STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI METODE DISKUSI DAN TEKNIK COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS VIII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI METODE DISKUSI DAN TEKNIK COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS VIII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Nurhayati

Yang melatarbelakangi masalah dalam penelitian ini adalah pendidikan, masalah utama dalam pendidikan pada penelitian ini adalah mutu proses dan hasil belajar IPS Terpadu masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan guru untuk menggunakan model atau metode pembelajaran yang bervariasi. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara penggunaan Metode Diskusi dan Teknik Cooperative Script terhadap hasil belajar siswa dan untuk mengetahui perbedaan efektifitas

penggunaan Metode diskusi dan Teknik Cooperative Script pada mata pelajaran IPS Terpadu Siswa kelas VIII MTS Alfatah Natar Lampung Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel, dengan kata lain jumlah sampel sebanyak 4 kelas dengan total jumlah siswa sebanyak 87 siswa. Dua kelas diperlakukan sebagai kelas eksperimen (VIII A dan VIII D) dan dua kelas lagi diperlakukan sebagai kelas kontrol (VIII B dan VIII D). Alat pengumpul data berupa tes prestasi belajar yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 45 item yang diberikan kepada siswa di awal dan di akhir pembelajaran. Pengujian hipotesis menggunakan rumus T-test dan rumus Efektivitas N-Gains Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan Metode Diskusi dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan Teknik Cooperative Script pada mata pelajaran IPS Terpadu. (2) Terdapat perbedaan model

pembelajaran yang lebih efektifitas antara Metode Diskusi dan Teknik Cooperative Script pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII MTS Alfatah Natar Lampung Selatan.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 April 1992 dengan nama lengkap Nurhayati. Penulis merupakan putri keempat dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Drs. Yahman dan Ibu Maryati.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu :

1. TK Tut Wuri Handayani diselesaikan pada tahun 1999 2. SD Negeri 7 Merak Batin diselesaikan pada tahun 2004 3. SMP Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2007 4. MA Alfatah Natar diselesaikan pada tahun 2010

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada januari 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jakarta–Semarang–Solo–Bali–Yogyakarta–Bandung. Pada bulan Juli s.d September, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja

Nyata-Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Tanjung Jati, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.


(7)

MOTO

“Man jadda wa jada”

(siapa yang bersungguh-sungguh, dialah yang akan berhasil)

(pepatah Arab)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka

apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah

dengan sungguh urusan yang lain”

(Al-Insyirah, 6-7)

“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta

taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa”

(Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat

mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (Kesulitan), jika

Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah)

(Hadits riwayat Ibnu Hibban)

“jangan Takut dengan kesalahan. Kebijaksanaan biasanya

lahir dari kesalahan”

(Paul Galvin)

Jadilah diri sendiri dan jangan pernah menjadi orang lain

meskipun mer

eka tampak lebih baik dari anda”

Be The Best But

Don’t Feel The Best


(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan cinta yang tak

terhingga, terimakasih atas berjuta kesempatan untuk selalu mensyukuri

nikmatMu yang tak terhingga sampai terselesaikannya karya kecil dari

usahaku selama ini

Kupersembahkan dengan tulus kepada

To the wisest man on eart Abah tersayang Drs.yahman

Yang telah berjuang keras selama ini. Terimakasih atas semangat cinta dan

perjuangan serta kesabaran yang begitu berharga

To the prettiest in the whole wide world Mami tercinta Maryati

Atas berjuta kasih dan sayang serta semangat yang kau berikan semoga ananda

mampu mengukir senyum bahagia diwajah penuh

kasihmu

Kakak-kakakku Nur Ikhwan Abadi, Nurhabibi, dan Nurhadis. Kakak-kakak

iparku Siti Muthmainnah, Ertika Urie, dan Triska Retno Wulandari. Serta

keponakanku tercinta Alghazi, Jasmine, Jinan, Hasbi, dan Fatih

Terimakasih untuk kecerian, nasihat dan cinta kasih selama ini semoga kelak

menjadi kebanggan untuk keluarga

Keluarga besar yang selalu memberi semangat, mendoakan dan memotivasi

demi keberhasilanku

Sahabat-sahabat yang kubanggakan

Para pendidik yang kuhormati

Almamater tercinta Universitas Lampung


(9)

SANWACANA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

hidayah, petunjuk, dan kemudahannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Ips Terpadu Melalui Metode

Diskusi dan Teknik Cooperative Script Pada Siswa Kelas VIII Mts Alfatah Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu


(10)

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Unila dan selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Drs. I Komang Winatha, M.Si., selaku Pembimbing 1dan Pembimbing

Akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan, dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Penguji atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10.Bapak Sunajaya, S.Pd.I., selaku Kepala Sekolah MTS Alfatah Natar dan Bapak/Ibu guru yang telah membantu mengumpulkan data penelitian. 11.Bapak Vidi Yunivan. S.Pd., selaku guru mitra mata pelajaran IPS Terpadu di

MTS Alfatah Natar, terima kasih atas bimbingan, nasehat, motivasi dan informasi yang bermanfaat serta kesediaan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian ini sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan sangat baik. 12.Siswa-siswi MTS Alfatah Natar, terimakasih atas kerjasama dan kekompakannya

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Abah dan Mami, beriburibu kata „terimakasih karena telah mendoakanku dalam pengharapan-pengharapan yang pasti. Kesabaran, senyuman, motivasi, air mata, tenaga dan pikiran tercurah disetiap perjuangan dan do‟amu menjadi kunci


(11)

14.Kaka-kakakku Nur Ikhwan abadi, Nurhabibi, dan Nurhadis, serta iparku Siti Muthmainnah, Ertika Urie, dan Triska Retno Wulandari tercinta dan tersayang terima kasih untuk dukungan, do‟a, materi senyum canda dan tawa yang kalian berikan kepadaku ketika aku lelah dan mulai putus asa, terima kasih karena telah menjagaku sepanjang umur ini.

15.Keponakan-keponakanku Fattah Qudduus Al ghazi, Anbar Jasmine Al fitria, Azra Jinan Al humaira, Muhammad Daud Al hasby, dan Muhammad Sulthan Al fatih dengan senyum dan canda kalian yang selalu meredam rasa letihku,

menghilangkan lelah disetiap gelak tawanya, serta bayi kecil terlucu Muhammad Wildan Habibi yang belum sempat menikmati pelukan hangat abi dan umi semoga kau tenang di JannahNya. Aamiin.

16.JANS (Selvita, Ajeng, Jenny) terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik, terimakasih untuk kebersamaan, keceriaan, dukungan, dan kasih sayang serta persaudaraan yang kalian berikan. Terlalu banyak hal indah yang telah kita ciptakan, semoga kelak persahabatan ini abadi selamanya.

17.Teman-teman Economy Education 2010 ganjil (Novia, Leni, Tendy, Purwati, Fitri, Astika, Chindy, Ditha, Eva, Rie, Ica, Kus, Ali, Jajat, Hardian ) serta genap (Nuy, Kiki, Pemi, Eka Sri Rosyanti, Anggi, Amel, Dwi Rahmawati, Nida, Renita, Riza, Renni ) serta teman-teman 2010 ganjil maupun genap yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan seperjuangannya selama di kampus tercinta ini.


(12)

18.Teman-teman KKN PPL di SMP Negeri 1 Pesisir Selatan terimakasih untuk kebersamaannya. Terima kasih telah memberikan banyak pengalaman dan kebahagiaan.

19.Om Herdi dan kakak tingkat 2008 - 2009 khususnya kak Wardani terima kasih atas semua masukan dan informasi yang telah kalian berikan dalam penyelesaian skripsi ini serta adik tingkat 2011, 2012, dan 2013.

20.NEREE (Esa, Ririn, Erlin, dan Eva) serta sahabat dan saudara kecilku (Tika, Beti, Resta, dan Pipi) terima kasih telah menjadi penasihat terbaik yang kumiliki. 21.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas dukungan dan

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do‟a yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, 27 Juni 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil Mid Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Terpadu siswa

kelas VIII MTS Alfatah Natar Lampung Selatan TP 2013/2014 .... 5

2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 40

3. Indikator Masing-masing Variabel ... 60

4. Tingkatan Nilai Reabilitas ... 64

5. Kriteria Indeks Gain ... 70

6. Pergantian kepala MTs Alfatah Natar Lampung Selatan ... 75

7. Fasilitas / Sarana Prasarana MTs Al Fatah ... 77

8. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 82

9. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Mata pelajaran IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 84

10.Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test (Tahap Akhir) Kelas Eksperimen ... 86

11.Distribusi Frekuensi Hasil Post-Test (Tahap Akhir) Kelas Kontrol 88 12.Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 89

13.Hasil Uji Homogenitas Varian pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90

14.Peningkatan Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Pemikiran ... 46 2. Desain Penelitian Eksperimen ... 52


(15)

1. PENDAHULUAN

Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Adapun pembahasan secara lebih rinci ditunjuk pada bagian-bagian berikut ini.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik fisik, mental, maupun spiritual. Mutu pendidikan haruslah ditingkatkan dengan cara memperbaiki pembelajaran lebih demokratis agar siswa lebih aktif dan mencapai prestasi yang baik, yang kemudian bekal ilmu tersebut dapat dipergunakan untuk mengembangkan potensinya.Rendahnya mutu proses pemahaman dan hasil pembelajaran merupakan beberapa persoalan pendidikan yang dihadapi saat ini. Hal tersebut dikarenakan kerena

rendahnya dedikasi dan kreativitas para guru dalam menggali model

pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, dengan


(16)

2

menggunakan model mengajar yang tepat, maka peserta didik akan dengan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Guru berperan sebagai fasilitator, dalam hal ini guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, yaitu dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, menetapkan materi yang akan dipelajari siswa, bagaimana cara menyampaikan, apa hasil yang ingin dicapai, strategi apa yang akan digunakan untuk memeriksa kemajuan siswa dan selanjutnya membantu dan mengarahkan siswa untuk melakukan sendiri aktifitas pembelajaran itu. Selain itu, guru juga sebagai motivator yaitu memberikan inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai orang yang menguasai bahan yang diajarkan (Sardiman, 2007: 143-146).

Pembelajaran yang baik diperlukan perencanaan yang matang, pembuatan perangkat pembelajaran, pemilihan strategi, media, teknik, model

pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran yang semua itu saling berkesinambungan. Implementasinya guru sebagai fasilitator harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola proses pembelajaran dikelas dengan menciptakan kondisi kelas yang lebih hidup dan menyenangkan. Proses pembelajaran yang selama ini berkembang masih bersifat konfensional dengan menggunakan model-model pembelajaran yang cenderung monoton dan dirasa membosankan bagi siswa, seperti penggunaan model ceramah dan penugasan, terlebih lagi pada pelajaran-pelajaran yang masuk kedalam katagori ilmu sosial, termasuk mata pelajaran IPS Terpadu. Salah satu


(17)

disiplin ilmu yang sangat perlu dikembangkan adalah ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau social studies merupakan

pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.

Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam subtansi materinya, sedangkan penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran.

Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam proses belajar di samping kemampuan siswa itu sendiri. Pembelajaran yang bersifat teacher centered untuk masa sekarang ini dipandang kurang efektif karena kurang melibatkan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak secara kritis, siswa kurang termotivasi dan kurang bertanggungjawab terhadap proses belajar, kurang dapat mengembangkan kemampuan berkolaborasi dalam proses belajar, sehingga siswa menjadi pasif di dalam mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas.

Kegiatan proses pembelajaran yang optimal akan dapat terjadi bila siswa dalam pembelajaran dapat berinteraksi dengan guru atau bahan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk

mewujudkan situasi tersebut harus digunakan metode atau media


(18)

4

dengan tepat. Menurut Lufri (2008:117) kebanyakan anak didik mengalami kebosanan dalam pendidikan, karena disebabkan oleh faktor didaktik, termasuk pengajaran yang berpusat pada guru, sehingga dengan kurangnya minat dan sikap siswa tersebut berdampak terhadap prestasi belajar yang menurun.

Ada beberapa faktor yang harus jadi dasar pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran yaitu: berpedoman pada tujuan, perbedaan individual anak didik, kemampuan guru, sifat bahan pelajaran, situasi kelas,

kelengkapan fasilitas dan kelebihan serta kelemahan model pembelajaran. Sehingga dengan memperhatikan beberapa faktor pertimbangan tersebut guru dapat menentukan model mana yang tepat untuk digunakan ketika akan menyampaikan suatu materi pelajaran kepada siswa, mungkin ia akan mengguanakan satu model saja atau mungkin menggunakan kombinasi dari beberapa model pembelajaran.

Pemilihan penggunaan model pembelajaran kedalam situasi belajar bervariasi akan menghindari siswa dari situasi pengajaran yang membosankan yang dapat menghambat hasil belajar. Dalam penelitian pendahuluan dengan guru bidang studi IPS Terpadu MTS Alfatah Natar Lampung Selatan di peroleh data tentang hasil belajar Ips Terpadu siswa sebagai berikut.


(19)

Tabel 1. Hasil Mid Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII MTS Alfatah Natar Lampung Selatan Tahun

pelajaran 2013/2014

Sumber: Guru Mata Pelajaran Ekonomi, Sejarah, dan Geografi MTS Alfatah Tahun Pelajaran 2013/2014

Berdasarkan Tabel 1, hasil mid semester ganjil kelas VIII yang telah

digolongkan kedalam kriteria tuntas (≥ 70) dan belum tuntas (< 70), hanya 15 (17,25%) siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan Kriteria

Ketuntasan Minimim (KKM) adalah 70. Sebanyak 72 (82,75%) siswa mendapatkan nilai kurang dari 70.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada guru mata pelajaran IPS terpadu dan siswa kelas VIII di MTS Alfatah, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena beberapa kesulitan yang dialami oleh siswa kelas VIII MTS Alafatah. Menurut guru mata pelajaran IPS Terpadu pada MTS Alafatah Natar Lampung Selatan, kesulitan yang biasa dialami siswa pada mata pelajaran ini adalah keterbatasan

kepemilikikan buku paket dan kesulitan dalam memahami konsep dan materi yang disampaikan. Selain itu juga, siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPS Terpadu adalah mata pelajaran yang membosankan karena sebagian besar pelajaran IPS Terpadu adalah hafalan.

No Kelas

Interval Nilai Jumlah Siswa < 70 ≥ 70

1 Kelas A 24 3 27

2 Kelas B 28 2 30

3 Kelas C 10 3 13

4 Kelas D 10 7 17

Jumlah Siswa 72 15 87


(20)

6

Selain kesulitan yang dialami siswa dalam memahami konsep dan materi yang disampaikan, partisipasi siswa untuk dapat berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran juga masih tergolong rendah. Terlihat dari jumlah siswa yang berada dalam satu kelas, hanya 1–3 siswa saja yang berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas. Hal ini disebabkan karena kurangnya keberanian dan timbulnya rasa malu untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat sehingga menyebabkan suasana pembelajaran menjadi pasif. Dalam proses pembelajaran siswa diharapkan dapat berpartispasi secara aktif, baik dalam memberikan ide atau gagasan dan bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diberikan. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mencerminkan tingkat pemahaman siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar IPS Terpadu yang rendah menunjukkan bahwa proses pembelajaran di MTS Alfatah masih kurang efektif. Dari hasil observasi dan pengamatan salah satu faktor penyebab terjadinya diduga karena kurang tepatnya guru memilih model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Seorang guru seharusnya dapat menggunakan berbagai macam model pembelajaran, strategi, serta pendekatan dalam belajar agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya dan dapat melibatkan siswa secara aktif. Tapi pada kenyataannya dilapangan, model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru didalam kelas masih bersifat teacher centered (berpusat pada guru) seperti penggunaan model ceramah. Berdasarkan observasi dikelas, peran guru didalam kelas masih sangat dominan. Hal tersebut disebabkan karena


(21)

model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah model ceramah. Guru mengajar didepan kelas dengan cara

menjelaskan materi yang tertera dalam pokok bahasan, sementara siswa hanya duduk dan diam mendengarkan penjelasan dari guru, sementara guru tidak dapat mengetahui apakah siswa yang mendengarkan penjelasannya tersebut paham dan mengerti apa yang disampaikannya. Sehingga pembelajaran dikelas lebih terkesan pasif dan monoton. Sedangkan yang diharapkan dalam pendidikan masa kini adalah siswa lebih aktif dari guru, karena guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pengawas berjalannya proses pembelajaran di dalam kelas.

Kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran di dalam kelas juga terlihat dari banyaknya siswa yang bermain-main saat guru mengajar di dalam kelas atau ketika guru berada diluar kelas. Banyaknya siswa yang tidak

mengerjakan tugas dirumah dan mereka lebih senang dihukum dari pada mengerjakan tugas. Banyaknya siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah disekolah, dengan cara melihat hasil pekerjaan rumah temannya

(menyontek). Akibatnya proses berfikir kritis dan kreatif siswa untuk membangun pengetahuan sendiri secara rasional tidak berjalan seperti yang diharapkan. Penggunaan model pembelajaran seperti ini kurang tepat apabila diterapkan pada kurikulum pendidikan saat ini karena tidak sesuai dengan paradigma pembelajaran yang bersifat student centered.

Ketetapan seorang guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat


(22)

8

menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Untuk itu perlu diadakannya perubahan secara mendasar dalam penggunaan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perubahan yang perlu dilakukan adalah belajar individual menjadi kooperatif yang bergantung pada kelompok-kelompok kecil dalam belajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan pengajar mencirikan bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati menggabungkan kelompok-kelompok kecil, sehingga dari kemampuan yang berbeda-beda anggotanya dapat bekerja sama untuk memaksimalkan

pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Oleh karena itu banyak pendidik mengenal pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran secara berkelompok. Kelompok belajar kooperatif sendiri didasarkan atas saling ketergantungan positif yang menuntut siswa agar bekerja sama dan berinteraksi antar sesama anggota kelompok dalam memahami materi, memberikan pendapatan pada jawaban terhadap tugas dalam kelompok. Semakin sering guru menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar, partisipasi dan hasil belajar siswa cenderung akan semakin baik.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang terdapat metode pembelajaran didalamnya, metode pembelajaran merupakan cara guru


(23)

melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Guru yang efefektif adalah guru yang mampu menerapkan beragam metode melalui pendekatan pendekatan yang berpusat pada pada guru dan berpusat pada peserta didik merupakan pendekatan-pendekatan yang komplementer (saling melengkapi) (Jacobsen, dkk., 2009; 197).

Metode pembelajaran memiliki berbagai macam jenis, diantaranya metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, dan sebagainya. Masing-masing jenis metode mempunyai karakteristik yang bermacam-macam serta memiliki langkah-langkah dan kelebihan maupun kekurangan yang berbeda.

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pembelajaran yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode pembelajaran mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode pembelajaran yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi


(24)

10

pelajaran,berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir dan berinteraksi serta menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan. Berdasarkan dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Penerapan Metode Diskusi dan Teknik Cooperative Script Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII MTS Alfatah Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Mutu proses dan hasil belajar IPS Terpadu masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan oleh sekolah

2. Rendahnya kemampuan guru untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi.

3. Kondisi belajar mengajar yang masih monoton sehingga siswa merasa bosan dikelas.

4. Partisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran masih sangat rendah. Sehingga siswa kurang termotivasi untuk berkompetisi.

5. Suasana belajar yang tidak menggunakan unsur belajar sambil bermain membuat siswa jenuh dan kurang memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung.


(25)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, tampak bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor,baik dari dalam maupun luar individu siswa. Penelitian dibatasi pada kajian

membandingkan penerapan Metode Diskusi dan Teknik Cooperative Script pada siswa kelas VIII MTS Alfatah Natar Lampung Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif script pada mata pealajaran Ips Terpadu siswa kelas VIII MTS Alfatah Tahun Pelajaran 2013/2014?

2.Apakah ada perbedaan efektivitas antara Metode Diskusi dan

pembelajaran Cooperatif Script pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII MTS Alfatah Tahun Pelajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk sebagai berikut.

1.Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan


(26)

12

pembelajaran kooperatif script pada mata pelajaran Ips Terpadu siswa kelas VIII MTS Alfatah Tahun Pelajaran 2013/2014.

2.Untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara metode diskusi dan pembelajaran Cooperatif script pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII MTS Alfatah Tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.Secara Teoritis

Memberikan informasi dan sumbangsih pengetahuan kepada guru mata pelajaran Ips Terpadu tentang alternatif penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar Ips Terpadu siswa, khususnya Diskusi dan Script yang digunakan sebagai acuan bagi penelitian.

2. Secara Praktis 1. Bagi sekolah

hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat untuk perbaikan mutu pembelajaran.

2. Bagi guru

a. sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam

menerapkan model Diskusi dan Script yang sesai dengan kondisi peserta didik.


(27)

b. Memberikan kontribusi pada guru dalam memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik c. Meningkatkan propesionalisme guru

d. Mengembangkan pengelolaan kelas yang lebih efektif. 3. Bagi siswa

a. Terjadi perubahan perilaku baru pada siswa untuk lebih aktif b. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari Ips Terpadu c. Meningkatkan pemahaman dan pengasaan tentang materi Ips

Terpadu.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah. 1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah Metode Diskusi dan pembelajaran kooperatif Script

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII D sebagai kelas eksperimen dan. kelas VIII B dan VIII C sebagai kelas kontrol.

3. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTS Alfatah Natar Lampung Selatan. 4. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Bagian kedua akan membahas mengenai tujuan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, anggapan dasar hipotesis, dan hipotesis. Sebelum melakukan analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, penelitian dapat melakukan kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses

pembelajaran di sekolah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu makin pesat dan arus globalisasi semakin hebat.


(29)

Untuk menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan sumber daya yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas tidak lepas dari belajar dan pembelajaran.

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,mengamati,dan memahami sesuatu (Sudjana dalam Rusman, 2011: 1).

Menurut Pitowes (2010 : 109) belajar merupakan suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain. Menurut Hamalik (2004: 29) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses. Belajar bukan satu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Proses mencapai tujuan inilah yang sangat penting dilewati oleh setiap orang.

Sardiman (2007: 21) mengatakan belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia

seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2007: 24) adalah sebagai berikut.

a. kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran


(30)

16

b. perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan

c. belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja

d. belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri

Sedangkan prinsip belajar menurut Slameto (2003: 27-28) adalah sebagai berikut:

a. dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi

aktif,meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional

b. belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif

c. belajar perlu ada interaksi dengan lingkungannya

d. belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang

Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Melalui belajar orang akan memperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh dari interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar dalam pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka belajar adalah proses suatu pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang dalam membentuk perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu yang disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain.


(31)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Gagne dalam Pitowes (2010: 110) menyatakan untuk terjadi belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik internal maupun eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan (arising) memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Sedangkan kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu

pembelajaran.

Kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru.salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes. Hasil belajar menurut Mudjiono (2008: 117) setelah belajar siswa memiliki ketrampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai. Menurut Arikunto dalam Mudijono (2008:117) hasil belajar itu merupakan sesuatu yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku dalam bentuk pengalaman dan latihan.


(32)

18

Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Soeparsono dalam Sardiman (2007: 38) menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003) sebagai berikut :

a. faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia (intern) faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati,motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

b. faktor yang bersumber dari luar manusia (ekstern)

faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Sardiman (2007: 49) mengemukakan bahwa hasil pengajaran itu dapat dikatakan baik,apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b. hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.


(33)

Menurut Slameto (2003: 16), “Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga katagori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai

Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Sardiman (2007: 19) mengungkapkan bahwa agar memperoleh hasil belajar yang optimal, maka proses belajar dan pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir secara baik.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka hasil belajar adalah hasil dari suatu proses pembelajaran yang di peroleh siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antar siswa. Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan


(34)

20

pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,dan pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). pembelajaran yang menarikdan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar dikelas.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme. Konstrukvisme berisi pengajaran yang menekankan pada proses (Sushkin dalam Jurnal Penelitian Kependidikan tahun 17 No.1, 2007: 33). Menurut Slavin dalam Rusman (2011: 201) pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Menurut Sanjaya dalam Rusman (2011: 203) cooperatif learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara

berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Nurulhayati dalam Rusman (2011: 203) pembelajaran kooperatif adalah strategi

pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.


(35)

Ibrahim dalam Rusman (2011: 208) pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas,tujuan, dan hadiah. Slavin dalam Rusman (2011:201) menyatakan pembelajaran kooperaktif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Menurut Rusman (2011: 203-204) terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dalam Rusman (2011: 205-206) dinyatakan bahwa:

1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain 2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam

berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila:

a. guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual

b. guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar c. guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman

sendiri

d. guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa e. guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai


(36)

22

Rusman (2001: 207) mengatakan bahwa karakteristik atau ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif yaitu; pembelajaran secara tim,didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan untuk bekerja sama, dan ketrampilan bekerja sama.

Menurut Roger dan Johnson dalam Rusman (2011: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut.

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) yaitu dalam pembelajaran kooperatif, dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota

kelompok dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan. 2) Tanggung Jawab Perseorangan (individual accountability)

yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3) Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction) yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasidari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan Komunikasi (participation communication) yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi Proses Kelompok

yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

4. Metode Diskusi

Istilah metode berasal dari kata yunani “Metha” dan “Hodos”. Metha diartikan melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara.


(37)

Sedangkan diskusi adalah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu “discussus” yang mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa Metode diskusi merupakan Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi. Diskusi merupakan suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk menyelesaiakan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan. ( Soetomo; 1993 )

Metode diskusi pada dasarnya adalah, “ Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah” (Maidar; 2010). Metode diskusi ialah, “suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.” (Zuhairini; 2010)

Metode diskusi sebagai suatu kegiatan belajar mengajar yang

membincangkan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa dan siswa lain). Dimana orang yang berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topik atau masalah


(38)

24

yang menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapatkan berbagai

alternatif jawaban terhadap topik yang didiskusikan. Dalam diskusi, setiap siswa turut berpartisipasi secara aktif dan turut aktif pula dalam

memecahkan masalah. Semakin banyak siswa yang terlibat, semakin banyak pula yang mereka pelajari. Dengan melaksanakan metode diskusi maka suasana kelas akan menjadi semakin hidup, setiap anak diharapkan menjadi berpartisipasi secara aktif.

Peranan guru dalam diskusi adalah sebagai pusat pemberi informasi dan pemberi ketegasan. Sehingga guru hanya sebagai pengatur dan penunjuk jalannya pelaksanaan diskusi. Sedangkan pemecahan masalah diserahkan kepada semua siswa. Sebagai pengatur jalannya diskusi, guru harus bisa mengendalikan siswanya agar tidak memotong pembicaraan siswa lain dan tidak ramai sendiri ketika proses diskusi berlangsung, sebagai pendorong siswa yang lain agar ikut berpartisipasi mengungkapkan pendapatnya dan menurunkan ketegangan didalam kelas ketika dalam diskusi terjadi perbedaan argumentasi. Selain itu guru harus menjelaskan kembali apa yang menjadi pokok permasalahan apabila ada gejala-gejala pembahasan akan menyimpang pada persoalan semula dan yang paling penting, guru menyimpulkan semua yang telah dikemukakan siswa, di mana titik

pertemuanya dan titik perbedaannya dijelasakan kembali kepada siswanya.

Metode merupakan suatu komponen yang sangat menentukan terhadap keberhasilan atau tidaknya suatu proses pengajaran.( Sabri; 2005 ). Digunakannya metode diskusi karena penyaji berargumentasi bahwa


(39)

dengan metode diskusi inilah akan mendorong siswa untuk berfikir kritis dan sistematis. Karena siswa dihadapkan dengan masalah – masalah yang harus dipecahkan. Selain itu, dengan metode diskusi inilah siswa akan berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Dengan diskusi siswa dapat saling tukar menukar informasi, menerima informasi dan dapat pula mempertahankan pendapatnya dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi. Selain itu, dalam diskusi juga dipandu oleh seorang guru yang nantinya akan menyimpulkan hasil diskusi di akhir waktu yang ditentukan.

Adapun beberapa tujuan dari penggunaan metode diskusi, antara lain : 1. Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi,

menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.

2. Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self-concepts) yang lebih positif.

4. Meningkatkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat. 5. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.

Menurut Hasibuan (2003), diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak :

1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa 2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan

kemampuannya

3. Mendapatkan balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai 4. Membantu siswa belajar berpikir kritis


(40)

26

5. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain)

6. Membantu siswa memyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang "dilihat", baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah

7. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut

Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah : 1. Langkah persiapan.

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap peserta didik sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.

b. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

c. Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi peserta didikan sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.

d. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.

2. Pelaksanaan diskusi.

a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.

b. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan

dilaksanakan.

c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah

memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan.

d. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.


(41)

e. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa

pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

3. Menutup diskusi

Akhir dan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sehagai berikut:

a. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

b. Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. ( Wina; 2007 ).

Langkah-langkah yang harus dipahami dan dijadikan pedoman menuntun diskusi ada dua pendapat yaitu :

1. Menurut Team Didaktik Metodik (1989).

a. Apakah masalah atau perihal yang dihadapi?

b. Soal-soal penting manakah terdapat dalam masalah itu?

c. Kemungkinan-kemingkinan jawaban yang bagaimanakah dapat dirumuskan oleh kelompok diskusi terhadap suatu masalah? d. Hal apakah dan yang manakah telah diterima oleh suara

terbanyak sebagai persetujuan?

e. Tindakan apakah yang sudah direncanakan? f. Siapakah yang melaksanakannnya?

2. Menurut Hasibuan (2003) dan Sastrawijaya (1988).

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan

didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting, judul atau masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang lebih memahami masalah yang akan didiskusikan, "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya, lancar berbicara, dapat

bertindak tegas, adil, dan demokratis. Adapun tugas pimpinan diskusi adalah pengatur dan pengarah diskusi, pengatur "lalu lintas" pembicaraan, penengah dan penyimpul berbagai pendapat.


(42)

28

c. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain ( kalau ada lebih dari satu kelompok), menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi lancar. Setiap anggota hendaknya tahu persis yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak biocara yang sama.

d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terurama dari kelompok lain. Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses diskusi. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan diskusi.

1. Kelebihan model pembelajaran diskusi.

Ada beberapa keunggulan metode diskusi antara lain.

a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. b. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap

toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.

c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena

mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.

d. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.

e. Membantu siswa untuk mengambil keputusan yang lebih baik. f. Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang

salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.


(43)

Tidak semua persoalan diskusi patut didiskusikan, persoalan yang patut didiskusikan hendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut.

a) Menarik perhatian siswa.

b) Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

c) Memiliki lebih dan satu kemungkinan pemecahan atau jawaban, bukan kebenaran tunggal, dan

d) Pada umumnya tidak mencari mana jawaban yang benar, melainkan menggunakan pertimbangan dan perbandingan.( sabri; 2005 ).

Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak.

a) Memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh para siswa.

b) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.

c) Memperoleh umpan balik dari siswa, tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.

d) Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata peserta didikan dan kegiatan sekolah.

e) Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya.

f) Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat baik dari pengalaman sendiri maupun di dalam sekolah.

g) Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.(Suryosubroto; 2002).

Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang


(44)

30

Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.

2. Kekurangan model pembelajaran diskusi

Ada beberapa kelemahan metode diskusi antara lain:

a) Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

b) Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.

c) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

d) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. e) Kelemahan lain dalam metode diskusi adalah kadang-kadang

ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif.

Perbedaan pendapat didalam diskusi sangat sering terjadi. Perbedaan pendapat biasanya bersifat emosional yang tidak dikontrol akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, marah, tidak suka, dan sebagainya. sehingga dapat mengganggu iklim kegiatan pembelajaran dikelas ( Wina; 2007 ). Untuk menghindari berbagai permasalahan dalam penggunaan metode diskusi guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran.


(45)

b. Pimpinan diskusi yang diberikan kepada siswa, perlu bimbingan dari guru.

c. Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi.

d. Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya. Kelemahan dan Kelebihan Metode Diskusi Menurut Arief. A. ( 2002 : 21), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain.

a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.

b. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.

c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu

kesimpulan.

d. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.

e. Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik. f. Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang

salah, penuh prasangka dan sempit.

Kelemahan Metode Diskusi Menurut Roetiyah N.K.(1988:23), bahwa kelemahan penggunaan metode diskusi antara lain :

a. Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. b. Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.

c. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.


(46)

32

e. kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif.

Menurut Team Didaktik Metodik (1989), mengajar dengan

mempergunakan metode diskusi berarti : (1) Mempertinggi partisipasi siswa secara secara individual, (2) Mempertinggi partisipasi kelas sebagai keseluruhan. Menurut Staton (1978), kelebihan metode diskusi dari metode-metode lainnya ialah, bahwa diskusi ini memberikan dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk berbuat secara

konstruktiv, berpikir kreatif terhadap suatu subyek, dan menyumbangkan pengalaman dan keahliannya yang berguna itu untuk kepentingan

bersama-sama.

Menurut Team Didaktik Metodik (1989), kelemahan dari metode diskusi adalah : (1) Sulit bagi guru untuk meramalkan arah penyelesaian diskusi, ini disebabkan karena banyaknya beberapa tanggapan dari siswa satu ke siswa lainnya (2) Sulit bagi siswa untuk mengatur secara berpikir ilmiah. Metode Diskusi ( Discussion method ) Muhibbin Syah ( 2000 ),

mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem

solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation ). Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk


(47)

memcahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan

b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

5. Pembelajaran Teknik Kooperatif Script

Model Pembelajaran Kooperatif Script ( cooperative script ) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang di perkenalkan oleh


(48)

34

Dansereau CS. Dansereau ( Komalasari, 2010: 63 ) menjelaskan bahwa “Cooperative Script merupakan metode belajar dimana murid bekerjasama berpasangan, dan secara lisan bergantian mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari”.

Metode Cooperative Script ini berasal dari kata Methodos, Cooperative dan Script, yang memiliki arti masing-masing diantarannya: Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada juga pengertian tentang metode yaitu cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu maksud tujuan. Cara yang teratur dalam menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ada juga yang mengartikan metode yaitu: Cara yang telah di atur dan berfikir baik-baik untuk mencapai tujuan.

Cooperative berasal dari kata Cooperate yang artinya bekerja sama, bantuan-membantu, gotong royong. Sedangkan kata dari Cooperation yang memiliki arti kerja sama, koperasi persekutuan. Script ini berasal dari kata Script yang memiliki arti uang kertas darurat, surat saham sementara dan surat andil sementara. Jadi pengertian dari Cooperative Script adalah naskah tulisan tangan, surat saham sementara. Jadi pengertian dari

Cooperative adalah Strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Metode Cooperative


(49)

Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja

berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang

dipelajari(Online, Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode Cooperative Script : 2012).

Miftahul Huda (2011: 97), model pembelajaran cooperative script di sebut juga Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja

berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Cooperative script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin 1994:175). Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Pembelajaran Cooperative Script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi. Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas antara satu dan lainnya dengan maksud yang sama yaitu terjadi


(50)

36

suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa (Brousseau dalam Hadi, 2007). Metode cooperative script merupakan metode pembelajaran yang

mengembangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada metode pembelajaran cooperative script siswa akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada

pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok. ( Brousseau dalam Hadi, 2007).

Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar.Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar

menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.


(51)

(Agus Suprijono, 2009:126), Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan

kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain. Cooperative Script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan

mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Kelebihan model pembelajaran Cooperative Script diantanya adalah sebagai berikut Miftahul Huda (2011: 98):

1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan. 2. Setiap siswa mendapatkan peran.

3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Istarani (2011). Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk


(52)

38

percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan

membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat

(meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.

Kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut,Miftahul Huda (2011: 98).

1. Hannya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

2. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut).


(53)

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model

pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.Model pembelajaran ini sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.Penilaian terhadap murid atau siswapun secara individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.

Riayanto (2009:280), Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajran coopertive script adalah sebagai berikut.

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2. Guru membagiakan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar :

a. Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap.

b. Membantu mengingat/menghafal ide/ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut kembali..


(54)

40

7. Penutup.

Dansereau ( Komalasari, 2010: 63 ) menjelaskan Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Script ( cooperative script ) sebagai berikut.

1. Guru membagi murid untuk berpasangan.

2. Guru membagikan wacana atau materi tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3. Guru dan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

5. Sementara pendengar menyimak, mengoreksi atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas. 7. Kesimpulan murid bersama-sama dengan Guru.

8. Penutup

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 2. Penelitian yang relevan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Krisnadi Pamungkas

Pengaruh metode Diskusi terhadap hasil belajar

Matematika siswa kelas Iv sd negeri sriwulan i sayung

Data penelitian menunjukkan bahwa skor nilai hasil belajar metematika siswa sebelum mendapatkan perlakuan yaitu 54,0 dengan rata-rata nilai 3,6 dan presentase nilai lebih dari KKM 13,33% dan setelah mendapatkan perlakuan berupa metode diskusi dalam pembelajaran yaitu 83,5 dengan rata-rata nilai 5,57 dan presentase nilai lebih dari KKM 53,33%. Koefisien uji t sebesar 5,472 bila dikonsultasikan ttabeldengan taraf signifikan 5% dengan db = 14 yaitu sebesar 2,145, maka 5,472 > 2,145. Dengan demikian


(55)

2 3 4 Siti Saleha Rumfot. 2008 Suprijanto. 2006 Halimatus Sadiyah Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Kersikan Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan prestasi belajar

Siswa kelas V pada pembelajaran PPKn di SDN Tulusrejo 4 Malang

Efektifitas metode diskusi

Dalam pembelajaran pe Ndidikan agama islam (studi kasus di smp yapia ciputat)

dapat dikatakan bahwa ada pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Sriwulan I Sayung.

Hasil penelitian diperoleh adalah hasil belajar siswa berupa pemahaman kondep mengalami peningkatan dari 42,21% pra tindakan mencapai 56,00% pada siklus I kemudian

mencapai 82,50% pada siklus II. Hasil belajar yang berupa kemampuan menerima perbedaan kemampuan akademik siswa lain mengalami peningkatan mencapai 48, 57% pada siklus I kemudian menjadi

97,38%.pada siklus II. Dari hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan pencapaian terget yang telah ditetapkan setelah metode diskusi diterapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik guru PPKn maupun siswa kelas V SDN. Tulusrejo 4 Malang, secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar melalui penerapan metode diskusi memperoleh kemajuan yang lebih baik dibanding sebelum menerapkan metode diskusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode diskusi sangat efektif untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PPKn Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji t diperoleh t hitung sebesar 2,84. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t table dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,02, berarti t hitung lebih besar dari pada t table. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat


(56)

42

5 Muplihun N

Dia Nurdiansah 2008 Khayyizatul Muniroh 2006 Pengaruh penerapan metode diskusi

Dan snowball throwing terhadap prestasi Belajar ips ditinjau dari motivasi belajar

Pada siswa kelas vii smpn 3 selong

Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Script Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang

Implementasi

pembelajaran dengan model Cooperative Script Sebagai usaha untuk meningkatkan kreativitas Dalam pemecahan masalah matematika siswa kelas viii Mts wahid hasyim sleman yogyakarta

diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat

meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan nyata di SMP YAPIA Ciputat

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan hasil prestasi belajar IPS siswa antara yang mengikuti model pembelajaran diskusi dengan model pembelajaran snowball throwing. Hal tersebut dapat dilihat dalam hasil Analisis Varian Dua Jalur yang telah dilakukan dimana FHitung = 95,14,ternyata lebih besar dari nilai FTabel = 3,84, dengan taraf kepercayaan 0,05 dan derajat kebebasan 1 sehingga dengan demikian H0 ditolak.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script. Diharapkan pada penelitian

selanjutnya pembelajaran dapat menggunakan model cooperative script terhadap motivasi dan hasil belajar atau menggunakan model cooperative script terhadap motivasi dan kemampuan berpikir kritis Pembelajaran dengan model cooperative script

dapat meningkatkan kreativitas pemecahan masalah matematika. Berdasarkan hasil observasi,kreativitas pemecahan masalah matematika meningkat dengan rata-rata persentase dari 63,33% menjadi 75%.

Berdasarkan analisis angket,kreativitas pemecahan masalah matematika diketahui dari persentase jumlah siswa untuk setiap aspeknya meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu


(57)

22,72% menjadi 45,49%,

(b) kemampuan menemukan masalah dari 33,85% menjadi 41,67%, (c) kemampuan menemukan gagasan dari 22,66% menjadi 33,68%, (d) kemampuan menemukan solusi dari 23,96% menjadi 53,47%,

(e) implementasi dari 46,88% menjadi 49,07%. Hasil TAS menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 56,78 pada TAS I menjadi

60,21 pada TAS II

C. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar sebagai peristiwa penting dalam sebuah pendidikan perlu ditingkatkan terutama dari segi kualitas, karena kualitas proses

pembelajaran akan mempengaruhi kualitas hasil belajar. Sudah saatnya pembelajaran diarahkan pada pembentukan mandiri, cerdas, kreatif, dan dapat menghadapi segala permasalahan hidupnya, baik yang menyangkut dirinya maupun masyarakat, bangsa dan negaranya. Oleh karena itu, sudah saatnya pula terjadi perubahan pemikiran dengan menekankan pada aktivitas siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir, kecakapan mencari,

menemukan, dan memecahkan masalah sehingga siswa lebih dominan dan peranan guru bergeser pada merancang atau mendesain suatu pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran gotong royong dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok yang heterogen agar siswa bersosialisasi, bekerja sama, menambah wawasan satu sama

lain,bertukar pikiran dalam memecahkan masalah, pembahasan materi dan penyelesaian soal yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif terus


(58)

44

dikembangkan karena melalui pembelajaran ini kemampuan berpikir, mengeluarkan pendapat, rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan soal dapat ditingkatkan.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, dua di antaranya adalah tipe Diskusi dan tipe teknik Cooperative Script. Kedua tipe kooperatif tersebut memiliki langkah-langkah yang berbeda namun tetap dalam satu jalur yaitu pembelajaran dalam kelompok yang berpusat pada siswa (student centered) dan guru berperan sebagai fasilitator.

Setiap siswa yang melaksanakan kegiatan belajar selalu mengharapkan hasil belajar yang baik. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa selain ditentukan oleh siswa sendiri (intern) juga dapat ditentukan oleh faktor lain(ekstern). Hasil belajar siswa erat kaitannya dengan kegiatan

pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran, akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Diskusi merupakan salah satu model yang sesuai untuk mendorong siswa berfikir kritis dan sistematis. Karena siswa dihadapkan dengan masalah – masalah yang harus dipecahkan. Selain itu, dengan metode diskusi inilah siswa akan berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Dengan diskusi siswa dapat saling tukar menukar informasi, menerima informasi dan dapat pula mempertahankan pendapatnya dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi.


(59)

Selain itu, dalam diskusi juga dipandu oleh seorang guru yang nantinya akan menyimpulkan hasil diskusi di akhir waktu yang ditentukan.

Hal ini sesuai dengan teori vygotsky, yang menyatakan dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antara kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-trategi pemecahan pemecahan masalah yang ada dalam pengembangan terdekat.

Sedangkan model pembelajaran Cooperative Script adalah model

pembelajaran yang baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan

membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk

meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain. Pembelajaran Cooperative Script banyak


(60)

46

menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pembelajaran kooperatif Diskusi dan pembelajaran Cooperative Script, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar ips terpadu siswa. Hubungan antara variabel itu digambarkan dalam diagram dibawah ini.

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Paradigma penerapan pembelajaran metode diskusi dan teknik cooperative script terhadap hasil belajar siswa kelas VIII

Pembelajaran Metode Diskusi (X1)

Hasil Belajar (Y)

Hasil Belajar (Y) Pembelajaran


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis dan pembahasan pada hasil analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan Metode Diskusi dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan Teknik Cooperative Script pada mata pelajaran IPS Terpadu. Pada model pembelajaran tipe diskusi kerjasama dalam

kelompok lebih tinggi dan memungkinkan siswa dapat menjawab soal-soal yang diberikan karena pada tipe diskusi setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Semakin banyak orang dalam kelompok, maka semakin cepat menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Sedangkan pada tipe Script hanya ada 2 orang dalam 1 kelompok, dan memungkinkan siswa sulit untuk menjawab soal-soal yang diberikan karena hanya bisa bertukar fikiran berdua saja dan pemikiran dibatasi oleh dua orang saja. 2. Terdapat perbedaan model pembelajaran yang lebih efektifitas antara

Metode Diskusi dan Teknik Cooperative Script pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII MTS Alfatah Natar Lampung Selatan. Metode diskusi mendorong siswa untuk berfikir kritis dan sistematis. Karena siswa dihadapkan dengan masalah – masalah yang harus dipecahkan.


(2)

111

Selain itu, dengan metode diskusi inilah siswa akan berperan aktif dalam proses belajar mengajar dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Oleh sebab itu maka keefektifan siswa dikelas lebih tinggi dengan

menggunakan model pembelajaran tipe diskusi.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbandingan pembelajaran Metode Diskusi dan Teknik Cooperative Script di MTS Alfatah Natar Lampung Selatan. Maka peneliti menyarankan:

1. Akan lebih baik apabila guru dapat selalu memberikan penjelasan kepada siswa akan pentingnya partisipasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan motivasi seperti pemberian penghargaan kepada individu.

2. Untuk menarik peserta didik supaya berminat mempelajari mata pelajaran IPS terpadu, maka seorang guru baiknya lebih kreatif dalam

menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariatif, sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik serta hasil belajar IPS Terpadu siswa meningkat. 3. Sebaiknya siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan

meningkatkan sikap kerjasama yang positif antarsiswa.

4. Kepada pihak sekolah seyogyanya memberikan dukungan sepenuhnya agar sistem pembelajaran dengan Metode Diskusi dapat terlaksana dengan baik, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(3)

112

5. Proses pembelajaran IPS Terpadu selain menggunakan Metode Diskusi dapat juga menambahkan alat pembelajaran agar siswa dapat lebih cepat menangkap materi yang diberikan pada guru.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A’la, Miftahul. 2011. Quantum Teaching. Diva Press: Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2005. Managemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Akasara:

Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hartati, Dyah Retno. 2012. Penerapan model cooperative script untuk

meningkatkan kemampuan menjelaskan isi bacaan pada siswa kelas III di SDN Bareng 4 Kota Malang (online).

(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=55218, diakses 29 Desember 2013.

Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Akasara.

Lufri. 2008. Jurnal Nuansa Pendidikan Vol. VI No. 2. Lambaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lampung. Lampung.

Mahanal, Susriyati dkk. 2007. Jurnal Penelitian Kependidikan Tahun 17 Nomor 1. Tim Pengembangan Jurnal Universitas Malang. Jawa Timur.

Maidar G. Arsjad dan Mukti. 2010 . Metode Pembelajaran . (online)

(http://idb4.wikispaces.com/file/view/dv4013, diakses 30 November 2012 Masni niong, Strategi belajar mengajar dengan metode diskusi (online).

(http://masnibios.blogspot.com/2013/04/metode-diskusi.html, Diakses 13 April 2013).


(5)

Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muniroh, Khayyizatul. 2006. Implementasi pembelajaran dengan model

Cooperative Script Sebagai usaha untuk meningkatkan kreativitas Dalam pemecahan masalah matematika siswa kelas viii Mts wahid hasyim sleman yogyakarta (online)

(http://eprints.uny.ac.id/1938/1/Skripsi_Khayyizatul_Muniroh.pdf) Nurdiansah, Dia. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model

Cooperative Script Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang (online) (http://mirzafaishall.wordpress.com, diakses 07 maret 2010)

Pitowes, Berchah. 2010. Edukatif Jurnal Pendidikan Vol. 5 No.1. STIE PUTRA BANGSA KEBUMEN. Jawa Tengah.

Puspita, Aprinita Ayu. 2013. Perbedaan metode cooperative script dan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran ips di kelas viii smp negeri 3 pakem (online).

(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/4174/39/461, diakses 30 desember 2013)

Rusman. 2011. Model – Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme Guru. PT Raja Grafindo: Jakarta.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung. Sakura.Pengertian Metode Diskusi (online).

(http://hindyanugerah.blogspot.com/2011/04/pengertian-metode-diskusi.html, diakses 7 april 2011).

Sanjaya, Wina. Dr. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta

Suandi dan Parnata. 2007. Implementasi Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Sistem Akuntansi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Ditinjau dari Prior Knowledge Mahasiswa. (online). (http://www.undiksha.ac.id, diakses, 12 Mei 2012)


(6)

Sudjana, N. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. PT. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Trasito: Bandung.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta: Bandung

Sugiyono, Dr. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alfabeta. Bandung Sukardi. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Taupik, Opik. 2013. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative

script pada konsep sistem ekskresi studi eksperimen pada siswa kelas xi ipa sma negeri 5 kota tasikmalaya tahun pelajaran 2012/2013 (online). (http://journal.unsil.ac.id/jurnalunsil-1873-.html, diakses 30 Desember 2013)

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Universitas Lampung. 2010. Peraturan Akademik dan Kode Etik Universitas Lampung.Universitas Lampung. Bandar Lampung

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Referensi (GP Press Group). jakarta


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEADAAN EKONOMI KELUARGA, MINAT BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP WIYATA BHAKTI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 18 1

PENGARUH KEADAAN EKONOMI KELUARGA, MINAT BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP WIYATA BHAKTI NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 84

PENGARUH BUDAYA MEMBACA DAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 79

PENGARUH MOTIVASI DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL MTS NEGERI PONCOWATI LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 92

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 79

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 23 171

PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII B SMP WIYATA BHAKTI NATAR LAMPUNG SELATAN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 79

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI METODE DISKUSI DAN TEKNIK COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS VIII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 17 92

PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

20 71 72

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI SISWATENTANG METODE MENGAJAR GURU MELALUI MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 101