10 yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut
membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik liar haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di
alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik- lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan
skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna
memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian,
membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik
harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.
3. Prinsip Keadilan.
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan
dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup
lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan
bagi semua pihak di segala tingkatan: seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang
baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan
kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi
dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk
produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem
produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
11
4. Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang
serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun
eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karena itu, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan
pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan
teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi
pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktek yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian
organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya,
seperti rekayasa genetika genetic engineering. Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat
terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif.
Pertanian Berkelanjutan
Terminologi pertanian berkelanjutan Sustainable Agriculture sebagai padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an oleh
para pakar pertanian FAO Food Agriculture Organization. Agroekosistem sendiri mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campur tangan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Conway 1984 juga menggunakan istilah
pertanian berkelanjutan dengan konteks agroekosistem yang berupaya memadukan
antara produktivitas, stabilitas, dan pemerataan.
Konsep pertanian berkelanjutan mulai dikembangkan sejak ditengarai adanya kemerosotan produktivitas pertanian levelling off akibat green revolution. Green
revolution memang sukses dengan produktivitas hasil panen biji-bijian yang
12 menakjubkan, namun ternyata juga memiliki sisi buruk atau eksternalitas negatif,
misalnya erosi tanah yang berat, punahnya keanekaragaman hayati, pencemaran air, bahaya residu bahan kimia pada hasil-hasil pertanian, dan lain-lain.
Di kalangan para pakar ilmu tanah atau agronomi, istilah sistem pertanian berkelanjutan lebih dikenal dengan istilah LEISA Low external Input Sustainable
Agriculture atau LISA Low Input Sustainable Agriculture, yaitu sistem pertanian yang berupaya meminimalkan penggunaan input benih, pupuk kimia, pestisida, dan
bahan bakar dari luar ekosistem, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup pertanian.
Kata sustainable mengandung dua makna, yaitu maintenance dan prolong.
Artinya, pertanian berkelanjutan harus mampu merawat atau menjaga maintenance untuk jangka waktu yang panjang prolong.
Suatu sistem pertanian bisa dikatakan berkelanjutan jika mencakup hal-hal berikut:
1. Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari
manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta
masyarakat dipertahankan melalui proses biologis. Sumberdaya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur
hara, biomas, dan energi bias ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran.
Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa diperbaharui. 2. Bisa berlanjut secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bias cukup
menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan
biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha tani yang langsung namun juga dalam hal
fungsi seperti melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan resiko. 3. Adil, yang berarti bahwa sumber daya dan kekuasaan didistribusikan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang
memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin. Semua orang memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan,
13 baik di lapanganan maupun dalam masyarakat. Kerusuhan sosial biasanya
mengancam sistem sosial secara keseluruhan, termasuk sistem pertaniannya. 4. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan tanaman, hewan,
dan manusia dihargai. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati, dan hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar,
seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa saying. Integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.
5. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya
pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain. Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang baru dan sesuai,
namun juga inovasi dalam arti sosial dan budaya. Keberlanjutan suatu sistem pertanian berarti membudidayakan tanaman dan
hewan yang memenuhi tiga tujuan sekaligus, yaitu: 1 keuntungan ekonomi, 2 manfaat sosial bagi keluarga petani dan komunitasnya, dan 3 konservasi
lingkungan. Pertanian berkelanjutan bergantung pada keseluruhan sistem pendekatan yang mencakup keseluruhan tujuan yaitu kesehatan lahan dan manusia berlangsung
terus. Dengan demikian, sistem pertanian perkelanjutan lebih menitik-beratkan pada penyelesaian masalah untuk jangka panjang daripada perlakuan jangka pendek.
Keberlanjutan dari sistem pertanian dapat diamati dan diukur melalui indikator yang telah ditetapkan. Indikator untuk komunitas pertanian atau pedesaan
adalah tercapainya 3 tujuan keberlajutan termasuk: 1. Keberlanjutan di bidang ekonomi:
a. Keluarga dapat menyisihkan hasil keuntungan bersih yang secara konsisten semakin meningkat.
b. Pengeluaran keluarga secara konsisten menurun. c. Usaha tani secara konsisten menguntungkan dari tahun ke tahun.
d. Pembelian bahan pangan di luar pertanian dan pupuk menurun. e. Ketergantungan terhadap kredit pemerintah menurun.
2. Keberlanjutan Sosial: a. Pertanian dapat mendukung usaha lain dan keluarga didalam komunitas
tersebut. b. Terjadi sirkulasi uang di dalam ekonomi lokal.
14 c. Jumlah keluarga petani meningkat atau tetap.
d. Para pemuda mengambil alih usaha tani orang tua mereka dan melanjutkan usaha taninya.
e. Para lulusan sarjana kembali ke komunitasnya di pedesaan. 3. Keberlanjutan Lingkungan:
a. Tidak dijumpai lahan bero kosong. Lahan bero diperbolehkan bila pemulihan kondisi ekologi lahan perlu dilakukan hanya melalui ’pemberoan’
. b. Air bersih mengalir di saluran-saluran pertanian dan di perairan lainnya.
c. Kehidupan margasatwa melimpah. d. Ikan-ikan dapat berkembang biak di perairan yang mengalir ke lahan
pertanian. e. Bentang lahan pertanian penuh dengan keanekaragaman vegetasi.
Dalam sistem pertanian berkelanjutan, sumber daya tanah dipandang sebagai faktor kehidupan yang kompleks dan dipertimbangkan sebagai modal utama prime
capital asset yang harus dijaga dan dirawat secara baik. Karena tanah sebagai tempat hidup berjuta-juta mikroorganisme yang mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karena itu dalam sistem pertanian berkelanjutan ada istilah ”tanah hidup”. Ciri-ciri tanah hidup akan dibahas
pada bab berikutnya. Tanah hidup harus dipertahankan dalam sistem pertanian berkelanjutan
dengan menerapkan prinsip pertanian organik antara lain pemberian kompos, pupuk kandang, cover crop, pupuk hijau dll, serta menerapkan sistem pengelolaan jasad
pengganggu secara terpadu menggunakan bahan-bahan alami. Penerapan sistem pertanian organik akan dibahas pada bab-bab berikutnya.
15
BAB II PENGELOLAAN TANAH SECARA BERKELANJUTAN