7. Contoh biji kopi diambil dengan interval waktu 30 menit
8. Proses pengukusan diakhiri setelah berlangsung selama 4 jam
9. Air  dikeluarkan  dari  dalam  reaktor  dan  diganti  dengan  pelarut  asam  asetat
berkonsentrasi tertentu sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perlakuan 10.
Suhu  senyawa  pelarut  dikondisikan  pada  nilai  yang  telah  ditetapkan  dalam perlakuan  dengan  cara  mengendalikan  panas  yang  dihasilkan  dari  kompor
bertekanan 11.
Pompa sirkulasi pelarut dihidupkan 12.
Proses pelarutan kafein berlangsung 13.
Contoh biji kopi diambil dengan interval waktu 60 menit 14.
Pelarutan kafein dilakukan dengan lama pelarutan yang telah ditetapkan dalam perlakuan
15. Proses pelarutan kafein diakhiri sesuai dengan interval waktu pengamatan
16. Contoh kopi terdekafeinasi diambil dari dalam reaktor untuk dianalisis
17. Langkah  1-14  diulang  untuk  setiap  perlakuan,  dan  contoh  biji  kopi  pasca
pelarutan di ambil pada setiap interval waktu pengamatan
Tolok  ukur  yang  digunakan  untuk  analisis  perubahan  sifat  fisik  biji  kopi selama  proses  pengukusan  dan  analisis  energi  selama  proses  dekafeinasi  adalah
sebagai berikut :
a. Kadar air
Kadar air biji kopi basis basah b.b selama proses pengukusan ditentukan dengan menggunakan metode gravimetri, yaitu pengurangan bobot biji selama 16
jam  pengeringan  oven  yang  terkontrol  pada  suhu  103°C  +  2°C,  dan perhitungannya  dilakukan  dengan  menggunakan  persamaan  sebagai  berikut
Brooker et al., 1974 :
100 x
W W
W K
i t
i a
− =
4.1 Dalam  hal  ini  K
a
adalah  kadar  air  ,  W
i
adalah  berat  awal  biji  g,  W
t
adalah berat biji pada waktu ke-t g
b. Diameter rerata aritmatik dan geometrik
Diameter  rerata  aritmatik  d
a
dan  diameter  rerata  geometrik  d
g
dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut Mohsenin, 1978; Dursun  Dursun,
2005 :
3
b b
b a
T L
P d
+ +
= 4.2
3 1
b b
b g
T x
L x
P d
=
4.3 Dalam hal ini P
b
adalah panjang biji mm, L
b
adalah lebar biji mm, dan T
b
adalah tebal biji mm
c. Sperisitas
Sperisitas
Φ
adalah hubungan antara suatu dimensi dengan dimensi yang lain dari suatu benda yang mendekati bentuk bulat atau bola. Sperisitas
Φ
dapat ditentukan  dengan  menggunakan  persamaan  yang  diberikan  oleh  Mohsenin
1978 serta Jain  Ball 1997 sebagai berikut :
b b
b b
L T
x L
x P
3 1
=
φ
4.4
d. Luas permukaan
Luas  permukaan  S  biji  kopi  dapat  dihitung  dengan  menggunakan persamaan sebagai berikut  Jain  Ball, 1997; McCabe
et al., 1986 :
2 g
d x
S
π
= 4.5
e. Volume
Volume  V  biji  kopi  dapat  dihitung  dengan  menggunakan  persamaan sebagai berikut Mohsenin, 1978 :
6
b b
b
T x
L x
P x
V
π
= 4.6
f. Densitas kamba
Densitas  kamba  atau bulk  density
ρ
b
dapat  dihitung  dengan menggunakan persamaan sebagai berikut Mohsenin, 1978 :
V m
bk b
= ρ
4.7
Dalam  hal  ini ρ
b
adalah  densitas  kamba  kgm
3
,  m
bk
adalah  bobot sekumpulan  biji  kopi  kg,  dan  V  adalah  volume  sekumpulan  biji  kopi  dalam
wadah m
3
g. Kadar kafein
Pengukuran kadar kafein dilakukan dengan menggunakan HPLC, dan GC MS. Pompa HPLC Shimadzu model Lc-9A dengan detektor shimadzu model spd-
GA UV spectrophotometric detector. Sistem injeksi menggunakan Loop water 717  plus  autosampler.  Contoh  20
µ l  diset  pada  tingkat  sensitivitas  0.01  AUFS
menggunakan panjang gelombang serapan maksimum. Serapan maksimum untuk senyawa kafein adalah 276 nm Ky et al., 2001; Ky et al, 1997; Williams, 1999.
Penentuan kadar kafein  berat kering atau bk dilakukan dalam empat tahap, yaitu  persiapan  larutan  standard  kafein,  persiapan  sampel,  persiapan  kolom,  dan
pengukuran  Tejasari  et  al.,  2010;  Ky  et  al.,  2001;  Ky  et  al,  1997;  Williams, 1999.
g.1 Persiapan larutan standard