Universitas Sumatera Utara
Obesitas tingkat 3 ≥ 40,0
Sumber : WHO 2000 dalam Gibson 2005
2.2.5. Penilaian Indeks Massa Tubuh Anak
Indeks Massa Tubuh IMT adalah jumlah yang dihitung dari berat dan tinggi badan anak. IMT dapat merupakan suatu indikator yang dapat menilai kegemukan
tubuh bagi sebagian besar anak-anak dan remaja CDC, 2011. Setelah IMT dihitung, hasil IMT diplot pada grafik CDC-IMT ataupun kurva
WHO sesuai usia baik anak perempuan atau anak laki-laki untuk mendapatkan peringkat persentil. Persentil adalah indikator yang paling umum digunakan untuk
menilai ukuran dan pertumbuhan pola masing-masing anak di Amerika Serikat. Persentil menunjukkan posisi relatif dari hasil IMT anak antara anak-anak dari
jenis kelamin dan usia yang sama. Grafik pertumbuhan menunjukkan kategori status berat badan digunakan dengan anak-anak dan remaja underweight, berat
badan yang sehat, kelebihan berat badan, dan obesitas. Kurva CDC dan WHO terdapat pada lampiran.
Berikut ini merupakan kategori IMT berdasarkan usia: a. Kurva CDC
5
th
persentil : Underweight
5
th
persentil - 85
th
persentil : Normal Gizi Baik
85
th
persentil - 95
th
persentil : Overweight
= 95
th
persentil : Obesitas
b. Kurva WHO 5
th
persentil : Underweight
5
th
persentil - 85
th
persentil : Normal Gizi Baik
85
th
persentil - 95
th
persentil : Overweight
= 95
th
persentil : Obesitas
Universitas Sumatera Utara
Nilai z-score untuk kurva WHO: -3SD
: Gizi buruk Kurus sekali
-2SD sd -3SD :
Gizi kurang Kurus -2SD sd +2SD
: Gizi baik Normal
+2SD :
Gizi lebih Gemuk
2.2.6. Status Gizi Pada Anak PJB
Dukungan nutrisi untuk bayi dan anak-anak dengan PJB mencakup berbagai topik dari perawatan akut pada masa bayi hingga perawatan kronis di masa kanak-
kanak. Besarnya pengaruh cacat jantung pada pertumbuhan, perkembangan, dan status gizi tergantung pada lesi tertentu dan beratnya. malnutrisi dan hambatan
pertumbuhan yang umum di seluruh dunia pada bayi dan anak-anak dengan PJB Wessel and Samour, 2005.
Sudah menjadi pandangan umum bahwa anak-anak dengan penyakit jantung bawaan seringkali kecil dan kekurangan gizi. Kegagalan untuk
berkembang tampaknya menjadi tampilan umum dari anak-anak dengan penyakit jantung bawaan. Ada tiga kemungkinan penjelasan untuk temuan
ini Mitchell, 1994 : 1. Tidak cukupnya pasokan makanan. Ini mungkin ini tidak akan
memberikan pengaruh terhadap kegagalan pertumbuhan dalam masyarakat modern dengan ketersediannya pelayanan sosial.
Kebanyakan orang tua yang menyadari perkembangan buruk dari anak mereka sangat termotivasi untuk membantu.
2. Malabsorbsi atau kesulitan makan, contohnya berasal dari rasa kelelahan dan sesak napas, dapat membatasi asupan makanannya.
3. Hipermetabolisme. Meskipun kemungkinan adanya hipoksia jaringan, anak dengan PJB relatif terjadi hipermetabolisme dan
menunjukkan kegagalan pertumbuhan apabila asupan nutrisi tidak meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan Mitchell,
1994.
Universitas Sumatera Utara
Alasan lainnya, peningkatan metabolisme dapat disebabkan oleh kebutuhan jaringan spesifik seperti jaringan hematopoietik, otot
jantung dan otot respirasi. Polisitemia dapat terjadi oleh karena mekanisme adaptasi pada hipoksia kronis dan asidosis.
Peningkatan Respiratory Rate membutuhan pengeluaran energi yang ekstra untuk menyediakan kebutuhan energi. Hipertrofi otot
jantung menggunakan 20-30 total konsumsi oksigen tubuh, yang biasanya hanya meggunakan sebesar 10 pada jantung yang
normal Forchielli et al, 1994 dikutip oleh Edwina 2012. Faktor yang dapat menyebabkan gagal tumbuh pada bayi dan anak
dengan PJB Wessel and Samour, 2005 : 1. Lesi di kardiak
Sianotik : Dapat mengurangi berat badan dan tinggi badan Asianotik
Obstruktif: pertumbuhan linier mempengaruhi lebih dari berat badan
Left to right shunt : mengurangi berat badan lebih dari tinggi badan dalam tahap awal, berat badan kurang dari anak-anak
sianotik, pirau yang besar mempengaruhi kompartemen cairan tubuh
2. Asupan energi yang tidak cukup: asupan energi mungkin rata-rata hanya 80-90 dari anak-anak tanpa PJB.
Penurunan energi untuk makan : bersemangat pada saat akan makan tetapi cepat lelah dan tidak dapat menyelesaikan makan.
Anoreksia, cepat kenyang terlihat pada anak : asupan makan sangat sedikit
3. Peningkatan metabolisme : meningkatkan pengeluaran energi untuk bayi dan peningkatan 36 pada tingkat metabolisme yang
diamati pada anak dengan PJB. 4. Dismotilitas dan malabsorbsi
Universitas Sumatera Utara
Perlambatan pengosongan lambung : Rasa cepat kenyang, peningkatan potensial refluks gastroesophageal.
5. Faktor prenatal Trisomy 21 Sindrom Down : keterlambatan pertumbuhan
postnatal dapat merupakan karakteristik dari sindrom tersebut.
Universitas Sumatera Utara BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep