New Zealand Selandia Baru Latar Belakang
48 Pemerintah Selandia Baru New Zealand melakukan reformasi
besar pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. Reformasi tersebut mengubah manajemen pemerintahan dari sistem yang kaku dan
birokratis, menjadi rezim yang berbasis kinerja dan akuntabilitas. Keberhasilan dari penerapan reformasi ini memerlukan upaya yang
sungguh-sungguh baik di level strategi maupun level operasional dan membawa pada perubahan fundamental dan perubahan yang ekstensif
baik dalam manajemen operasi sektor pemerintah sektor publik dan juga laporan keuangan yang disajikan untuk operasi tersebut.
Pengalaman Selandia Baru menunjukkan bahwa perubahan bukan sekedar wacana ataupun retorika tetapi sudah menjadi keberhasilan yang
jauh lebih baik. Hasil dari sisi keuangan menunjukkan bahwa setelah mengalami defisit anggaran selama 20 tahun, kemudian berubah secara
mengejutkan menjadi surplus dalam tiga tahun terakhir 1994-1996, dengan sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa surplus tersebut lebih
dari sekedar sebuah siklus. Selandia Baru menjadi negara pertama yang sepenuhnya
melaksanakan akuntansi akrual baik di tingkat nasional dan lembaga. Reformasi akuntansi akrual di Selandia Baru merupakan paling
komprehensif di antara semua negara. Reformasi ini bertujuan untuk mencapai efisiensi. Untuk mencapai tujuan ini Selandia Baru
menjalankan tiga kebijakan yaitu memisahkan fungsi komersial dari operasi pemerintah lainnya, menguatkan garis pertanggungjawaban
49 menteri dan eksekutif dan merancang anggaran dan sistem manajemen
keuangan untuk meningkatkan pengukuran kinerja sektor publik. Tiga kebijakan ini mempengaruhi adopsi akuntansi akrual di Selandia
Baru.
Tahapan Implementasi
Departemen Keuangan
Selandia Baru
sudah mulai
mempersiapkan akuntansi akrual pada tahun 1987. Public Finance Act diundangkan pada tanggal 1 Juli 1989. Undang-undang tersebut
yang menjelaskan penggunakan metode akuntansi akrual untuk penganggaran dan pelaporan keuangan. Undang-undang juga
mendefinisikan atribut dari manajemen fiskal yang baik, dan memastikan pemerintah memenuhi kriteria tertentu.
Bagian-bagian pokok dari peraturan keuangan pada rezim baru yang diatur di dalam Public Finance Act 1989 adalah sebagai berikut:
1. Banyak kontrol administrasi; 2. Menentukan output dalam proses apropriasi alokasi anggaran;
3. Membuat
kepala eksekutif
bertanggung jawab
terhadap manajemen keuangan departemenlembaga;
4. menetapkan peraturan-peraturan tentang pelaporan.
Pada tahun 1992 New Zealand berhasil membuat laporan keuangan dengan akuntansi akrual di seluruh entitas pemerintah. New
Zealand butuh tiga tahun untuk menerapkan akuntansi akrual dan empat
50 tahun untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi untuk seluruh
pemerintah Beerson dalam Pajaruddin et al :2013:64 . Secara keseluruhan, reformasi keuangan di New Zealand menghasilkan
perubahan positif yaitu peningkatan akuntabilitas, kinerja keuangan yang lebih baik, mencapai efisiensi dan pengurangan staf.
Sejak tahun 1994, pemerintah Selandia Baru telah berhasil mengeluarkan laporan keuangan konsolidasi bulanan, setengah
tahun, dan tahunan untuk seluruh negara bagian, yang menyediakan gambaran yang lebih komprehensif terhadap seluruh sumber daya
negara tersebut.
Faktor Pendukung Implementasi
Terdapat beberapa faktor yang mendukung Implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Selandia Baru, diantaranya :
1. Key people, adalah orang-orang yang berperan penting dalam
proses reformasi keuangan yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara negara di
kementerian treasury, dan pejabat penyusun laporan keuangan financial management support service.
2. Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan
ide-ide dan pengetahuan teoritis ke dalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik. Komitmen tersebut
berupa peniadaan intervensi politis selama adopsi sistem akuntansi akrual dilakukan serta pemberian insentif yang
51 tepat dan sesuai bagi pelaksana keuangan negara untuk
memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor publik. 3.
Communicating ideas, merupakan penggunaan beragam sarana dalam penyampaian ide, informasi, dan rencana agar
memperoleh timbal balik yang positif dari semua pelaksana keuangan negara selama proses reformasi keuangan dilakukan.
4. Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang
relevan dan berpengaruh dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru.
5. Ethos, Hubungan kerja sama yang terjadi seperti antara
perdana menteri David Lange dan para bendahara negara di kementerian dan lembaga negara lainnya. Hubungan tersebut
menimbulkan simpati dari para pegawai pemerintah dimana mereka merasa dilibatkan dan memiliki peran dalam
reformasi yang sedang dijalankan. Hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di periode-periode sebelumnya sehingga
disebut sebagai bureaucratic revolution. 6.
Knowledge, mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge, dan precedents.
7. Innovation, Dalam konteks Selandia Baru, tekanan yang
diperoleh pemerintah akibat krisis keuangan di tahun 1970an mengharuskan adanya inovasi yang belum pernah dilakukan
guna mengatasi krisis tersebut dalam waktu singkat, dan
52 berhasil dilakukan dalam kepemimpinan perdana menteri David
Lange. 8.
Information, diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan. Contohnya adalah dalam laporan
keuangan yang baru dengan menggunakan basis akrual menyediakan gambaran yang lebih komprehensif mengenai
pengelolaan sumber daya oleh pemerintah, yang berujung pada akuntabilitas dan transparansi, serta terfasilitasinya
penilaian kinerja pemerintah secara keseluruhan. 9.
Concequences, Konsekuensi yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi berbasis akrual yang dijalankan
pemerintah secara penuh, serta dengan dukungan dari berbagai faktor di atas, telah berhasil meningkatkan kinerja pemerintah.
Tantangan Dalam Implementasi
Sebagai pionir dalam penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual, Selandia Baru tentu saja menemui berbagai
tantangan yang timbul ketika akan melaksanakan maupun ketika kebijakan tersebut telah dilaksanakan. Adapun jenis-jenis tantangan
dalam implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual di Selandia Baru antara lain:
1. Akuntansi akrual memerlukan biaya implementasi yang besar
53 2.
Terdapat risiko pengambilan keputusan yang buruk di awal implementasi. Hal ini diakibatkan pemerintah belum terbiasa
menggunakan informasi akuntansi akrual 3.
Faktor Sumber Daya Manusia 4.
Masalah penilaian aset sebagai warisan dari sistem akuntansi berbasis kas yang digunakan sebelumnya.
Strategi Penerapan Basis Akrual
Dalam menyikapi berbagai tantangan yang timbul dalam proses implementasi, ada berbagai upaya strategi yang dilakukan
oleh pemerintah Selandia Baru dalam rangka menyukseskan program transisi menuju akuntansi pemerintahan berbasis akrual,
diantaranya : 1.
Komitmen untuk perubahan Dukungan dari para pemimpin di sektor publik, baik politisi
maupun birokrasi, adalah faktor kunci di dalam keberhasilan implementasi rezim manajemen keuangan baru.
2. Manajemen Risiko
Beberapa implementasi
perubahan membawa
risiko signifikan. Manajemen risiko adalah elemen kunci dari
implementasi reformasi. Hal ini akan dicapai secara bertahap selama proses reformasi.
54 3.
Penerapan di Departemen Departemen secara individu menerima persetujuan untuk
berpindah ke sistem yang baru. Untuk departemen secara individu, semua elemen kunci dari sistem baru yaitu
penganggaran akrual, proses apropriasi, dan proses pelaporan berubah pada saat yang sama.
4. Pelatihan SDM
Undang-undang Keuangan Publik mengharuskan disusunnya laporan keuangan oleh pemerintah Selandia Baru laporan
konsolidasian dan oleh setiap departemen pemerintah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang
berterima umum PABUGAAP. Penggunaan PABU sangat memfasilitasi penerapan akuntansi di pemerintahan, dan akan
memberikan hasil terbaik dengan didukung oleh orang-orang yang terlatihberpengalaman, software, dan sistem. Sistem
Akuntansi Aktivitas besar selama masa reformasi adalah melakukan
kontrak signifikan antara departemen departemen dengan perusahaan-perusahaan akuntansi dan penyedia software
untuk mendukung sistem informasi dan manajemen keuangan.
55 5.
Akurasi Neraca Pembukaan Perhatian penting lainnya adalah upaya untuk menyusun
neraca awal pembukaan dengan selengkap dan seakurat mungkin.
6. Biaya Modal Charging for Capital
Pemerintah Selandia Baru membuat sistem pengenaan biaya pada departemen atas modal yang digunakannya. Biaya
modal ini dikenakan terhadap kekayaan bersih net aset dari setiap departemen. Sistem biaya modal ini memberikan
dorongan agar departemen menghindari pengadaan aset yang kurang bernilai guna.