Motivasi Kerja Tinjauan Pustaka 1. Produktivitas Kerja

b. Teori hubungan antar manusia oleh Elton Mayo Teori ini berpendapat bahwa hubungan antar manusia meyebabkan perasaan bosan dan pengulangan tugas sesungguhnya mengakibatkan menurunnya motivasi kerja. Disini manajer dapat memotivasi para pegawainya dengan memahami kebutuhan-kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting. c. Teori sumber daya manusia oleh Douglas McGregor Dalam teori ini berpendapat bahwa, para manajer dapat memotivasi para pegawainya dengan cara memanfaatkan sumber daya dengan menciptakan lingkungan dimana pegawai dapat memberikan kontribusi yang baik kepada perusahaan. d. Teori motivasi kerja modern oleh Landy dan Becker Dalam teori ini Landy dan Becker mengklasifikasikan pendekatan modern terhadap teori motivasi kerja kedalam tiga macam kategori diantaranya teori kebutuhan, teori keadilan, dan teori penetapan tujuan. Ketiga kategori ini sangat penting dalam lingkungan tenpat kerja. e. Teori Hirarki kebutuhan oleh Abraham Maslow Motivasi yang ada dalam diri seorang karyawan tidak selalu timbul secara ada faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya ada yang berasal dari dalam diri maupun dorongan dari pihak luar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Menurut Maslow yang dikutip Malayu S.P. Hasibuan 2005:154 faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu : a. Kebutuhan fisiologis Physiological Needs Kebutuhan untuk mempertahankan hidup, yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makan, minum, perumahan, udara, dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang berprilaku dan giat bekerja. b. Kebutuhan akan rasa aman Safety and Security Needs Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni rasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk yakni kebutuhan akan keamanan jiwa terutama keamanan jiwa di tempat bekerja pada saat mengerjakan pekerjaan dan kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu bekerja. c. Kebutuhan sosial, atau afiliasi affiliation or acceptance Needs Kebutuhan sosial, teman afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak mau hidup menyendiri seorang diri di tempat terpencil, ia selalu membutuhkan kehidupan berkelompok. d. Kebutuhan yang mencerminkan harga diri Esteem or Status Needs Kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam organisasi semakin tinggi pula prestisenya. e. Kebutuhan aktualisasi diri Self Actualization Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda satu dengan yang lainnya, pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan pimpinan perusahan dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

4. Kepuasan Kerja

Menurut Hasibuan 2003:202 kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Menurut Luthans 2006:243 kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Menurut Noe et all 2004:436 kepuasan kerja adalah perasaan senang yang dihasilkan dari persepsi bahwa pekerjaannya memenuhi atau memungkinkan nilai-nilai penting pekerjaannya. Berdasarkan batasan - batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja melihatnya sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Di samping itu, perasaan seseorang terhadap pekerjaan tentulah sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda – beda sesuai dengan sistem nilai – nilai yang berlaku dalam dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing – masing individu. Semakin banyak aspek – aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya. Menurut Wexley dan Yulk 1977 dalam bukunya yang berjudul Organisational behaviour And Personnel Psychology halaman 99 yang dikutip oleh Moch. As’ad 2004 : 105 , ada dasarnya teori –teori tentang kepuasan kerja yang lazim dikenal ada tiga macam yaitu : • Discrepancy theory Discrepancy theory yang dipelopori oleh Porter menjelaskan bahwa kepuasan kerja seseorang diukur dengan menghitung selisih apa yang seharusnya diinginkan dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian Locke dalam moch.As’ad 2004 : 105 menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung pada perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa yang menurut persepsinya telah diperoleh melalui pekerjaannya. Orang akan puas apabila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat “discrepancy”, tetapi merupakan discrepancy positif. Sebaliknya, semakin jauh dari kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar minimum sehingga menjadi negatif discrepancy, maka makin besar pula ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. • Equity theory Equity theory dikembangkan oleh Adams 1963. Adapun pendahulu dari teori ini adalah Zaleznik 1958 dikutip dari Locke 1969. Dalam equity theory, kepuasan kerja seseorang tergantung apakah ia merasakan keadilan atau tidak atas situasi. Perasaan keadilan atau ketidakadilan atas suatu situasi diperoleh dengan membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain. • Two factor teory Menurut two factor theory, kepuasan kerja itu merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variable kontinyu. Herzberg dalam bukunya Moch. As’ad 2004:105 membagi situasi yang mempengaruhi perasaan seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu kelompok satisfiers atau motivator yang terdiri dari prestasi pengakuan, tanggungjawab. Dan yang kedua yaitu kelompok sebagai sumber ketidakpuasan atau dissatisfiers yang terdiri dari prosedur kerja, upah atau gaji, hubungan antar karyawan pegawai. Sebagian besar orang berpendapat bahwa gaji atau upah merupakan faktor utama untuk dapat menimbulkan kepuasan kerja. Sampai taraf tertentu,hal ini memang bisa diterima, terutama dalam negara yang sedang berkembang, dimana uang merupakan kebutuhan yang sangat vital untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari – hari. Akan tetapi kalau masyarakat sudah bisa memenuhi kebutuhan keluarganya secara wajar, maka gaji atau upah ini tidak menjadi faktor utama. Sesuai dengan tingkatan motivasi manusia yang dikemukakan oleh Maslow, maka upah atau gaji merupakan kebutuhan dasar. Gilmer 1966 dalam bukunya Moch. As’ad 2004 : 114 tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut : a Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh kesempatan peningkatan pengalaman dan kemampuan kerja selama bekerja. b Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengarugi perasaan kerja karyawan selama bekerja. c Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang yang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang di perolehnya. d Manajemen kerja. Manajemen kerja yang baik adalah yang memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil, sehingga karyawan dapat bekerja dengan nyaman. e Kondisi kerja. Dalam hal ini adalah tempat kerja, ventilasi, penyinaran, kantin, dan tempat parkir. f Pengawasan Supervisi. Bagi Karyawan, Supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn tover. g Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan. h Komunikasi. Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pimpinan banyak dipakai untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak pimpinan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbukan kepuasan kerja. i Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja j Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas. Menurut pendapat Moh. As’ad 2004:115, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain : a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai yang meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, perasaan kerja. b. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik pegawai, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, perlengkapan kerja, sirkulasi udara, kesehatan pegawai. c. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan pegawai, yang meliputi sistem penggajian, jaminan sosial, besarnya tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan lain- lain. d. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun karywan yang berbeda jenis pekerjaannya. Menurut Strauss dan Sayles yang dikutip oleh Nitra Wanatika 2009: 35, menyatakan bahwa kepuasan kerja penting karena: 1 Mereka yang tidak memperoleh kepuasan kerja dalam bekerja tidak akan mencapai kematangan psikologis. 2 Orang melakukan aktualisasi diri. 3 Mereka yang gagal mencapai kepuasan kerja dalam pekerjaan menjadi frustasi. 4 Mereka yang menganggur tidak bahagia, orang ingin bekerja bekerja walaupun tidak perlu. 5 Pekerjaan memegang peranan utama di kehidupan manusia.

Dokumen yang terkait

PENGARUH INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN MEMPERHATIKAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

10 52 95

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KEPUASAN, KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERUM DAMRI SEMARANG.

0 3 17

PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Pengaruh Kompensasi, Motivasi Kerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV. Sugeng Mulya.

0 5 13

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.

1 6 14

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.

0 5 12

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Surakarta.

2 2 16

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT. ADIRA DINAMIKA MULTI Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Adira Dinamika Multi Finance Cabang Surakarta.

1 5 18

Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.

1 13 21

PENGARUH STRESS KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PERUSAHAAN UMUM ( PERUM ) DAMRI SURABAYA

0 0 13

PENGARUH STRESS KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PERUSAHAAN UMUM ( PERUM ) DAMRI SURABAYA

0 0 10