Madden Julian Oscillation MJO

WPR bekerja tergantung dari penyebaran gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari antena ke arah udara atas yang kemudian dihamburkan. Penghamburan ini disebabkan oleh indeks pantulan dari turbulensi atmosfer. Pengukuran dalam selang waktu selama gelombang dipancarkan kembali ke bagian antenna, jarak dari antena dapat diperkirakan. Frekuensi gelombang yang dipancarkan digeser oleh efek doppler dikarenakan pergerakan turbulensi atmosfer sebagai pergerakan atmosfer atau angin. Informasi kecepatan angin diperoleh dengan pengukuran kuantitas dari pergeseran frekuensi doppler. Sedangkan informasi arah angin diperoleh dengan menyalakan arah beam dengan arah beam disebar dalam lima arah, yaitu zenith dan utara, selatan, timur dan barat. Di Indonesia WPR telah dipasang di Pontianak dan Biak. WPR ini dapat mengukur kecepatan angin sampai ketinggian 9.7 km di Pontianak sedangkan di Biak sampai ketinggian 7.8 km. Gambar WPR dapat dilihat pada Gambar 4 dan parameter observasinya pada Tabel 4. Gambar 4 Wind Profiler Radar yang dipasang di Pontianak dan Biak Syamsudin 2006 Tabel 4. Parameter Observasi WPR Pontianak dan Biak Parameter Value Pulse length 0.67 s Sampling interval 0.67 s Inter Pulse Period 100 s Number of coherent integrations 64 Number of incoherent integrations 14 Number of FFT points 128 Pulse compression 16 bits Sumber : EAR Management Group 2007

2.5 Madden Julian Oscillation MJO

Pada tahun 1971, Roland Madden dan Paul Julian menemukan sebuah osilasi di daerah tropis dengan periode 30-60 harian. Osilasi ini dikenal dengan osilasi Madden Julian Madden Julian Oscillation. MJO merupakan skala besar yang terjadi di dekat dan berpusat di Samudera Hindia dan bergerak ke arah timur antara 10 o LU dan 10 o LS. MJO merupakan faktor penting saat fase aktif dan fase lemah Monsoon India dan Australia, sehingga menyebabkan gelombang laut, arus, dan interaksi laut- udara. Pergerakan awan ke arah timur diasosiasikan dengan osilasi MJO. Awal dan aktivitas Monsoon Asia-Australia dipengaruhi sangat kuat oleh pergerakan MJO ke timur Lau and Chan 1986. Kopel dengan lautan tropis dengan angin baratan mengakibatkan MJO secara signifikan dapat memodifikasi SST, surface heat fluks. Zhang 1996; Jones and Weare 1996; Flatau et al. 1997; Jones et al. 1998; Hendon and Glick 1997. Dalam hal prediksi cuaca, saat amplitudo MJO membesar tingkat prediksi membesar dan juga berlaku sebaliknya, selain itu prediksi jangka menengah berhasil baik jika eror di daerah ektratropis tropical intraseasonal osilasi minimal. Contohnya hasil NCEP, dapat memprediksi 10 hari kedepan,dengan syarat error mode frekuensi rendah tropical dan ektratroopical mengecil dan presistensi amplitudo MJO membesar. Dengan menggunakan analisis EAR Equatorial Atmosphere Radar secara vertikal zonal-vertikal, data angin dapat menunjukan adanya pergerakan ke timur dipermukaan dan ke barat di lapisan atas. Inilah yang disebut dengan siklus MJO serta hal tersebut sesuai dengan teori skema perpotongan MJO sepanjang ekuator. MJO juga memiliki siklus 40-50 hari. MJO mempengaruhi seluruh lapisan tropis, terlihat jelas di Pasifik Barat dan Hindia. Unsur yang dilibatkan dalam menganalisi MJO dapat berupa angin, SST, perawanan, hujan, dan OLR. Fenomena MJO terlihat jelas pada variasi OLR sensor inframerah satelit karena curah hujan tropis adalah konvektif, dengan puncak awan konvektif sangat dingin sehingga memancarkan sedikit radiasi gelombang panjang. Pergerakan awan konvektif dari barat ke timur sepanjang Pasifik Tropis ditandai konvergensi di lapisan bawah troposfer dan divergensi di lapisan atas stratosfer. MJO merupakan sirkulasi skala besar di ekuator dan berpusat di Samudera Hindia dan bergerak ke timur antara 10 o LU dan 10 o LS. Mekanisme utama yang dapat diterima untuk menjelaskan tentang mekanisme MJO adalah CISK Conditional Instability of the Second Kind dan Evaporation-wind feedback . CSIK memiliki dua mekanisme: 1. Penjalaran gelombang kelvin ke arah timur yang ditandai dengan pemanasan awan kumulus. 2. Interaksi dengan osilasi stabil pada keadaan dasar yang stabil. Siklus MJO ditunjukan berupa gugus- gugus awan tumbuh di Samudera Hindia lalu bergerak ke arah timur dan membentuk suatu siklus dengan rentang 30-60 hari dan dengan cakupan daerah 10 o LU dan 10 o LS Matthews A.J 2000, seperti yang ditunjukan Gambar 5. Gambar 5 Siklus MJO Matthews A.J 2000 Berdasarkan Gambar 5 menunjukan siklus MJO dengan interval selama 3 harian atau 22.5 o . Siklus MJO pada fase 0 atau t=0, konveksi tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia dan terjadi supresi mengalami kekeringan di Samudera Pasifik. Kedua peristiwa ini bergerak ke timur sampai fase 180 dengan lokasi yang berkebalikan konveksi di Samudera Pasifik dan supresi di Samudera Hindia. Kondisi ini terus bergerak ke timur dan kembali ke fase 0 konveksi di Samudera Hindia dan supresi di Samudera Pasifik. Penjalaran ini memerlukan waktu 30-60 hari dengan efek basah dan kering pada daerah-daerah yang di lewatinya. Gambar 6 Skema Sirkulasi MJO Madden and Julian 1972. Gambar 6 menunjukan skema MJO di ekuatorial. Garis panah menunjukan sirkulasi meridional yang diasosiasikan dengan MJO. Garis atas menunjukan tinggi tropopause dan garis bawah menunjukan tekanan permukaan laut sea-level pressure, SLP. Terlihat dalam gambar tersebut munculnya awan dan posisinya bergeser ke arah timur.

III. METODOLOGI