Kriteria Sumber Panas Bumi dan Daur Hidrologi

Tabel 1.1 Klasifikasi Sistem Panas Bumi. Muffer Cataldi 1978 Benderiter Cormy 1990 Haenel, Rybach Stegna 1988 Hochestein 1990 Entalphi rendah 90°C 100°C 150°C 125°C Entalphi sedang 90° C -150°C 100° C -200°C - 125°C-225°C Entalphi Tinggi 150°C 200°C 150°C 225°C

2.7 Kriteria Sumber Panas Bumi dan Daur Hidrologi

Dalam sistem panas bumi, berdasarkan pembentukan, dikenal adanya sistem konveksi hidrotermal dan sistem batuan panas-kering. Sistem konveksi hidrotermal merupakan sistem yang dibentuk oleh massa air tanah meteorik yang selama berjuta-juta tahun terpanasi oleh massa pemanas dan tertampung dalam batuan cadangan yang tertutupi oleh lapisan kedap air sebagai batuan penutup, jika dalam sistem ini uap yang dihasilkan tidak bercampur dengan air panas alam, akan terbentuk sistem uap kering, tetapi apabila uap bercampuran dengan air panas maka akan terbentuk sistem uap basah, meskipun suhunya mencapai 370°C. Sistem yang terahir ini dikenal sebagai sistem air panas. Di beberapa daerah panas bumi, sistem yang biasa ditemui adalah sistem campuran dan sistem air panas sedang sistem batuan panas kering pada dasarnya adalah dengan cara penyuntikan air bersih ke dalam massa batuan panas umumnya granit sehingga nantinya akan dihasilkan uap. Secara teoritis cara ini dapat diterapkan dimana saja, mengingat sumber panasnya adalah batuan panas-kering yang banyak dijumpai sebagai massa batuan pembentuk kulit bumi Alzwar dkk, 1988. Perubahan bentuk dari air ke uap yang kemudian naik ke permukaan melalui retakan batuan dan dihembuskan keluar yang terkumpul di udara, terkondensasi menjadi air hujan, turun dan meresap kedalam tanah, membentuk suatu daur hidrologi. Daur ini dimulai dari uap yang dikeluarkan dari cadangan uap sebagai uap yang disemburkan fumoral, geyser, yang kemudian naik ke atas hingga mencapai titik kondensasi dan turun berupa titik-titik hujan. Air hujan yang jatuh sebagian akan mengalir ke permukaan dan sebagian meresap ke dalam tanah. Air permukaan berupa sungai, danau atau laut akan mengalami penguapan membentuk aliran sungai bawah tanah atau akuifer, jika melewati tubuh batuan panas akan terpanasi dan terubah ke fraksi uap. Uap ini akan naik kepermukaan, bercampur dengan penguapan dari air sungai, danau , dan laut, terkondensasi dan turun lagi menjadi air hujan dan seterusnya seperti pada Gambar 2.7 Alzwar dkk, 1988. Gambar 2.7. Pola Aliran Fluida Panas Bumi. 23 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Penelitian