INTERPRESTASI TEMA ELABORASI TEMA

”Lingkungan buatan yang mempunyai bermacam-macam kegunaan melindungi manusia dan kegiatannya serta hak miliknya dari elemen, dari musuh dan kekuatan-kekuatan adikodrati dengan membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan sosial yang menonjolkan status”. High-tech adalah: High dalam bahasa Indonesia berarti tinggi. Tinggi disini maksudnya adalah sesuatu yang mengacu pada modernisasi dan hal yang baru. Tech merupakan kata lain dari Technology. Dalam Bahasa Indonesia, kata ini berubah dan diserap menjadi “teknologi” yang berarti suatu metode yang dipakai dalam suatu pemecahan masalah perancangan. Masalah perancangan yang dimaksud di sini adalah masalah struktur, serta pemakaian material dengan sistem konstruksi yang mendukung untuk bangunan yang dirancang. Arsitektur High-tech adalah gaya perancangan suatu bangunan atau lingkungan binaan dengan beberapa standar tertentu yang kemudian ditata dan diatur agar pemecahan masalah yang ada berhasil dicapai dengan pemakaian suatu metode yang tidak biasa, baik itu dari sistem struktur maupun pemakaian bahan bangunan yang fungsional dan estetis. High-tech dalam arsitektur mempunyai arti yang berbeda dengan High-tech dalam industri, High-tech dalam industri berarti elektronik, komputer, chip silicon, robot dan sebagainya, namun dalam arsitektur High-tech berarti suatu style bangunan atau langgam tertentu. Arsitek yang mempelopori style ini yaitu Richard Rogers, Norman Foster, Nicholas Grimshaw dan Michael Hopkins. 10

3.3 INTERPRESTASI TEMA

3.2.1 Sejarah Singkat Higt-Tech

High-tech merupakan suatu fenomena abad 20 pada industri bangunan yang berpengaruh untuk dunia arsitektur dan desain. Istilah High-tech adalah sebuah penemuan pada tahun 1970-an terhadap perancangan bangunan dan rumah yang 10 Davies, Colin, 1988, High Tech Architecture, Thames and Hudson Ltd, London, Universitas Sumatera Utara menjadi popular setelah Joan Kron dan Suzanne Slesin menulis buku yang menjadi best selling tahun 1978 berjudul “High-tech: The Industrial Style and Source Book for The Home”. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa High-tech adalah istilah arsitektural yang digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan pengeksposan struktur dan elemen-elemen lanilla terbuat dari bahan prefabrikasi yang biasa digunakan untuk membangun gudang dan pabrik. Pada buku ini Suzanne Slesin dan Joan Kron juga mengikutsertakan trend pararel dalam desain interior, seperti penggunaan peralatan industri di rumah ke dalam pengertian High-tech. Akan tetapi, jauh sebelum tahun 1970, High-tech sudah ada dan diterapakan. Menurut Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ‘High-tech architecture’ pada tahun 1779 dibangun jembatan di sungai Severn di Coalbrookdale. Jembatan ini merupakan jembatan yang pertama kali terbuat dari besi dan strukturnya terbuat dari material prefabrikasi. Pada tahun 1848 dibangun Decimus Burton’s Palm House, yaitu sebuah struktur bentang lebar dari besi,baja dan beratap kaca dan pada tahun 1889 menara Eiffel dibangun dengan menggunakan material prefabrikasi dan struktur yang canggih. Struktur bangunan-bangunan tersebut memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan arsitektur High-tech sekarang ini. Bangunan-bangunan tersebut merepresentasikan bentuk alternatif bangunan yang berdasar pada teknologi industri. Kemudian pada tahun 1920-an yaitu pada zaman arsitektur modern, arsitektur High-tech juga berkembang misalnya pada tahun 1927 Buckminster Fuller membangun Dymaxion Gambar 3.1 jembatan sungai Severn di Coalbrookdale Sumber: www.pbase.comfirstbrook Universitas Sumatera Utara House, sebuah rumah dengan struktur logam ringan berbentuk heksagonal. Teknologi yang digunakan pada rumah ini adalah adaptasi dari teknologi yang digunakan untuk membangun pesawat terbang pada saat itu. Bangunan ini menunjukkan ciri dari arsitektur High-tech secara keseluruhan, karena bangunan rancangannya ini, Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ”High-tech architectur”, mengatakan, jika ada orang yang pantas disebut sebagai ”bapak High-tech” maka Buckminster Fuller lah yang pantas. Pada tahun 1960an, sebuah grup yang dikenal dengan Archigram Peter Cook, Warren Chalk, David Greene, Denis Crompton, Ron Herron dan Mike Webb mulai mempublikasikan dan memamerkan proyek teoritis yang secara jelas menjabarkan tentang elemen-elemen dari arsitektur High-tech pada tahun 1970-an dan 1980-an. Kecenderungan utama konsep yang dilahirkan oleh kelompok arsitek ini adalah “dinamisme plus efisiensi”. Setelah melakukan berbagai studi, mereka menciptakan konsep bangunan yang efisien, yaitu bangunan yang mampu menampung berbagai aktivitas dan ruang-ruang dalamnya yang menjamin keleluasaan gerak. Walaupun High-tech telah ada sebelum tahun 1970-an, Istilah High-tech mulai terkenal sejak tahun 1970-an. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi yang memang sangat maju pada zaman tersebut yang ditandai dengan adanya pendaratan pertama di bulan oleh Neil Amstrong pada tahun 1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai berpikir ke depan dan menyukai perubahan-perubahan yang didapat dari teknologi. Pada prakteknya High-tech dikatakan sebagai bagian dari modernisme dan post modernisme. High-tech dimasukkan dalam modernisme karena ciri-ciri dari high-tech merupakan pengembangan dari ciri arsitektur modernisme yang menggunakan teknologi Gambar 3.2 Foto Buckminster Fuller dan eksterior Dymaxion House Sumber: www.tslr.net200712buckminster-fullers-round-dymaxion.html Universitas Sumatera Utara dan bahan prefabrikasi sehingga high-tech disebut juga dengan late modernism atau modernisme akhir. Salah satu pertimbangan high-tech dimasukkan ke dalam post modernisme adalah karena pada prakteknya sekarang ini, high-tech bukan hanya merujuk pada fungsi yang merupakan ciri khas dari modernisme, melainkan juga pada nilai estetis dari teknologi yang diterapkan pada bangunan misalnya bangunan-bangunan high-rise sekarang ini menggunakan material baja dan kaca, bukan beton yang lebih murah dan praktis dalam fungsi dan penggunaannya. Dalam bukunya ”The Languange of Post-Modrenisme Architecture”, Jenck mengistilahkan Post Modren sebagai dual-coding, yaitu makna ganda atau makna dua arah, yang diaterjemahkan bahwa bentuk desain tidak seharusnya dipahami oleh si perancang saja tetapi juga harus dipahami oleh masyarakat umum sebagai pemakai atau pengamat. Arsitektur Post Modren merupakan kombinasi antara teknik modern dengan sesuatu yang sudah ada biasanya bangunan tradisional agar arsitektur dapat berkomunikasi dengan masyarakat pemakai, dengan prinsip komunikasi, pluralisme dan kontekstualisme. Kronologis dari konsep style high-tech diurutkan mulai dari the Modern Movement selama tahun 1920-an, yaitu: − 1920-an, para arsitek modern telah menggunakan glass and steel dalam rancangan mereka; − 1930-an, The Museum of Modern Art in New York telah memamerkan kepada publik keindahan dari produk-produk industri seperti laboratory glass; − 1970-an Pompidou Centre di Paris, oleh Renzo Piano and Richard Rogers yang memperlihatkan heating ducts and utility conducts sebagai elemen dekorativ untuk bagian luar bangunan; − 1980-an, high-tech menjadi bagian dari language of postmodernist design; Dalam arsitektur, disain High-tech meliputi penggunaan material yang berhubungan dengan industri High-tech tahun 1980-an dan 1990-an, seperti space frame, metal cladding serta material dan bahan komposit bangunan High-tech umumnya memiliki pelapis yang tipis yang lebar atau besar untuk menunjukkan kepada dunia luar aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Pada umumnya penampilan bangunannya secara keseluruhan adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang dramatis dan garis-garis lurus. Karakteristik material yang biasa digunakan adalah metal atau logam dan kaca. High-tech Architectur, Colin Davies Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Karakteristik Arsitektur High-tech

Dalam tulisannya Charles Jenks mengenai arsitektur High-tech, “The Battle of High-tech, Great Building with Great Fault” mengatakan, dua bangunan yang sangat penting dalam abad ini adalah Hongkong Bank salah satu karya Norman Foster dan Lloyd’s of London salah satu karya Richard Roger. Keduanya merupakan karya arsitektur yang besar namun dipertanyakan, hasil yang memuaskan tapi seperti boneka, ruang-ruang yang menakjubkan namun satu kegunaan, ekspresi struktur yang jujur dan mengagumkan namun sangat mahal. Charles Jenks juga menuliskan 6 karakteristik High-tech building, yaitu: 1. Inside out Bagian Interior yang diperlihatkan keluar dengan penggunaan material penutup yang transparan, seperti kaca. Fungsi-fungsi yang umumnya tertutupditutupi namun ditonjolkan keluar, seperti fungsi servis dan utilitas. 2. Celebration of process Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya bagaimana, mengapa, dan apa dari suatu bangunan, sehingga muncul suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang ilmuwan. Sebagai cacatan yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai Norman Foster, yaitu ciri khas dari pekerjaan Norman Foster yang terkesan dapat mengungkapkan sesuatu yang lebih daripada arsitek manapun dalam cara penyelesaian dengan ide-ide cemerlangnya yang mengembangkan suatu rancangan sesuai dengan zamannya sehingga kegunaan dan tampak dari bangunan tersebut merupakan suatu mekanisme yang sempurna. 3. Transparan, pelapisan dan pergerakan. Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara dramatis tanpa terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran, tangga dan struktur, serta penekanan pada escalator dan lift sebagai suatu unsur yang bergerak merupakan karateristik dari bangunan high-tech. 4. Pewarnaan yang cerah dan merata Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai jenis struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah para teknisi dalam membedakannya dan memahami penggunaannya secara efektif. Pada karya Richard Rogers yaitu Universitas Sumatera Utara bangunan Pampidou Center dan Inmos Factory menggunakan warna-warna yang cerah. 5. A light weight filigree of tensile members Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari High-tech building, sekelompok kabel-kabel baja penopang dapat membuat mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-gaya pada struktur. 6. Optimistic confidence in a scientific cultural High-tech building adalah janji masa depan dari dunia yang menanti untuk ditemukan. Bangunan yang dapat mewakili kebudayaanperadaban masa depan yang serba scientific, sehingga pada saat itu tetap bisa dipakai dan tidak ketinggalan zaman. Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode kerja, perlakuan pada material, warna- warna dan pendapatan, dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi. Karakter dan ciri dari style High-tech secara umum sebagai berikut : − Terbuka; − Struktur trasparan dan maju hasil industri; − Menggunakan material dan teknik yang terbaru, umumnya menggunakan material kaca dan metal; − Penggunaan warna cerah; − Terdiri dari lapisan yang banyak dan superimpose; − Pengeksposan rangka yang menunjukkan artikulasi dari tiap lantai dan dinding; − Pengeksposan elemen mekanikal elektrikal serta sambungan-sambungan struktur; − Fleksibilitas penggunaan ruang;

3.2.3 Fungsi dan Represantatasi

Eksponen High-tech seperti pionir-pionir modernisme pada tahun 1920-an percaya bahwa ada suatu ‘semangat abad ini’ dan arsitektur mempunyai tanggung jawab moral untuk mengekspresikan semangat itu. Semangat abad ini menurut arsitek High-tech sejalan dengan kemajuan teknologi. Arsitektur harus ikut partisipasi didalamnya dan mempergunakan teknologi termasuk teknologi industri, transportasi, komunikasi, penerbangan dan perjalanan luar angkasa. Universitas Sumatera Utara Arsitektur High-tech melihat arsitektur sebagai sebuah cabang teknologi industri, harapannya bangunan mereka menjadi penentu terhadap penampilan dengan kriteria yang sama seperti alat kehidupan sehari-hari, mereka menginginkan bangunan yang fungsional dan efisien, tidak artistik atau simbolik. Namun ada sesuatu yang bertolak belakang, disini arsitektur kelihatannya tidak akan pernah benar-benar fungsional, bagaimanapun kerasnya usaha yang dilakukan para arsitektur high-tech dengan begitu tidak dapat dikatakan murni fungsional dan tidak pula murni representasional. Le Corbuser menggambarkan rumah sebagai mesin untuk ditinggali, namun Ia membangun rumah-rumah dengan teknologi yang primitiv dan sama sekali tidak kelihatan sebagai mesin. Arsitektur high-tech kelihatan seperti mesin yang menjadi sumber referensi, dengan karakteristik : − Lebih dari sekedar metafora; − Sebuah sumber teknologi dan imajinasi; − Mesin-mesin biasanya digunankan untu produksi missal; − Bergerak atau dapat dipindah-pindahkan; − Terbuat dari material sintesis seperti metal, kaca dan plastic; Jika dilihat Pusat Visualisasi Seni Sainsbury dan Brewery di Bury St. Edmunds oleh Norman Foster, kedua bangunan ini mempunyai fungsi yang berbeda sebuah galeri seni dan sebuah gudang, tapi keduanya sederhana, memiliki proporsi yang baik dari kotak metal yang membuat keduanya tidak ada perbedaan walaupun lokasinya berlainan. Bangunan itu seperti sebuah alat, nyatanya bentuk tidak muncul dari artikulasi aktivitas di dalamnya, namun begitu bangunan itu hasil dari teknologi konstruksi, sejauh mana diharapkan bisa memberikan kesan seperti mesin, sulit untuk dijelaskan fungsi dan penampilan arsitektur dan rekayasa merupakan keseimbangan.

3.2.4 Ruang Dan Fleksibelitas

Berbagai elemen dari bangunan high-tech diantaranya seperti: − Kekuatan dari struktur baja. − Keluwesan permukan yang mengagumkan. Universitas Sumatera Utara − Pipa-pipa dan peghawaan udara yang diekpose. − Memperlihatkan ekpresikan kekuatan dari fungsi teknologi. − Bentuk dari keseluruhan bangunan yang sering tidak mengekpresikan kegunaan bangunannya. − Modeling ruang dimana dimaksud sebagai pola atau efek visual tidak pernah menjadi permasalahan dalam arsitektur high-tech. Isu tentang ruang telah digantikan dengan teknologi untuk fleksibelitas dalam High-tech Architectur. Apa yang kita bicarakan kata arsitektur high-tech bukanlah soal permukaan sebuah ruang atau hall atau ruang-ruang transisi, tapi sebuah zona servis di luar atau di dalam. Kemungkinan penggunaan dari zona ini adalah memaksimalkan pemanfaatan berbagai jenis fasilitas seperti udara, panas, cahaya, energi dan elemen pelengkap, seperti partisi dan sebuah grid biasa.

3.2.5 Arsitektur High-tech dan kota

Tiga bangunan high-tech terpenting,yitu Center Pampidou, Lloyd dan Hongkong Bank merupakan bangunan di tengah kota dan arsiteknya telah menyatakan bahwa konteks perkotaan telah memberi efek yang besar pada desain mereka. Meskipun demikian adalah benar untuk mengatakan bahwa kepedulian kota, manipulasi ruang, tidak merupakan suatu elemen utama dalam filosofi high-tech. Ada alasan lain mengapa perkotaan bukan elemen utama filosifi high-tech, yang berhubungan erat dengan beberapa masalah, yaitu: − High-tech melihat ke depan; − Arsitekturnya optimistik percaya dari kemajuan industri dan teknologi; − Lebih percaya penemuan dari pada tradisi; − Pengaturan sementara dari ruang permanent fleksibilitas; − Kemampuan untuk mengendalikan lingkungan daripada beradaptasi dengan lingkungan; − Hihg-tech lebih anti Urban-Style, tidak seperti kota yang berhubungan erat dengan tradisi kesinambungan dan sejarah; − Bangunan high-tech biasanya memperlihatkan kota secara revolusioner, bukan tradisional; Universitas Sumatera Utara Gambar 3.3 Eksterior dan aksonometri Lloyd’s of London Sumber: www.architecture.about.comodgreatbuilding Jika sebuah kota yang sempurna dibangun, akan menjadi suatu abstrak yang penuh dengan kota-kotak servis atau mega struktur, fleksibel yang dapat diubah-ubah.

3.2.6 Struktur dan Zona Servis

Struktur dan zona servis yang diekspos adalah dua penampakan yang membanggakan dari arsitektur high-tech, meskipun tidak semua objek arsitektur high-tech mengekspos struktur dan area servis, hal ini dapat dilihat pada perbedaan yang dilakukan oleh Richar Roger dan Norman Foster.

3.2.6.1 Lloyd’s of London

1979- 1984 − Arsitek : Richard Rogers − Lokasi : London, Inggris − Jenis bangunan : Komersil, Firma Asuransi − Sistem kondstruksi : Rangka baja dan dinding lapis kaca Universitas Sumatera Utara Bangunan Lloyds merupakan salah satu bangunan yang mengekspresikan high- technology, ruang-ruang bangunan ini didesain terpusat pada atrium, area servis diisi dengan perlengkapan mekanikal yang memiliki umur yang relatif singkat, khsususnya dalam periode kritis. Bangunan ini memiliki perlengkapan utilitas yang mudah untuk diakses pemeliharaannya, seperti servis mekanik, lift, toilet, dapur, tangga kebakaran yang di tempatkan pada area servis dalam 6 tower vertical. Bangunan ini mengekspresikan struktur dan mengekspos area servis sebagai susunan ornament. Bangunan ini terdiri dari 12 lantai di sebelah utara dan 6 lantai di sebelah selatan, sehingga menciptakan ritme bangunan, ke-12 lifnya disusun di luar bangunan, sedangkan transportasi di dalam bangunan dilakukan dengan eskalator pusat yang ada di atrium bangunan tersebut. Area servis berdiri bebas di luar massa bangunan, lift yang terpusat mendukung bangunan utama pada kolom luar yang memberikan ruang bebas tanpa Gambar 3.4 Interior, detail dan entrance Lloyd’s of London Sumber: www. architecture.about.comodgreatbuildingsigRichard Rogers Detai pipa interior Detai struktur Entrance Universitas Sumatera Utara lapisan penutup dan meminimalkan peraturan penggunaannya. Sedangkan pipa ventilasi vertikal dan horizontal utamanya juga diletakkan di luar dengan alasan yang sama. Hal lain yang tidak diabaikan oleh Rogers yaitu tetap mengambil efek-efek picturesque, dimana permainan cahaya dan bayangan yang menciptakan estetik visual bangunan.

3.2.6.2 Hongkong and Shanghai Bank 1979-1986

− Arsitek : Norman Foster − Lokasi : Hongkong, China − Jenis bangunan : Bank − Sistem konstruksi : Struktur baja ekspose dan kaca − Luas tapak : 5000 m 2 Ekspresi dari struktur baja yang menyelimuti bangunan didesain khusus yang dilapisi aluminium abu-abu dan panel-panel silver metalik yang dipadu dengan tangkapan angin berlapis aluminium. Tower ini memiliki ketinggian 178,8 m, terdiri dari 77 lantai di atas sebuah plaza yang terletak di lantai dasar dan empat lantai yang terletak di bawah tanah. Ia menempatkan 8 pilon besar yang menyokong bangunan dengan tinggi 179 m 587 kaki dan Ia mendesain jembatan mengisi permukaan kantor yang tergantung antara pilon-pilon tersebut, dengan cara ini Foster membangun dalam jangka waktu yang singkat dan membiarkan lantai dasarnya kosong. Gambar 3.5 Eksterior dan potongan Hongkong Bank Sumber: www.dkimages.com Hongkong Bank.4.html Universitas Sumatera Utara Bangunan ini memiliki atrium yang luas, dapat menampung 3.500 orang dengan ketinggian 52 m. Dilihat dari potongannya, bangunan diterjemahkan ke dalam tiga ‘menara’ dengan ketinggian 29, 36 dan 44 lantai serta lantai-lantai yang memiliki kedalaman berbeda. Pada atap tiap-tiap menara terdapat teras bertaman dan sebuah profil bertingkat-tingkat yang memberi kesan dinamis pada tampak barat dan timur. Foster menumpukkan lantai kantor yang lebih rendah serta lebih dalam di sekitar atrium setinggi 10 lantai, ruangan tidak diterangi oleh atap kaca biasa, tetapi oleh langit-langit yang dipasangi cermin yang menerima cahaya matahari dari sun-scoop raksasa, serta memantulkan dibagian luar bangunan. Berjalan di dalam bangunan ini merupakan pengalaman yang menakjubkan pada akhir pekan, publik memasuki hall perbankan melalui eskalator yang naik dari plaza dan menembus secara dramatis melalui lantai kaca kedalam atrium. Kondisi site, seperti yang difasirkan oleh seorang geomancer Cina, sirkulasi para pejalan kaki harus dibuat melalui site dan terus menurun kearah kearah air. Sebagai pengganti dari jalan atau arcade, Foster mengembangkan area bawah bangunan sebagai plaza bagi publik. Terlepas dari menciptakn sebuah ruang publik, hal yang jarang dilakukan di Hongkong, cara ini memungkinkan rasio meningkat dari yang normal 14:1 menjadi 18:1. Foster menutup bagian atas atrium dengan sebuah lantai kaca sehingga plaza bukan hanya banyak cahaya matahari, tetapi juga menerima pantulan cahaya matahari yang terlihat seperti garis-garis kristal atau permata pada malam harinya. Sebagai alat transportasi dalam bangunan, Foster menggunakan elevator sebagai transportasi vertikal untuk 4 lantai yang berbeda di dalam bangunan lantai 11, 20, 28,35, Gambar 3.6 Atrium Hongkong Bank Sumber: www.dkimages.com Hongkong Bank.4.html Universitas Sumatera Utara juga terdapat beberapa eskalator untuk lantai-lantai khusus, jadi bangunan disebarkan pada 5 bagian yang juga mewakili struktur admisintratif bank. Sepasang eskalator menandakan perubahan yang baik, seperti di buat pada bangunan Willis Faber Dumas Offices, ketika udara di luar baik ruang interior dapat menyesuaikan. Joidido, Philip. Sir Norman Foster, 1997. Reputasi dari bangunan ini sebagai bangunan paling mahal yang pernah dibangun, salah satunya disebabkan oleh mahalnya harga lahan di Hongkong. Bangunan ini telah membuktikan tingginya tingkat fleksibilitasnya ketika bank memasang instalasi ruang penjualan baru tahun 1995 dalam periode kurang dari enam minggu. Air untuk pendinginan bangunan diambil dari teluk.

3.2.6.3 Kesimpulan

− Lloyd’s of London Roger sangat suka melelatakkan pipa-pipa saluran di seluruh fasade bangunan. Ekspresi struktur dan mengekspos area servis yang sangat representasi menjadi elemen estetika bangunan, meskipun mengakibatkan setiap orang harus berpisah-berpisah, terlindung dari elemen-elemen namun memudahkan dalam pemeliharaan, jadi tetap ada suatu pembatasan fungsional. − Hongkong and Shanghai Bank Dalam merancang Hongkong Bank Foster mengembangkan ide-ide baru bagaimana membagi gedung pencakar langit daripada menyederhanakan level bangunannya. Ia Gambar 3.7 Eskalator yang menembus lantai kaca Sumber: www.dkimages.com Hongkong Bank.4.html Universitas Sumatera Utara mendesain bangunan dengan tidak berusaha menyembunyikan konstruksinya tetapi mengekspos teknologinya sebagai daya tarik tampilan bangunan dan tetap kontekstual.

3.4 Keterkaitan Tema denga Judul