Syari`ah Analisis Perkategori Isi Pesan 1. Akhlak

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai kunci pembuka pertolongan Allah. Adalah salah jika kita mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya, berarti kita membatasi pahala. Mengatakan sabar itu ada batasnya, mencerminkan kita kurang sabar dalam bersabar. Sabar akan membuahkan pesona yang tiada terputus, oleh karenanya jika kita ingin menikmati kehidupan, kita harus menikmati setiap kejadian karena orang yang beriman tidak pernah merasa rugi. Diberi nikmat dia bersyukur, diberikan musibah dia bersabar. Syukur berarti kebaikan bagi dirinya, sabar juga kebaikan bagi dirinya. Maka tidak ada yang harus kita takuti dalam hidup ini, kecuali kita tidak punya rasa syukur dan tidak punya rasa sabar.

2. Syari`ah

Pesan syari`ah yang terdapat Rubrik Tausiyah tanggal 01 Januari 2009 Pkl: 11:35-15:29 WIB cukup dominan, karena pesan syari`ah yang dimuat dalam rubrik tausiyah pada edisi tersebut mencapai 56 item dari 157 item dan mencapai 35.66. Tabel. 9 Hasil Analisis Isi Pesan Syari`ah Syari`ah Edisi Ibadah Mu`amalah 1 2 3 1 2 3 01-01-2009 11:35:00 9 12 9 - - - 01-01-2009 13:26:00 1 1 1 - - - 01-01-2009 12:20:00 1 21 - - - - 01-01-2009 1 1 1 1 1 1 13:36:00 01-01-2009 13:37:00 11 11 10 - - - 01-01-2009 13:40:00 11 10 10 - 1 1 01-01-2009 13:43:00 2 1 - 1 - - 01-01-2009 14:36:00 8 9 8 1 1 1 01-01-2009 15:25:00 8 5 8 - - - 01-01-2009 15:29:00 2 2 1 1 1 1 JUMLAH 54 54 47 4 4 4 Tabel. 10 Rincian Hasil Analisis Pesan Syari`ah Syari`ah Juri Ibadah Mu`amalah Jml. Frekuensi 1 54 4 0.36 2 54 4 0.36 3 47 4 0.32 Hikmah Shalat Khusyuk Kamis, 01 Januari 2009 pukul: 11:35:00 Saat terindah bagi seorang pecinta adalah ketika ia bertemu, bercengkrama, dan berdialog dengan orang yang dicintainya. Ketika itu, segala beban hidup dan kenestapaan akan hilang seketika. Bagi para shalihin, bertemu Allah lewat shalat adalah saat yang paling dinantikan, karena pada waktu itulah ia bisa mencurahkan semua isi hati dan bermiraj menuju Allah. Walau demikian, ia akan kembali lagi ke alam realitas untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang didapat dari shalatnya. Inilah makna sesungguhnya dari khusyuk. Khusyuk dalam shalat merupakan sebuah keniscayaan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Mukminun: 1-3, Beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya dan yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna. Di lain pihak Rasulullah bersabda: Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. HR. At-Tabrani Dua keterangan di atas setidaknya mengadung pesan bahwa shalat seharusnya mampu membawa perbaikan kualitas hidup kita. Dengan kata lain, bila kita ingin sukses dan ingin berhasil dalam hidup ini, maka kuncinya adalah punya iman dan mampu khusyuk dalam shalat. Siapa pun di antara kita yang tidak pernah meneliti kualitas shalatnya, besar kemungkinan ia tidak akan sukses dalam hidup. Karenanya, tidak mungkin shalat itu hanya efektif untuk yang satu jam. Yakinlah bahwa shalat yang satu jam harus bagus dan sisanya yang 23 jam harus lebih bagus lagi. Maka orang yang shalatnya khusyuk adalah orang yang mampu berkomunikasi dengan baik ketika shalat, dan sesudah shalat ia betul-betul produktif berbuat kebaikan terhadap umat. Shalat merupakan sarana dalam berkomunikasi dengan Tuhan yang maha segala-galanya yaitu Allah SWT., dalam berkomunikasi dengan yang lebih tinggi baik dari jabatan, maupun status social didalamnya terdapat penghortmatan yang mendalam. Terlebih berkomunikasi dengan Allah harus penuh dengan kerendahan diri dalam hal ini kekhusyuan. Ibnu Rajab mengatakan bahwasanya khusyu adalah kelembutan hati dan ketenangannya, keterharuan, ketaatan, dan keterlenaannya. 6 Apabila hati telah menjadi khusyu maka anggota badan yang lainnya akan tunduk dan patut kepada Allah. Dengan shalat yang khusyu akan timbul ketenangan dan juga akan timbul kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana firman Allah: Artinya: 1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. yaitu orang-orang yang khusyu dalam shalatnya. Q.S. Al-Mu`minun: 1-2 Dalam proses internalisasi, khusyu hanya dapat diperoleh dengan berma`rifaty kepada Allah dengam cara pengenalan dan penanaman terhadap asma` dan sifat-sifat Allah. Sebab bila seseorang telah mengenal keagungan , keperkasaan dan kekuatan Allah, dimana dalam pengenalan ma`rifat ini telah mengakar dalam sanubarinya, maka hal itu akan eksis dan muncul segala tindak tanduk dan tutur katanya. Ramadhan yang Istimewa Kamis, 01 Januari 2009 pukul 13:37:00 Barangsiapa yang melakukan sesuatu yang istimewa pada waktu yang istimewa, niscaya dia akan diperlakukan istimewa pula oleh Allah. Setiap hari Allah sudah menciptakan waktu-waktu yang sangat istimewa, di antaranya adalah sepertiga malam terakhir. Orang yang bangun malam lalu melakukan tahajud dengan benar dan istiqomah, maka ia dijamin memiliki kedudukan terpuji dalam pandangan Allah dan dibuat terpuji dalam pandangan orang yang beriman. Dalam satu tahun pun Allah SWT menciptakan satu bulan istimewa, yaitu bulan Ramadhan. Bulan yang penuh barokah, yang benar-benar beda dengan bulan lain, hari demi harinya dan jam demi jamnya berbeda, dan detik demi detik 6 Ruqayyah binti Muhammad bin muharib, Mencapai Shalat Khusyu, Surabaya: Risalah Gusti, 2000, h.3-4 berbeda, begitu istimewa. Siapapun yang mengisi detik demi detik di bulan Ramadhan dengan perilaku istimewa, niscaya dia akan istimewa pula dalam pandangan Allah. Dosa-dosanya akan dihapuskan, derajatnya dinaikkan, setiap doanya dikabulkan, dan Allah menyediakan surga baginya. Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah maka diampuni dosanya yang terdahulu. HR. Bukhari. Dalam penggalan-penggalan paragraph diatas terdapat inti dalam kita beribadah kepada Allah. Bahwasanya waktu yang diciptakan oleh Allah mulai dari hitungan detik hingga tahun yang didalamnya terdapat waktu-waktu yang istimewa didalamnya, bila mengerkannya pada waktu-waktu tersebut maka Allah akan memperlakukan hamba-Nya dengan perlakuan yang istimewa. Dalam menciptakan waktu Allah diharapkan manusia untuk senantiasa mempergunakannya dengan bijak dan benar. Sebagaimana firman Allah: Artinya: 1. demi masa.2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Q.S. Al-`Ashr:1-3 Ramadhan merupakan waktu yang teristimewa yang telah Allah ciptakan, yang didalamnya penuh dengan rahmat, dan ampunan yang Allah turunkan untuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa mempergunakannya untuk beribadah kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh dengan tujuan tidak mendapatkan kerugian. Ramadhan didalamnya diperintahkan untuk berpuasa yang tujuan adalah untuk membentuk hamba-hamba yang lebih bertaqwa dihadapan Allah. Karena dengan taqwa kepada Allah niscaya akan mendapatkan kesenangan di dunia dan di akhirat kelak. Amal-amal Penyelamat Umat Muhammad Kamis, 01 Januari 2009 pukul 13:40:00 Aku melihat seseorang yang telah dipersiapkan kepadanya siksa kubur, lalu datang wudhunya, sehingga wudhunya itu menyelamatkannya dari siksa kubur.Aku melihat seseorang yang telah dikepung banyak setan, lalu datang kepadanya zikirnya kepada Allah, sehingga zikirnya itu mengusir setan-setan tersebut darinya. Aku melihat seseorang yang kehausan, sedang tiap kali ia mendekati telaga, ia diusir darinya. Lalu, datanglah shaum Ramadhannya, sehingga shaumnya itu memberikan minum kepadanya.Aku melihat seseorang di mana para nabi masing-masing duduk dalam halaqah, ia diusir dan dilarang untuk bergabung ke dalamnya. Lalu, datanglah mandinya dari hadas besar, sehingga mandinya itu membimbing ia dengan memegang tangannya seraya mendudukannya di sampingku. Aku melihat seseorang yang di depannya gelap sekali, begitu pula di belakang, atas, dan bawahnya, sehingga ia kebingungan mencari arah jalannya. Datanglah kepadanya haji dan umrahnya, lalu keduanya mengeluarkan ia dari kegelapan tersebut dan memasukkannya ke dalam tempat yang terang sekali.Aku melihat seseorang yang melindungi mukanya dengan tangannya dari panasnya kobaran api, lalu datang sedekahnya kepadanya dengan menutupi kobaran api dari mukanya seraya membimbingnya ke hadapan Allah SWT. Hidup di dunia bagaikan seorang petani yang menanam berbagai macam tanaman, yang nantinya mereka akan menuai apa yang mereka tananm bila mereka menanam buah-buahan , maka mereka akan menuai buha-buahan juga, bila mereka menanam padi, maka mereka juga akan menuai padi. Sama saja dengan kehidupan manusia di dunia ini apa yang mareka tanam mereka nantinya yang akan menuainya. Apabila mereka menanam amal kebaikan mereka akan menuainya, dan apabila mereka menanam kejelekan mereka juga yang akan menuainya. Semua amal baik ataupun buruk akan mendapatkan balsan dari Allah. Sebagaimana firman Allah: Artinya: 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat balasannya. 8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat balasannya pula Q.S. Az-Zalzalah: 7-8. As-Saddi’ berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin saat bangun dari kubur melihat seorang yang berwajah sangat bagus dan wangi harum. Dia kemudian bertanya, ‘Apakah engkau mengenalku?’ Orang mukmin itu menjawab, ‘Tidak’ Dia berkata, ‘Aku amal shaleh mu, karenanya ikutilah aku, sebagaimana di dunia aku mengikuti mu. 7 ” Adapun orang kafir, ketika bangun dari kubur, dia melihat seseorang dengan bentuk yang sangat buruk dan berbau busuk. Dia bertanya, ‘Apakah engkau mengenalku?’ Orang kafir itu menjawab ‘Tidak.’ Dia berkata, ‘Aku adalah perbuatanmu yang buruk. Dahulu engkau mengikutiku di dunia dan aku pada hari ini akan mengikutimu.’ Sebagaimana firman Allah: Artinya: sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan Pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: Alangkah besarnya penyesalan Kami, terhadap kelalaian Kami tentang kiamat itu, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, Amat buruklah apa yang mereka pikul itu. Q.S. Al- An`am: 31 7 Muhammad Abu al-Yusr ‘Abidin, Hikayat-hikayat Sufi, Bandung: Pustaka Hidayah, 2001, hal;39-40

3. Aqidah