PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TP 2012/2013

Oleh

Henny Vandriyanti

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menguji pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013, yang berjumlah 158 responden dengan sampel sejumlah 40 responden.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013. Hal ini berarti semakin kuat pemberian penguatan oleh guru semakin tinggi tingkat hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

Kata Kunci: Pemberian Penguatan, Hasil Belajar, Pendidikan Kewarganegaraan


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa.

Belajar pada hakikatnya merupakan suatu interaksi antar individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan individu memberikan respon terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi ini dapat terjadi pada perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Dapat juga terjadi, individu menimbulkan terjadinya perubahan pada lingkungan, baik yang positif dan negatif. Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan belajar merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.


(3)

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam bentuk simbol atau nilai. Hasil belajar

siswa sangat mempengaruhi pada pembelajaran karena hasil belajar merupakan akibat dari pembelajaran. Dengan demikian apabila seorang siswa dalam mengikuti pembelajarannya baik maka akan mendapatkan hasil yang baik. Dengan berakhirnya proses belajar, maka siswa memperoleh hasil belajar.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor dari luar diri siswa (faktor ekstrn). faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) meliputi: kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor dari luar diri siswa (faktor ekstrn) meliputi: keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Hasil belajar pendidikan kewarganegaraan merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi pendidikan kewarganegaraan setelah mengikuti proses pembelajaran dalam bentuk simbol atau nilai. Dengan selesainya proses belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa yang merupakan suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru dan pengelolaan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Berkenaan dengan pembelajaran SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten


(4)

Lampung Selatan TP 2011/2012 untuk siswa kelas VIII menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pada proses pembelajaran pemberian penguatan merupakan bagian dari keterampilan yang harus dimilki oleh seorang guru. Pemberian Penguatan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kurang mendapat perhatian serius dari guru. Karena seorang guru lebih dituntut untuk dapat membuat perencanaan mengajar yang menitikberatkan pada kurikulum dan materi (course content). Sehingga cara guru menyampaikan isi pembelajaran tersebut dirancangan begitu saja tanpa melihat aspek-aspek yang lainnya. Hingga dampaknya, siswapun merasa jenuh dan kurang semangat untuk belajar. Hal ini pula akan mempengaruhi hasil belajarnya.

Penguatan merupakan umpan balik yang diberikan guru sebagai suatu bentuk penghargaan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan memberi hukuman/ memadamkan perilaku yang tidak diinginkan. Pemberian penguatan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat dilakukan oleh guru ketika pelajaran berlangsung yaitu memberikan pujian ketika siswa menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dengan memberikan penguatan atau penghargaan dapat memberikan pengaruh positif terhadap siswa, karena mendorong para siswa untuk memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau usahanya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah “hadiah” atau “hukuman”. Pemberian hadiah merupakan respon yang positif,


(5)

sedangkan pemberian hukuman adalah respon negatif. Baik hadiah atau pun hukuman, keduanya secara psikologis akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya. Respon positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik terulang kembali atau bertambah. Sedangkan pemberian respon negatif bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik tidak terulang kembali, atau bahkan hilang. Pemberian respon positif dan negatif dalam proses interaksi edukatif disebut “pemberian penguatan”, hal tersebut akan sangat membantu dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mewujudkan kegiatan pendidikan dan pengajaran maka sekolah biasanya menyelenggarakan tes sumatif seperti mid semester pada pertengahan semester yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tingkat pencapaian hasil belajar pendidikan kewarganegaraaan (PKn) pada mid semester genap tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.


(6)

Tabel 1.1 Nilai Mid Semester Genap Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

Kelas

Nilai

Jumlah

siswa Keterangan <75 ≥75

VIII A 23 16 39 Kriteria

ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah adalah 75

VIII B 24 16 40

VIII C 25 15 40

VIII D 21 18 39

Jumlah 93 65 158

Presentase (%) 58,9 41,1 100

Sumber: Daftar nilai mid semester siswa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan semester genap pada guru PKn kelas VIII SMP Negeri I Jatiagung.

Berdasarkan tabel di atas bahwa hasil belajar Kabupaten siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Lampung Selatan TP 2012/2013 dapat dikatakan sebagian besar masih rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, faktor pemicunya antara lain berasal dari dalam diri siswa atau faktor yang berasal dari luar diri siswa. Seperti: minat siswa pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan, motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, pemberian penguatan oleh guru sebagai bentuk perhatian kepada siswa yang dapat membangkitkan semangat untuk belajar, dengan pemberian penguatan dapat membentuk kondisi lingkungan belajar secara kondusif. Faktor yang sangat mempengaruhi adalah pemberian penguatan oleh guru, penguatan oleh guru sebagai bentuk perhatian kepada siswa yang dapat membangkitkan semangat untuk belajar.


(7)

Penguatan memberi pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga dengan siswa. Penguatan dapat memberikan dorongan atau motivasi untuk memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti memberikan hadiah nilai A apabila murid mengerjakan tugas dengan benar. Guru harus lebih memberikan dorongan penuh agar murid lebih mau dan bersemangat dalam belajar.

Berdasarkan wawancara kepada beberapa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung, sebelum mereka diberi penguatan oleh guru sebagai motivasi belajar, mereka tidak semangat belajar dan sangat jenuh dengan cara belajar di kelas. Kondisi seperti ini membuat hasil belajar mereka tidak mencapai standar nilai yang ditentukan. Sedangkan setelah mereka diberi penguatan sebagai motivasi belajar mereka jadi semangat belajar karena merasa diperhatikan oleh guru. Kondisi seperti ini membuat hasil belajar mereka mencapai standar nilai yang ditentukan.

Berdasarkan wawancara kepada Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar dikelas VIII, guru tersebut menyatakan bahwa “sebelum siswa diberi penguatan sebagai motivasi belajar, hasil belajar siswa rendah dan tidak mencapai standar nilai yang ditentukan. Sedangkan setelah siswa diberi penguatan sebagai motivasi belajar, hasil belajar siswa meningkat dan mencapai standar nilai yang ditentukan. Siswa membutuhkan penguatan dalam belajar karena penguatan merupakan penghargaan yang dapat menimbulkan dorongan dan semangat dalam belajar”. Pemberian penguatan untuk memberikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam


(8)

setiap proses pembelajaran. Diharapkan siswa dapat meningkatkan perhatian, menumbuhkan dan mempertahankan motivasi belajar serta menyenangi pelajaran itu sendiri, sehingga hasil belajarnya juga diharapkan dapat meningkat. Maka jika hatinya senang, ia akan lebih bersemangat dalam belajar. Sehingga penting sekali untuk seorang guru memberikan penguatan baik itu penguatan yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif, untuk memberikan motivasi bagi siswa agar dapat semangat dalam belajarnya, sehingga tujuan belajarpun dapat tercapai.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, serta ditinjau dari penguasaan pengetahuan tentang penguatan tentu saja merupakan sumbangan besar bagi guru. Betapa pentingnya pemberian penguatan oleh guru kepada siswa untuk lebih termotivasi dalam meningkatkan hasil belajar merupakan salah satu kekuatan pendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

2. Motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.


(9)

3. Pemberikan penguatan oleh guru sebagai bentuk perhatian kepada siswa yang dapat membangkitkan semangat untuk belajar.

4. Pemberian penguatan dapat membentuk kondisi lingkungan belajar siswa kondusif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, ternyata cukup banyak variabel bebas atau yang mempengaruhi hasil belajar pendidikan kewrganegaraan, untuk penelitian ini dibatasi pada pemberian penguatan oleh guru.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewrganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menguji pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.


(10)

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis kegunaan penelitian ini menerapkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan pada kajian pendidikan kewarganegaraan karena membahas tentang hak dan kewajiban warga negara untuk mendapatkan pengajaran.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk:

a. Memberikan manfaat bagi siapa saja yang berkepentingan, khususnya Guru-guru mata pelajaran di tingkat SMP tentang cara meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

b. Menjadi masukan bagi lembaga tentang pentingnya pemberian penguatan oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

c. Pemberian penguatan oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar dan juga prestasi siswa khususnya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

G. Ruang lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan pada kajian pendidikan kewarganegaraan


(11)

guna meningkatkan hasil belajar dalam rangka melaksanakan hak dan kewajiban mengikuti pengajaran.

2. Ruang lingkup Objek

Ruang lingkup objek dari penelitian ini adalah pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

3. Ruang lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam Penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

4. Ruang lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat pada penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

5. Ruang lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam Penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Tentang Pemberian Penguatan

Penguatan merupakan salah satu dari keterampilan dasar mengajar bagi guru, agar guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat efektif dan efisien. keterampilan dasar mengajar merupakn syarat mutlak agar guru dapat meningkatkan kualitasnya dalam setiap proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wingkel (2008: 168-170) menyatakan bahwa “Beberapa jenis keterampilan mengajar antara lain: (1)keterampilan memberi penguatan, (2)keterampilan menjelaskan, (3)keterampilan bertanya, (4)keterampilan membuka dan menutup pelajaran”. Dalam hal ini keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang memberi dorongan tanggapan atau hadiah bagi siswa agar dalam mengikuti pelajaran merasa dihormati dan dihargai. Penghargaan mempunyai pengaruh yang positif guna mendorong seseorang memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatan dan usahanya. Menurut J.J. Hasibun dan Moedjiono (2009: 45), penguatan adalah “tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku


(13)

tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali”. Moh Uzer Usman (2008: 88) berpendapat bahwa:

Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.

Sedangkan menurut pendapat Kosasi (2002: 2) “penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatakan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Brown G. (1991: 138) “penguatan atau (reinforcement) adalah suatu istilah teknis yang dipakai untuk menyatakan setiap teknik mengurangi atau mengubah tingkah laku”.

Para ahli mengungkapkan berbagai pendapat mengenai penguatan atau (reinforcement). Menurut Sanjaya W. (2009: 35) keterampilan dasar memberikan reinforcement adalah: “Segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi”.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa penguatan adalah umpan balik yang diberikan guru sebagai suatu bentuk penghargaan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan memberi hukuman/ memadamkan perilaku yang tidak diinginkan.


(14)

a. Tujuan Pemberian Penguatan

Menurut Kosasi (2002: 4) penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai empat tujuan yaitu:

(1) Mengingatkan perhatian siswa,

(2) Membangkitkan dan memelihara motivasi siswa, (3) Memudahkan siswa belajar,

(4) Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong, munculnya tingkah laku yang produktif. Sejalan dengan pendapat di atas Djamarah S.B. (2005: 118) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penguatan di dalam kelas adalah untuk:

1. Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif.

2. Memberi motivasi kepada siswa.

3. Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan meningkatkan cara belajar yang produktif.

4. Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belaja.

5. Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.

Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai jika penguatan digunakan sesuai dengan prinsip yang tepat, begitu juga dengan model penggunaannya, sehingga siswa akan termotivasi dengan setiap materi yang diberikan oleh guru. Tujuan yang paling penting untuk dicapai adalah untuk memberikan motivasi kepada siswa karena sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi.


(15)

b. Macam-macam Penguatan

Prinsip memberikan ulangan penguatan menunjukkan pada suatu peningkatan frekuensi respon, jika respon tersebut diikuti dengan konsekuensi tertentu. Konsekuensi yang mengikuti prilaku atau respon harus merupakan satu kesatuan dengan prilaku tersebut. Menurut Mulyono Abdulrahman (1999: 132) ada dua macam penguatan (reinforcement) yaitu: “(1) Positive reinforcement yaitu peristiwa yang muncul setelah suatu respon yang diperlihatkan dan meningkatkan frekuensi prilaku atau respon yang diharapkan. (2) Negative reinforcement yaitu peristiwa hilangnya sesuatu yang tidak menyenangkan setelah respon yang diharapkan ditampilkan”.

Menurut Skinner dalam M. Joko Susilo (2009: 78) penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).

2. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu


(16)

yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.

c. Aplikasi Penguatan

Menurut Djamarah S.B. (2005: 119) “hal yang harus diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru yang harus yakin, bahwa siswa akan menghargainya dan menyadari akan respons yang diberikan guru”. Aplikasi atau pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat:

1. Siswa kurang memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang menjadi tujuan diskusi.

2. Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis.

3. Menyelesaikan hasil kerja (selesai penuh, atau menyelesaikan sebagian).

4. Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu materi).

5. Perbaikan pekerjaan dalam kualitas, hasil atau penampilan. 6. Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan

tertulis).

7. Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).

d. Pola Penguatan

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 101) pola dasar pemberian penguatanadalah:

Pola berkesinambungan dan pola sebagian-sebagian. Penguatan yang berkesinambungan adalah penguatan yang seratus persen dibutuhkan bagi tingkah laku kelas tertentu. Penguatan ini akan tepat, bila diberikan pada saat memulai pelajaran baru tetapi biasanya jarang sekali dapat dilakukan. Penguatan yang


(17)

sebagian-sebagian, adalah penguatan yang diberikan terhadap suatu respons tertentu tetapi tidak keseluruhan.

Pemberian penguatan ini ada yang dapat diperhitungkan dan ada yang tidak dapat diperhitungkan, yang dapat diperhitungkan ialah pemberian penguatan setelah ada respons tertentu atau setelah waktu tertentu. Pada pemberian dengan pola sebagian-sebagian yang tidak dapat diperhitungkan, pemberiannya dilakukan dengan rasio acak tertentu. Pemberian penguatan yang tidak dapat diperhitungkan membuat siswa selalu siap untuk bekerja atau belajar daipada pemberian penguatan yang dapat diperhitungkan.

Guru sebaiknya berhati-hati dalam memilih pola peemberian penguatan terhaddap seorang siswa sebagai individu sebagai anggota kelompok kelas. Pola frekensi pemberian penguatan akan berhubungan dengan kebutuhan individu, kepentingan, tingkah laku, dan kemampuan yang semuanya merupakan prinsip-prinsip yang sangat berarti dalam pendekatan ini.

e. Komponen pemberian penguatan

Dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen ketrampilan yang tepat. Komponen pemberian penguatan menurut Djamarah S.B. (2005: 120-121) adalah sebagai berikut:

1. Penguatan verbal.

Penguatan ini berupa pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa, Misalnya ketika diajukan sebuah pertanyaan kemudian siswa menjawab dengan tepat, maka guru memuji siswa tersebut dengan mengatakan: “bagus!”, “tepat sekali”, dan lain sebagainya, demikian juga ketika jawaban siswa kurang sempurna, guru berkata: “hampir


(18)

tepat..” dan lain sebagainya yang menunjukan bahwa jawaban siswa masih perlu penyempurnaan.

2. Penguatan gestural.

Penguatan ini berhubungan dengan penguatan verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, tingkah laku, pikiran siswa mendapatkan respon dari guru yang dapat berupa mimik yang cerah, tepuk tangan dan sebagainya.

3. Penguatan kegiatan.

Penguatan dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu kaidah atau suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya.

4. Penguatan mendekati.

Penguatan mendekati dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan sentuhan. 5. Penguatan sentuhan.

Penguatan sentuhan terjadi apabila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan dan sebagainya. 6. Penguatan tanda.

Bila guru menggunakan berbagai simbol yang ditujukan kepada siswa untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.

f. Prinsip Penggunaan Penguatan

Empat prinsip yang harus diperhatikan oleh guru menurut Djamarah S.B. (2005: 123-124) prinsip pengunaan tersebut adalah:

1. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkah laku dan hasil belajar guru. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagiam yang tampak dari interaksi guru-siswa.

2. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif

Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa. Namun pemberian itu mamiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya dihindari. Banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya: siswa menjadi frustrasi, menjadi pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan, dan peristiwa akan terulang kembali.

3. Penguatan Bervariasi

Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangatdan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang


(19)

sama, misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi. Mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian kekelompok kecil, akhirnya ke individu, atau sebaliknya dan tidak berurutan.

4. Bermakna

Agar setiap Pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara Pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat, bahwa itu sangat bermanfaat. Sering Pemberian penguatansecara verbal menjadi tidak efektif atau bahkan menjadi salah terhadap seorang siswa, karena guru menggunakan kalimat: “pekerjaanmu bagus”. Siswa menjadi curiga dan bahkan merasa diejek, karena ia sadar pekerjaannya tidak bagus. Akibatnya Pemberian penguatan menjadi tidak bermakna, karena guru kurang hangat dan antusias.

Penguatan pada prinsipnya, selain menggunakan pujian juga menggunakan teguran dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku siswa, tetapi respons negatif yang diberikan guruberupa komentar negatif perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya.

g. Cara Penggunaan penguatan

Penggunaan penguatan menurut Djamarah S.B. (2005:122-123) dapat dilakukan dengan beberapa model atau cara:

1. Penguatankepada seluruh kelompok

Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pada pemberian penguatan untuk individu. penguatan verbal, simbol dan kegiatan yang menyenangkan adalah merupakan komponen penguatan yang dapat digunakan pada seluruh anggota kelompok.

2. Penguatan yang ditunda

Pemberian penguatan dengan menggunakan komponen yang manapun, sebaiknya segera mungkin diberikan kepada siswa setelah melakukan suatu respons. Penundaan penguatan pada umumnya kurang efektif bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. Penundaan tersebut dapat dilakukandengan


(20)

memberi penjelasan atau isyarat verbal, bahwa penghargaan itu ditunda dan aka diberikan kemudian.

3. Penguatanpartial

penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian

atau tidak berkesinambungan, diberikan kepada siswa untuk sebagian dari responnya. Penguatan tersebut digunakan untuk menghindari penguatan negatif dan memberikan kritik.

4. Penguatan perorangan

Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus, misalnya menyebut kemampuan, penampilan, dan nama siswa yang bersangkutan adalah lebih efektif daripada tidak menyebut apa-apa.

2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Pengertian Belajar Hamalik (2008: 27) berpendapat bahwa:

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pelatihan dan pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dan bukan semata-mata hasil yang hendak dicapai. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman sehingga terjadi modifikasi tingkah laku seseorang atau terjadi penguatan pada tingkah laku yang dimiliki sebelumnya.

Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang


(21)

berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dilepaskan berdasarkan atas tanggapan bawaan. Menurut Sardiman (2012: 21), “belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksut belajar berarti usaha mengubah tingkah laku”. Sedangkan menurut Winkel (2005: 59) berpendapat bahwa:

Belajar merupakan suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap yang tidak disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan–keadaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan lingkungan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa sangat mempengaruhi pada pembelajaran karena hasil belajar merupakan akibat dari pembelajaran. Dengan demikian apabila seorang siswa dalam mengikuti pembelajarannya baik maka akan mendapatkan hasil yang baik. Dengan berakhirnya proses belajar, maka siswa memperoleh hasil belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250-251), “Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan


(22)

dari sisi guru”. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Siswa dalam proses belajar dituntut untuk aktif dan memiliki strategi sendiri untuk mendapatkan suatu pengetahuan atau nilai, disini guru menjadi penggerak aktivitas siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran sesuai dengan pendapat Djamarah (2005: 107) menyatakan bahwa: “setiap proses belajar menghasilkan hasil belajar”. Sudjana (2004: 5) menyatakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada individu belajar.

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang dapat dikelompokan dalam beberapa kategori. Teori Taksonomi Blomm hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dikelompokan menjadi 3 domain, yaitu: (1)Kognitif, (2)Afektif, dan (3)Psikomotorik. Masing-masing domain ini dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan. Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut :


(23)

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam bentuk simbol atau nilai. Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor dari luar diri siswa (faktor ekstern) atau faktor lingkungan dua faktor yang mempengaruhi hasil balajar tersebut harus sedemikian rupa diusahakan untuk mempertinggi hasil belajar siswa.

Menurut Slameto (2003: 54-60) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:


(24)

1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi tiga faktor, yakni:

a) Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, meliputi intelegensi, bakat, motif, dan kematangan.

c) Faktor kesiapan (kelelahan), meliputi faktor kelelahan jasmani dan faktor kelelahan rohani.

2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa)

Faktor yang berasala dari luar diri siswa sendiri meliputi tiga faktor, yakni:

a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar yang diterapkan, tugas rumah yang diberikan.

c) Faktor masyarakat, meliputi kesiapan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.


(25)

Djaali (2008: 99) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) a) Kesehatan

b) Intelegensi

c) Minat dan motivasi a) Cara belajar

2. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) a) Keluarga

b) Sekolah c) Masyarakat d) Lingkungan

Gagne menjelaskan prestasi belajar dapat dikelompokan kedalam 5 kategori, yaitu: “(1)keterampilan intelektual, (2)informasi verbal, (3)strategi kognitif, (4)keterampilan motorik, dan (5)sikap. Sementara Bloom dalam Sudjana (1990: 22). mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh siswa yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes pada saat berakhirnya proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat


(26)

Hamalik (2008: 31) bahwa “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, aperssepsi dan keterampilan.”

Menurut Mulyasa (2008: 208-209) penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah:

Penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yag telah terjadi pada diri peerta didik. Pada umunya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) Peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahan atas perilaku yang diinginkan, (2) Mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan apa yang diinginkan. Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentuk kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secaara berkesinambungan untuk mamantau proses, kemajuan, dan perbaiakn hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.

Hasil belajar dapat dibagi menjadi 2 yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak penggiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi atau hasil belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses belajar mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf.


(27)

Tingkatan keberhasilan menurut Djamarah (2005: 107) adalah sebagai berikut:

1. Istimewa atau maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali atau optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3. Baik atau minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oeh siswa.

4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran dan mengenal siswa terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sedang dicapai, siswa akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan pengetahuan dan sikap terhadap pribadi dan perilaku peserta didik. Peserta didik berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda, baik agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Hal ini bertujuan agar warganegara Indonesia menjadi cerdas, terampil, kreatif, dan inovatif serta mempunyai karakter yang khas sebagai bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.


(28)

Menurut Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006: 11), Pendidikan kewarganegaraan merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui:

1) Civic Intellegence

Yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, mupun sosial.

2) Civic Responsibility

Yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

3) Civic Particiption

Yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.

Menurut pendapat S. Sumarsono (2002: 6) “Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara, agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.


(29)

CICED (Center For Indonesian Civic Education) dalam Cholisin (2001: 1) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan adalah:

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses transformasi yang membantu membangun masyarakat yang heterogen menjadi satu kesatuan masyarakat Indonesia, mengembangkan warga negara Indonesia yang memiliki pengetahuan dan kepercayaan terhadap Tuhan, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, berkesadaran hukum, memiliki sensitivitas politik, berpartisipasi politik, dan masyarakat madani (Civic Society).

Salah satu komponen yang masuk kedalam keterampilan kewarganegaraan adalah keterampilan intelektual kewarganegaraan (intellectual skill) yaitu keterampilan yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran kewarganegaraan yang meliputi kajian atau pembahasan tentang negara, warganegara, hubungan antara negara dengan warganegaranya, hak dan kewajiban negara dan warganegara, masalah pemerintahan, hukum, politik, moral, dan sebagainya. Sedangkan keterampilan intelektual mengandung arti keterampilan, kemauan, atau kapabilitas manusia yang menyangkut aspek kognitif, bukan aspek gerakan (psycomotor) fisik atau sikap. Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan serta nilai-nilai kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri, kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan dan berkepribadian.


(30)

Lebih lanjut Nu’man Soemantri (1976: 20) mendefinisikan pendidikan kewarganegraan sebagai berikut:

Pendidikan kewarganegaraan program pendidikan yang yang berinteraksi demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran tidak hanya sekedar menitikberatkan pada pengetahuan (koknitif) saja melainkan juga pada keterampilan (psikomotor) siswa, yaitu berupa keterampilan berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak positif sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

d. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Hasil belajar pendidikan kewarganegaraan adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi Pendidikan Kewarganegaraan setelah mengikuti proses pembelajaran dalam bentuk simbol atau nilai. Dengan selesainya proses belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.


(31)

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek kognitif, afektif, maupun perilaku sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran kewarganegaraan.

Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta didik pada kelompok mata pelajaran kewarganegaraan. Pertama, penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif dan afektif. Informasi hasil belajar yang menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang dinilai. Informasi dalam bentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi dalam aspek kognitif. Sajian dalam bentuk kategorisasi cocok untuk melaporkan aspek afektif.

Kedua, hasil penilaian pendidikan dapat digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi dan melakukan pembinaan dan pembimbingan pribadi peserta didik.

Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk pembinaan prestasi dan pengembangan potensi peserta didik. Misalnya, seorang peserta didik kurang berminat terhadap mata pelajaran


(32)

kewarganegaraan, maka hendaknya diberi motivasi agar ia menjadi lebih berminat.

Keempat, untuk memperoleh data yang lebih dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan perlu digunakan berbagai penilaian yang dilakukan secara berulang dan berkesinambungan.

Untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi lulusan, penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan sikap untuk menilai perkembangan afektif dan (b) ujian, ulangan, dan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

Karakteristik kelompok mata pelajaran kewarganegaraan, maka hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan meliputi:

1) Pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga negara, yaitu aspek kognitif sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.

Ketiga bentuk hasil belajar tersebut berada pada domain yang berbeda. Pemahaman berada pada domain kognitif dan berbagai aspek kepribadian berada pada domain afektif. Perbedaan domain tersebut menuntut perbedaan dalam metode dan cara pengukurannya.


(33)

Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik diselenggarakan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan. Secara khusus, penilaian yang dilakukan oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, menyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Guru kelas atau guru mata pelajaran memiliki tanggung jawab penuh atas terselenggaranya penilaian yang sahih terhadap pencapaian atau prestasi sebagai hasil proses belajar peserta didik.

B.Kerangka Pikir

Pemberian penguatan oleh guru merupakan suatu bentuk respons yang diberikan oleh guru mulai dari dorongan biologis hingga berupa ganjaran untuk dapat merubah perilaku dan mempertahankan perilaku tersebut. Guru sebaiknya berhati-hati dalam memilih pola pemberian penguatan terhadap seorang siswa sebagai individu sebagai anggota kelompok kelas. Pola dan frekuensi pemberian penguatan oleh guru akan berhubungan dengan kebutuhan individu, kepentingan, tingkah laku, dan kemampuan yang semuanya merupakan prinsip-prinsip yang sangat berarti dalam pendekatan ini. Sehingga dengan pemberian penguatan akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini akan meneliti pengaruh Pemberian penguatan oleh guru (X) terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP


(34)

2012/2013 (Y). guna memberikan gambaran yang jelas tentang kerangka pikir ini, akan disajikan dalam gambar paradigma penelitian berikut:

Gambar 1.

Skema Kerangka Pikir Penelitian C. Hipotesis

Menurut Sudjana (2005: 112), ”hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian”.

Rumusan jawaban sementara untuk masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

Pemberian penguatan oleh guru (X)

1. Penguatan Positif 2. Penguatan Negatif

Hasil belajar pendidikan kewarganegaraan (Y)

1. Kognitif 2. Afektif


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan, prosedur hingga teknis pelaksanaan dilapangan. Hal ini dimaksudkan agar dalam penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Persiapan Pengajuan Judul

Langkah awal yang pertama dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi lapangan untuk mendapatkan permasalahan guna pengajuan judul. Setelah menemukan masalah maka peneliti mengajukan dua alternatif judul kepada dosen pembimbing akademik, setelah salah satu judul disetujui, maka pada tanggal 23 November 2013 judul diajukan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada saat itu juga disetujui dan sekaligus menetapkan dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi.


(36)

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah mendapatkan surat izin penelitian pendahulan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung No. 266/UN26/3/PL/2013 maka peneliti mulai melaksanakan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian pendahuluan ini dimaksudkan untuk mengetahui lokasi, dan keadaan tempat penelitian, untuk mendapatkan data-data dan serta gambaran secara umum tentang berbagai masalah yang akan diteliti dalam rangka menyusun proposal penelitian ini yaitu, “Pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013”, yang ditunjang dengan beberapa litelatur serta arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada peneliti.

Hasil penelitian tersebut dibuat menjadi proposal penelitian untuk diseminarkan. Seminar proposal dilakukan pada tanggal 10 April 2013. Tujuan diseminarkan proposal ini adalah untuk mendapatkan masukan-masukan saran dan kritik dari dosen pembimbing dan dosen lainnya serta teman-teman mahasiswa untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Setelah seminar proposal selesai dilaksanakan, peneliti kemudian melakukan perbaikan berdasarkan saran dan masukan dari dosen pembimbing dan dosen pembahas.


(37)

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian diajukan untuk mendapatkan persetujuan, maka dilaksanakanlah seminar proposal setelah malalui proses konsultasi/ bimbingan dan perbaikan-perbaikan proposal dari pembimbing I dan pembimbing II, maka seminar proposal dilaksanakan pada tanggal 10 April 2013, yang bertujuan untuk mendapatkan masukan, saran-saran dan kritik demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Setelah kegiatan seminar proposal, selanjutnya peneliti melakukan perbaikan yang sesuai dengan masukan dan saran-saran pada saat seminar proposal tersebut, dari dosen pembahas II dan dosen pembahas I.

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan alat pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis mempersiapkan angket yang akan diberikan kepada responden yang berjumlah 40 siswa dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item soal dengan 3 (tiga) alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan angket ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal tentang Pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

b. Mengkonsultasikan angket kepada Pembimbing I dan Pembimbing II. c. Setelah angket tersebut disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing


(38)

d. Setelah mendapat persetujuan dari Pembimbinng I dan Pembimbing II, peneliti mengadakan uji coba angket kepada sepuluh orang sebagai responden di luar sampel yang sebenarnya.

5. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian di lapangan dengan membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan Nomor: 2911/UN26/3/PL/2013 setelah mendapat surat pengantar dari Dekan, selanjutnya peneliti mengadakan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 10-13 Mei 2013.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan ex post facto dan survei.

Menurut Nawawi, Martini (1996: 73) “metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya”.

Berdasarkan jenis masalahnya maka digunakan pendekatan ex post facto dan survei. Menurut Sugiono (2004: 7) ”penelitian dengan pendekatan ex post facto merupakan penelitian yang meneliti peristiwa yang telah terjadi dengan menurut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut”. Sedangkan pendekatan survey menurut Nawawi, Martini (1996: 75) ”survey bersifat menyeluruh dan meluas dalam mengungkapkan


(39)

masalahnya, tanpa mengkhususkan perhatiannya pada gejala atau aspek tertentu di dalamnya”.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiono (2004: 72) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013 sebanyak 4 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 158 siswa.

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa

1 VIII A 18 21 39

2 VIII B 15 25 40

3 VIII C 20 20 40

4 VIII D 16 23 39

Jumlah 69 89 158

Sumber: Tata usaha SMP Negeri 1 Jati Agung D. Tekhnik Sampling

Apabila subjek kurang dari seratus, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian tersebut menjadi penelitian populasi. Selanjutnya bila jumlah subjek


(40)

penelitian lebih besar dari seratus maka diambil antara 10%-15% atau 20%-25%. (Suharsimi Arikunto, 1986: 107)

Mengingat keadaan populasi, maka sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sampel dari beberapa populasi, yaitu diambil 25% dari masing-masing kelas yang menjadi sampel.

wa xJumlahSis R

100 25

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2011/2012

No Kelas Jumlah Sampel

1 VIII A 39 10

2 VIII B 40 10

3 VIII C 40 10

4 VIII D 39 10

Jumlah 158 40

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013 sebanyak 4 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 158 siswa. Sampel diambil 25% dari populasi yaitu 40 orang.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Variabel Independent)


(41)

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Yaitu hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIII (Y) F. Definisi Konseptual Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual Variabel

Definisi konseptual diperlukan dalam penelitian karena definisi itu akan mempertegas masalah apa yang akan diteliti. Dalam penelitian ini membahas sebagai berikut:

1) Pemberian penguatan adalah umpan balik yang diberikan guru sebagai suatu bentuk penghargaan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan memberi hukuman/ memadamkan perilaku yang tidak diinginkan.

2) Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam bentuk simbol atau nilai. 2. Definisi Operasional Variabel

Definisi konseptual variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Pemberian penguatan oleh guru

Pemberian penguatan oleh guru dalam penelitian ini adalah penilaian siswa terhadap guru dalam memberikan rangsangan atau semacam penghargaan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan memberi hukuman/ memadamkan perilaku yang tidak diinginkan. Indikator-indikator yang dapat mengukur Pemberian penguatan yaitu: a. Penguatan Positif


(42)

2) Hasil belajar pendidikan kewarganegaraan

Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pendidikan kewarganegaraan setelah mengikuti proses pembelajaran dalam bentuk simbol atau nilai, dengan kriteria:

a. Kognitif b. Afektif

G. Rencana Pengukuran Varibel

1. Pemberian penguatan pengukurannya dilakukan melalui

skor yang berskala 3 nilai pengukuran efektif, cukup efektif dan kurang efektif melalui indikator yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. 2. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan diukur melalui skor yang

berskala 3 nilai pengukuran yaitu tinggi, sedang, rendah melalui indikator yaitu kognitif dan afektif.

Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dalam bentuk sikap diukur dengan menggunakan tes sikap dengan skala guttman, dimana responden diminta mengisi angket yang berisi pertanyaan dan pernyataan yang telah disediakan alternatif jawaban sehingga responden hanya perlu memilih jawaban yang tersedia.


(43)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Teknik Pokok

a. Angket/ Kuesioner

Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pemberian penguatan dan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Skala pengukuran untuk data ini adalah interval sehingga kuesioner yang digunakan berbentuk semantic differential.

Angket dalam penelitian ini dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis. Dalam setiap tes memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing mempunyai bobot atau skor nilai yang berbeda. Menurut Mohammad Natsir (1999:404) “skor yang diberikan adalah: a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberikan skor 3

b. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberikan skor 2

c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberikan skor 1 b. Tes Sikap

Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dalam bentuk sikap diukur dengan menggunakan tes sikap dengan skala guttman, dimana responden diminta mengisi angket yang berisi pertanyaan dan


(44)

pernyataan yang telah disediakan alternatif jawaban sehingga responden hanya perlu memilih jawaban yang tersedia

2. Teknik Penunjang

a. Observasi

Yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek/ orang, benda atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Dalam hal ini peneliti tidak melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang diamati.

b. Teknik Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dengan menyusun daftar pertanyaan terlebih dahulu kemudian baru dilakukan wawancara dengan responden mengenai masalah yang diteliti yaitu pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan jumlah siswa, nilai mid semester siswa dan keadaan SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.


(45)

I. Pelaksanaan Uji Coba Angket

1. Analisis Validitas Angket

Untuk mengatasi uji validitas angket diadakan melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator variabel yang disesuaikan dengan maksud dan isi butir soal yang dilakukan melalui korelasi angket dengan berkonsultasi kepada pembimbing.

Guna mengetahui validitas angket, penulis melakukan konsultasi kepada beberapa dosen khususnya dan terutama dengan dosen pembimbing I dan pembimbing II setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengukur data ini.

2. Uji Reliabilitas

Sebuah alat ukur akan dapat dinyatakan baik apabila mempunyai reliabilitas yang baik pula, yaitu ketepatan suatu alat ukur. Hal ini dimaksudkan bahwa ketepatan alat ukur ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mengetahui reliabilitas angket yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mengadakan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden. Pengolahan data tentang uji coba angket ini digunakan rumus Product Moment, yang kemudian dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 170) “Uji reliabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat


(46)

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya”.

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam upaya untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengadakan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden di SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan di luar responden sebenarnya.

b. Dari hasil uji coba angket tersebut dikelompokkan ke dalam item ganjil dan item genap.

c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product Moment, yaitu:

Tabel 3.3 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Soal Kelompok Ganjil (X)

No Resp

Nomor Item Soal Kelompok Ganjil (X) Skor 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

1 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 26

2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 27

3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 22

4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 1 24

5 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 25

6 3 3 1 1 2 3 2 3 1 3 22

7 3 1 1 1 2 3 2 3 1 3 20

8 2 1 3 1 2 1 2 1 3 2 18

9 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 24

10 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 27


(47)

Tabel 4 menjelaskan distribusi hasil uji coba angket dari 10 responden di luar sampel untuk item soal kelompok ganjil (X). Dapat diketahui jumlah skor yang diperoleh cukup bervariasi.

Tabel 3.4 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari 10 Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Soal Kelompok Genap (Y) No

Resp

Nomor Item Soal Kelompok Genap (Y) Skor 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 23

2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 3 22

3 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 19

4 3 2 3 2 1 3 3 2 3 3 25

5 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 23

6 3 1 3 3 2 3 2 3 2 2 24

7 3 1 2 2 3 1 2 3 2 3 22

8 1 1 2 2 2 3 2 1 3 3 20

9 2 2 1 2 1 3 2 2 2 3 20

10 3 1 3 3 2 3 1 2 2 3 23

Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Tahun 2013

Tabel 5 menjelaskan tentang distribusi hasil uji coba angket dari 10 orang responden di luar sampel untuk item soal kelompok genap (Y). Dengan jumlah soal sebanyak 20 pertanyaan yang terdiri dari tiga indikator. Selanjutnya hasil pengolahan masing-masing nomor item soal kelompok ganjil dan item soal kelompok genap didistribusikan ke dalam tabel kerja untuk memudahkan analisis data bagi peneliti. Data tersebut didistribusikan pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 3.5 Distribusi Antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) dan Item Soal Kelompok Genap (Y)

No Resp X Y X2 Y2 XY

1 26 23 676 529 598

2 27 22 729 484 594

3 22 19 484 361 418

4 24 25 576 625 600


(48)

6 22 24 484 576 528

7 20 22 400 484 440

8 18 20 324 400 360

9 24 20 576 400 480

10 27 23 729 529 621

Jumlah 235 221 5603 4917 5214

Sumber: Analisis Data Hasil Uji Coba Angket Tahun 2013 Dari tabel di atas, dapat diketahui:

X = 235 Y = 221 X2 = 5603 Y2 = 4917 XY = 5214

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka untuk mengetahui reliabilitas, selanjutnya dikorelasikan dan diolah dengan rumus Product Moment sebagai berikut:

  

 

 

                   

N y Y N x x N y x XY rXY 2 2 2 2

  

 

 

             10 221 -4917 10 235 -5603 10 221 235 -5214 2 2 XY r              10 48841 -4917 10 55225 -5603 10 51935 -5214 XY r


(49)

5603 5522,5



4917 4884.1

5 , 5193 5214     XY r

  

80,5 32,9 5 , 20  XY r 45 , 2648 5 , 20  XY r 46 , 51 5 , 20  XY r 39 , 0  XY r

Langkah selanjutnya adalah mencari realiabilitas alat ukur ini maka dilanjutkan dengan penggunaan rumus Spearman Brown agar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut:

 

gg gg XY r r r   1 2

39 , 0 1 39 , 0 2   XY r 39 , 1 78 , 0  XY r 56 , 0  XY r

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, kemudian peneliti mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas menurut Manase Malo (1989:139) sebagai berikut:

0, 90 – 1,00 = reliabilitas tinggi. 0,50 – 0, 89 = reliabilitas sedang. 0,00 – 0, 49 = reliabilitas rendah.


(50)

Hasil analisis yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa item pertanyan mengenai Pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013 menunjukkan angka koefisien reliabilitas 0,56, korelasi tersebut termasuk korelasi sedang. Berdasarkan reliabilitas di atas, maka angket tersebut dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian selanjutnya.

J. Tekhnik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka dalam kalimat secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2005: 39) yaitu:

I =

K NR NT

Dimana: I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

Penelitian ini menggunakan suatu analisis deskriptif dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat, yaitu: (Sudjana, 1996: 280)


(51)

ij ij ij B j i K L J

E

E

O

x

2

2



 

Keterangan:

2

x = Chi Kuadrat

B

j i

= Jumlah baris

K

L J

= Jumlah kolom

ij

O = Banyak data yang diharapkan terjadi

ij

E = Banyak data hasil pengamatan

Dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika 2

x hitung lebih besar atau 2

x tabel dengan taraf signifikan 5% maka hipotesis diterima

b. Jika 2

x hitung lebih kecil atau 2

x tabel dengan taraf signifikan 5% maka hipotesis ditolak

Selanjutnya data diuji dengan rumus koefisien kontingensi, hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian penguatan terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.


(52)

Keterangan:

C = Koefisien kontingensi

2

x = Chi kuadrat

n = Jumlah sampel. (Sudjana, dalam Wulandari, 2009: 49)

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajad asosiasi faktor-faktor maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sutrisno Hadi, 2005:317)

Cmaks

m m1 

Keterangan:

Cmaks = koefisien kontingensi maksimum

m = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria uji pengaruh makin dekat harga C maksimum maka makin besar derajad asosiasi antar faktor. (Sutrisno Hadi, 1989: 317)

klasifikasi atau pengkategorian : 0,55 – 0,81 = kategori tinggi 0,28 – 0,54 = kategori sedang 0,00 – 0,27 = kategori rendah


(53)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: ada pengaruh yang signifikan antara pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

Hasil analisis data diketahui bahwa untuk tingkat keeratan pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung memiliki pengaruh yang cukup kuat. Sehingga dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian penguatan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

B. Saran

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

1. Bagi Guru, untuk lebih meningkatkan pemberian penguatan kepada siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, baik itu penguatan positif (berupa hadiah atau penghargaan) maupun penguatan negatif (menunda/ tidak


(54)

memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang). Agar peserta didik termotivasi untuk lebih bersemangat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi orang tua, diharapkan untuk lebih memperhatikan dan memotivasi belajar anak di rumah. Orang tua juga diharapkan memberikan fasilitas yang memadai untuk belajar anak, agar anak lebih bersemangat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar anak. 3. Bagi para siswa, rajinlah belajar dan bersikap baik dalam proses

pembelajaran serta kembangkanlah bakat sesuai dengan minat dan bakat yang siswa miliki, sehingga para siswa bisa menekuni dan mengembangkan bakat yang dimiliki dikemudian hari dan memiliki masa depan yang cerah, harus tetap bersemangat untuk menuju gerbang kesuksesan dan yakin bahwa suatu hari kalian bisa meraih cita-cita yang kalian impikan.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta. Jakarta.

________________. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Cholisin. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. LKS.

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Perkembangan PKn Pasca KBK dan Praktik Pembelajarannya. Depdiknas. Gorontalo.

Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif.

Rinika Cipta. Jakarta. Halaman 117.

Fared, Cangara. 2002. Pengantar Ilmun Komunikasi. Grafindo Persada. Jakarta. Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Reserch. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi

UGM. Yogyakarta.

Hamalik. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamzah B, Uno. 2009. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasan, Ch. 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Al- Ikhlas. Surabaya. J. J Hasibuan dan Moedjiono, 2009. Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Kosasih A Jahiri. 2002. Pengajar Studi Sosial/IPS. LPPS IPS IKIP. Bandung. Mallo, Manase. 1985. Metode Penelitian Ilmiah. Rajawali Kurnia. Jakarta.

Moh Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.


(56)

Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus besar bahasa indonesia: edisi ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2009. PTK. Kencana Renada Media Group. Jakarta.

Sardiman AM. 2012. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Soemantri, N. 1976. Metode Mengajar civics. Erlangga: Jakarta. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

_______. 2005. Metodologi pendidikan. Tarsito: Bandung.

Sugiono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Susilo, M. Joko. 2009. Sukses Dengan Gaya Belajar. Pinus. Yogyakarta

Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.


(1)

ij ij ij B j i K L J

E

E

O

x

2

2



 

Keterangan:

2

x = Chi Kuadrat

B

j i

= Jumlah baris

K

L J

= Jumlah kolom

ij

O = Banyak data yang diharapkan terjadi

ij

E = Banyak data hasil pengamatan

Dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika 2

x hitung lebih besar atau 2

x tabel dengan taraf signifikan 5% maka

hipotesis diterima b. Jika 2

x hitung lebih kecil atau 2

x tabel dengan taraf signifikan 5% maka

hipotesis ditolak

Selanjutnya data diuji dengan rumus koefisien kontingensi, hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian penguatan terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.


(2)

51

Keterangan:

C = Koefisien kontingensi

2

x = Chi kuadrat

n = Jumlah sampel. (Sudjana, dalam Wulandari, 2009: 49)

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajad asosiasi faktor-faktor maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Sutrisno Hadi, 2005:317)

Cmaks

m m1

 Keterangan:

Cmaks = koefisien kontingensi maksimum

m = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan kriteria uji pengaruh makin dekat harga C maksimum maka makin besar derajad asosiasi antar faktor. (Sutrisno Hadi, 1989: 317)

klasifikasi atau pengkategorian : 0,55 – 0,81 = kategori tinggi 0,28 – 0,54 = kategori sedang 0,00 – 0,27 = kategori rendah


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: ada pengaruh yang signifikan antara pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan TP 2012/2013.

Hasil analisis data diketahui bahwa untuk tingkat keeratan pengaruh pemberian penguatan oleh guru terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jati Agung memiliki pengaruh yang cukup kuat. Sehingga dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian penguatan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

B. Saran

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

1. Bagi Guru, untuk lebih meningkatkan pemberian penguatan kepada siswa

dalam proses pembelajaran di sekolah, baik itu penguatan positif (berupa hadiah atau penghargaan) maupun penguatan negatif (menunda/ tidak


(4)

82

memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang). Agar peserta didik termotivasi untuk lebih bersemangat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi orang tua, diharapkan untuk lebih memperhatikan dan memotivasi belajar anak di rumah. Orang tua juga diharapkan memberikan fasilitas yang memadai untuk belajar anak, agar anak lebih bersemangat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar anak.

3. Bagi para siswa, rajinlah belajar dan bersikap baik dalam proses pembelajaran serta kembangkanlah bakat sesuai dengan minat dan bakat yang siswa miliki, sehingga para siswa bisa menekuni dan mengembangkan bakat yang dimiliki dikemudian hari dan memiliki masa depan yang cerah, harus tetap bersemangat untuk menuju gerbang kesuksesan dan yakin bahwa suatu hari kalian bisa meraih cita-cita yang kalian impikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Rineka Cipta. Jakarta.

________________. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Jakarta.

Cholisin. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. LKS.

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006.

Perkembangan PKn Pasca KBK dan Praktik Pembelajarannya. Depdiknas. Gorontalo.

Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif.

Rinika Cipta. Jakarta. Halaman 117.

Fared, Cangara. 2002. Pengantar Ilmun Komunikasi. Grafindo Persada. Jakarta. Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Reserch. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi

UGM. Yogyakarta.

Hamalik. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamzah B, Uno. 2009. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasan, Ch. 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Al- Ikhlas. Surabaya. J. J Hasibuan dan Moedjiono, 2009. Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Kosasih A Jahiri. 2002. Pengajar Studi Sosial/IPS. LPPS IPS IKIP. Bandung. Mallo, Manase. 1985. Metode Penelitian Ilmiah. Rajawali Kurnia. Jakarta.

Moh Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.


(6)

Press. Eggen, P.D. dan Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teacher: Teaching Content and Thinking Skill. Allyn & Bacon. United States of America.

Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus besar bahasa indonesia: edisi ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2009. PTK. Kencana Renada Media Group. Jakarta.

Sardiman AM. 2012. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Soemantri, N. 1976. Metode Mengajar civics. Erlangga: Jakarta. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

_______. 2005. Metodologi pendidikan. Tarsito: Bandung.

Sugiono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Susilo, M. Joko. 2009. Sukses Dengan Gaya Belajar. Pinus. Yogyakarta

Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 28 79

PENGARUH KARAKTERISTIK GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS XI SMA NEGERI 2 GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TP 2012/2013

2 31 84

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP NEGERI 1 PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 67

PENGARUH BUDAYA MEMBACA DAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 79

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 BUMI AGUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 90

PERANAN GURU DALAM MENANAMKAN NILAI KEJUJURAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATI AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 22 62

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2012/2013

0 8 56

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 71 68

PENGARUH LATIHAN OUTBOND DENGAN PERMAINAN SEPAKBOLA TERHADAP PENINGKATAN KOHESIVITAS KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN

1 12 65