5 Katekin hampir tidak larut dalam kloroform, benzene dan eter. Jika katekin
diberi timah hitam asetat yang dikristalkan dari air dengan udara, maka produk yang dihasilkan akan mencair pada suhu 96°C. Jika diberi ferri klorida, katekin
akan menghasilkan cairan yang berwarna hijau pekat. Menurut Burkill 1935, kandungan katekin pada daun gambir muda
lebih tinggi dibandingkan pada daun tua. Hal ini didukung oleh penelitian Rishaferi dan Yanti 1993 yang menunjukkan bahwa daun muda menghasilkan
rendemen dan katekin yang lebih tinggi dibandingkan daun tua. Disebutkan pula daun gambir yang ditunda pengolahannya selama dua hari akan menurunkan
kadar katekin dan rendemennya. Gambir yang mengandung dua komponen utama yaitu katekin dan
asam katekutannat mempunyai banyak manfaat. Menurut Lemmens 1999, gambir memiliki tiga manfaat: untuk menyamak kulit; sebagai suatu perangsang
yang dikunyah bersama-sama daun pinang, kapur dan daun sirih; serta sebagai obat. Manfaat lainnnya ialah sebagai pewarna dalam industri batik tradisional
dan untuk mencelup-hitamkan sutra. Seduhan daun segarnya dipakai sebagai obat mencret, disentri, dan sebagai obat kumur untuk tenggorokan yang perih.
Gambir juga digunakan sebagai penyetop darah styptic dan mengobati pembengkakan gusi.
B. ANTIBAKTERI
Zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu yang memiliki aktivitas bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri dan yang memiliki aktivitas bakterisidal membunuh
bakteri Pelczar dan Chan, 1988. Ada beberapa mekanisme senyawa antibakteri dalam mengendalikan
bakteri, antara lain mengubah dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mendenaturasi protein sel, menghambat kerja enzim, menghambat sintesis
protein dan menghambat sintesis asam nukleat Pelczar dan Chan, 1988. Menurut Pratten et al. 1998, suatu zat antibakteri harus berinteraksi langsung
dengan dinding sel bakteri untuk masuk ke dalam sel bakteri tersebut.
6 Komposisi dari dinding sel bakteri sangat mempengaruhi kemampuan zat
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
C. PLAK GIGI
Penyakit karies gigi dan jaringan pendukung gigi periodontal umumnya disebabkan oleh plak gigi, yang sampai saat ini masih menjadi
masalah utama dalam bidang kesehatan mulut dan gigi. Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada
permukaan gigi Kidd dan Bechal, 1992. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk polisakarida ekstraseluler, yaitu jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies
adalah Streptococcus mutans Roeslan, 1996. Akumulasi bakteri penyebab plak gigi tidak terjadi secara kebetulan
melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Setelah permukaan gigi dibersihkan dengan sempurna, email yang tidak tertutup oleh kotoran akan
bersentuhan dengan air ludah sehingga dalam beberapa menit akan terjadi lapisan yang disebut pelikel. Pelikel tersebut merupakan endapan glikoprotein
yang berasal dari ludah dan terjadi tanpa adanya bakteri. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada permukaan pelikel dan melekat sehingga terbentuk plak.
Bakteri ditemukan pertama-tama 4-6 jam setelah permukaan gigi dibersihkan. Sebagian terdiri dari gram positif anaerob kokus dan setelah 6-10 hari mulai
tampak gram negatif anaerob. Bakteri kokus ditemukan berjumlah banyak, salah satunya adalah Streptococcus mutans Kidd dan Bechal, 1992.
Komposisi kimia plak terdiri dari 80 air dan 20 materi organik yaitu 40-50 protein, 13-18 karbohidrat dan 10-14 lipid serta materi
anorganik sebagai materi tambahan seperti kalsium dan fosfor. Plak mengandung 70-80 bakteri yang di dalamnya terdapat lebih kurang 200-400
spesies yang berbeda. Setiap 1 mm
3
plak seberat 1 mg mengandung lebih dari 10
8
bakteri Anggraeni et al., 2000. Adanya akumulasi plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya
beberapa penyakit gigi seperti karies gigi Kidd dan Bechal, 1992 dan periodontal Loe, 1967. Oleh karena itu, perlu diadakan pengendalian
7 akumulasi plak gigi untuk menjaga kesehatan gigi. Pengendalian akumulasi plak
gigi dapat dilakukan secara mekanik, kimia maupun imunologik. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri spesifik
pembentuk plak gigi.
D. Streptococcus mutans