21
BAB III PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENYITAAN MENURUT UNDANG-UNDANG No. 19 2000
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan bahwa “Penyitaan adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-
undangan. ” Penyitan dilakukan adalah sebagai upaya untuk menjamin dan melindungi nilai atau keamanan atas barang-barang yang dimiliki oleh
WPpenanggung pajak yang memiliki hutang pajak sebagai jaminan untuk membayar dan melunasi pajak terutang yang dimilikinya. Terkadang ada pula yang
mengkaitkan penyitaan dengan pemblokiran. Yang dimaksud dengan pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta kekayaan milik penaggung pajak yang tersimpan
oleh Bank dengan tujuan pengamanan terhadap penambahan jumlah atau nilai. Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan
penaggung pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut
setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggung pajakWP
tetap tidak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum dalam surat paksa, barulah
Universitas Sumatera Utara
penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan atas barang-barang milik WP penanggung pajak tidakakanmengakibatkan penundaan atas kewajibannya
membayar melunasi pajak terutangnya atau pajak kurang bayar. Penyitaan adalah salah satu sengketa yang diperbuat oleh WP penanggung
pajak yang tidak melaksanakan kepatuhannya sebagai Warga Negara Indonesia WNI, dimana Indonesia menganut perpajakan sebagai penerimaan pendapatan kas
Negara, oleh karena itu Negara mempunyai hak dan berkewajiban untuk melindungi serta menjamin keselamatan jiba dan harta benda yang dimiliki warga negaranya.
Walaupun WP penanggung pajak dikenakan penyitaan terhadap barang- barangnya yang mengalami sitaan, WPdapat tetap melakukan pembayaran pajak
terutangnya yang masih ada atau dapat melalui upaya hukum.Karena dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, WP sering kali merasa tidak puas atas
pelaksanaan Undang-Undang yang berlaku. Terhadap hal demikian, Undang- Undang Perpajakan itu sendiri menegaskan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh
WP untuk menyelesaikan sengketa pajak yang timbul. Dalam hal ini dapat diajukan penyelesaiannya. Melalui Direktorat Jendral
Pajak atau Badan Penyelesaian Sengketa Pajak BPSP. Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status kepemilikan atas suatu barang, bahkan
barang yang telah disita atau dititipkan pada penanggung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Pemilik barang, pada dasarnya masih tetap dapat mempergunakan
barang yang telah disita hak atas barang yang telah disita tersebut tidak dialihkan.
Universitas Sumatera Utara
Hukumnya kepada pihak lain yang merusak barang atau menghilangkan barang adalah merupakan tindakan pidana sesuai pasal 231 KUHP Pidana.
Pelaksanaan penyitaan atau penyanderaan barang penanggung pajak dapat dilakukan, apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP. Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah .
Melaksanakan Penyitaan, jika penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya lewat dari 2x24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Adapun ketentuan
pelaksanaan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak sebagai berikut PP No. 1352000, RIPKA, Kanwil Sumbagut Medan :
Pasal 4 : 1. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 dua orang yang telah dewasa. Penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak dan dapat dipercaya.
2. Setiap melaksanakan penyitaan, juru sita pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, ditandatangani oleh juru sita, penaggung pajak dan saksi-
saksi. 3. Dalam hal ini penaggung pajak adalah Badan, maka Berita Acara Pelaksanaan
Sita ditandatangani oleh pengurus, Kepala perwakilan, Kepala cabang, penaggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetap perusahaan.
4. Walaupun penanggung pajak tidak hadir, pelaksanaan penyitaan tetap dapat dilakukan dengan syarat, salah satu seorang saksi berasal dari pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
daerah setempat. Berita Acara Pelaksanaan Sitanya dapat ditndatangani oleh juru sita pajak dan saksi-saksi.
5. Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap mempunyai kekuatan hukum meningkat, meskipun penanggung pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara
Pelaksanaan Sita tersebut. 6. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak
atau barang yang tidak bergerak yang disita berada dan atau ditempat-tempat umum.
7. Atas barang yang disita dapat ditempelkan atau diberi segel sita. Pengajuan keberatan tidak menunda pelaksanaan sita.
8. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi penagihan pajak dan utang pajak berdasarkan putusan pengadilan atau putusan badan
peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.
Sedangkan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan penyitaan penyanderaan terhadap barang-barang WP sebagai berikut :
Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan ke tiga atas Undang- Undang No. 6 Tahun 1983.Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
KUP. Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa :
1. Peraturan Pemerintah PP No. 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penagihan dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Universitas Sumatera Utara
2. PP No. 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi dalam
Rangka Penagihan dengan Surat Paksa. 3. Keputusan Menteri Keuangan No. 563 KMK 04 2000 tentang Pemblokiran dan
Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
4. Keputusan Menteri Keuangan No. 362 KMK 04 2000 tentang surat-surat, tata cara pengangkatan dan pemberhentian juru sita pajak Keputusan Menteri
Keuangan No. 561 KMK 04 2000 tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Surat Paksa.
B. KRITERIA JURUSITA PAJAK BESERTA TUGAS DAN FUNGSINYA