48
Pengaruh
2.5.3 Hubungan likuiditas dengan profitabilitas
Likuiditas adalah besarnya dana yang likuid yang disediakan oleh manajemen untuk memenuhi penarikan dana para nasabahnya. Dana yang
disediakan ini meliputi penarikan dana tabungan maupun penarikan dana untuk pencairan kredit yang telah disetujui. Semakin besar dana yang disediakan aktiva
likuid membuat bank semakin baik karena mampu memenuhi permintaan nasabahnya. Selain itu likuiditas yang tinggi akan memaksa manajemen untuk
menanamkan dananya dalam bentuk aktiva likuid, sehingga bank kesulitan untuk menciptakan kredit baru. Hal ini sangatlah berbahaya karena akan mengurangi
kemampuan bank untuk memperoleh profit. Pengukuran likuiditas adalah pengukuran yang sifatnya dilematis, karena
di satu sisi usaha bank yang utama adalah memasarkan dan atau memutar uang para nasabahnya untuk mendapatkan keuntungan. Artinya bisnis perbankan harus
memaksimalkan pemasaran uangnya dan sekecil mungkin mencegah uang ”nganggur” idle money. Di sisi lain, untuk dapat memenuhi kewajibannnya
terhadap para deposan dan debitur yang sewaktu-waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut selalu dalam posisi siap membayar, yang artinya bank harus
mempunyai cadangan uang ”nganggur” yang cukup. Di kalangan perbankan sejak dahulu timbul pertentangan kepentingan
conflict of interest antara liquidity dan profitability. Artinya, bila ingin mempertahankan posisi likuiditas dengan memperbesar cadangan kas, maka bank
tidak akan memakai seluruh lonable funds yang ada karena sebagian CAR
Profitabilitas
49
dikembalikan lagi dalam bentuk cadangan tunai cash reserve Sinungan,1993:98. Ini berarti usaha pencapaian rentabilitas profitability akan
berkurang. Kebijaksanaan likuiditas umum sebuah bank sesungguhnya adalah
menentukan berapa jumlah dana yang akan ditahan dalam bentuk uang tunai atau surat berharga securities dan berapa akan ditempatkan sebagai kredit dengan
berbagai tipenya, dengan mengingat informasi tentang sifat deposito-deposito bank. Ada saling berhubungan antara tipe deposito dengan tipe aktiva yang
diperoleh dari deposito tersebut American Institute of Banking,1995:90. Sebagai contoh, perhatikanlah sebuah bank yang para deposannya terutama adalah
perseroan-perseroan dengan saldo deposito yang besar jumlahnya. Bank ini memang patut memperkirakan fluktuasi yang menyolok dalam saldo depositonya
yang menunjukkan penarikan dan penyetoran mendadak dalam jumlah besar dari para nasabahnya. Jelaslah pilihan aktiva bank ini dipengaruhi oleh situasi yang
demikian. Karena uniknya permasalahan likuiditas tersebut, tidak ada perangkat standar
yang dapat dipakai untuk menentukan jumlah likuiditas yang tepat bagi sebuah bank. Studi mengenai kebutuhan likuiditas akan menunjukkan bahwa banyak
terdapat situasi dan faktor yang berbeda-beda. Semua deposito tidaklah bergerak ke arah yang sama American Institute of Banking,1995:90.
Permasalahan likuiditas muncul karena adanya permintaan nasabah untuk mencairkan dana tabungan dan pencairan kredit yang telah disetujui sehingga
bank harus selalu menyiapkan kasnya. Selain itu bank juga dituntut untuk
50
membayar bunga dan biaya-biaya operasinya sehingga dana yang telah diserap harus disalurkan ke dalam bentuk kredit. Indikator yang digunakan untuk
mengukur likuiditas adalah LDR. LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Besarnya jumlah kredit
yang diberikan kepada masyarakat akan mempengaruhi besarnya laba yang nantinya akan diterima oleh bank karena salah satu sumber pendapatan bank
adalah bunga kredit yang disalurkan Hasibuan,2001:100. LDR dapat berpengaruh terhadap profitabilitas didasarkan penelitian Philips Bourke dalam
Werdaningtyas 2002 bahwa LDR mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas. LDR berkaitan dengan dana bank yang disalurkan untuk
perkreditan, LDR merupakan salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank. Jika LDR tidak melebihi batas yang ditentukan maka bank tersebut dalam keadaan
likuid, sehingga akan menimbulkan kepercayaan masyarakat dan dengan kepercayaan masyarakat tersebut akan dapat meningkatkan profitabilitas.
Sodikin 2002 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa LDR sangat berpengaruh terhadap profitabilitas, ini ditunjukkan dengan tinggi rendahnya
tingkat LDR akan langsung mempengaruhi tinggi rendahnya profitabilitas, yaitu LDR yang tinggi dalam hal ini tidak melebihi batas yang ditentukan maka akan
menaikkan profitabilitas yang berasal dari pendapatan bunga kredit. Hal ini akan menunjukkan pentingnya menjaga tingkat likuiditas dalam meningkatkan
profitabilitas bank.
51
Penelitian yang sama dilakukan oleh Tiene Susanti 2003. Penelitian ini menghubungkan antara rasio likuiditas, solvablitas dan rentabilitas studi kasus
pada PT. Bank Niaga. Rasio likuiditas bank diukur dengan LDR, untuk tingkat solvabilitas digunakan rasio CAR, dan untuk tingkat rentabilitas diukur dengan
ROE. Hasil penelitiannya menyebutkan adanya hubungan yang dinamis antara ketiganya. Sehingga ketiganya berhubungan positif terhadap naik turunnya harga
saham Bank Niaga www.ekofeum.or.idartikel.php?cid=23. Sedangkan Werdaningtyas 2002 dan Enderayanti 2005 menyatakan
hasil yang kontradiktif, hasil penelitiannya menyatakan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Hubungan kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pengaruh
2.5.3 Hubungan efisiensi operasional dengan profitabilitas