasional yang
dinamis dan mampu mengadaptasi kemajuan di masa depan, mempunyai karekteristik yang mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan
memadukan moda transportasi lainnya, perlu lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional
maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong dan penggerak pembangunan nasional demi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan
teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
41
Universitas Sumatera Utara