Faktor Penyebab Ketunanetraan Karakteristik Anak Tunanetra 1. Tunanetra
21
b Kemampuan Berpindah Tempat Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa dalam
lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan tersebut mengakibatkan kesulitan dalam memperoleh
pengalaman dan juga berpengaruh dalam hubungan sosial. c Interaksi dengan Lingkungan
Keterampilan mobilitas yang dimiliki anak tunanetra hanya dapat memberikan gambaran tentang lingkungan yang tidak utuh. Anak tunanetra hanya
dapat memahami letak posisi suatu tempat atau benda, tetapi kesulitan dalam memahami situasi kondisi lingkungan tersebut.
2 Karakteristik Akademik Dampak ketunanetraan tidak hanya terhadap perkembangan kognitif,
tetapi juga berpengaruh pada perkembangan keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis. Adanya asesmen dan pembelajaran yang
sesuai, anak tunanetra tanpa kecacatan tambahan dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulisnya seperti teman-teman lain yang dapat
melihat. 3 Karakteristik Sosial dan Emosional
Perilaku sosial secara tipikal dikembangkan melalui observasi terhadap kebiasaan dan kejadian sosial serta menirunya.
Tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar maupun pengamatan dan menirukan. Selain itu, siswa
tunanetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan perilaku yang benar. Akibat dari ketunanetraannya yang berpengaruh terhadap keterampilan sosial,
22
siswa tunanetra harus mendapatkan pembelajaran yang langsung dan sistematis dalam bidang pengembangan persahabatan, menjaga kontak mata atau orientasi
wajah, penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah dengan benar, mengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan
yang tepat pada waktu melakukan komunikasi, serta menggunakan alat bantu yang tepat.
4 Karakteristik Perilaku Siswa
tunanetra sering menunjukkan perilaku streotif, sehingga menunjukkan perilaku yang tidak semestinya. Sebagai contoh, mereka sering
menekan matanya, membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau berputar-putar. Hal itu mungkin terjadi sebagai akibat dari
tidak adanya rangsangan sensor, terbatasnya aktivitas dan gerak di dalam lingkungan, serta keterbatasan sosial.