STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIII

SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh: Febi Tri Utari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Group Investigation (GI). 2) apakah rata-rata hasil

belajar IPS Terpadu melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan Group Investigation (GI). 3) apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibandingkan Group Investigation (GI) untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan komparatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 181 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa. Teknik pengumpula data yang digunakan berupa observasi, dokumentasi, wawancara, dan tes dengan jumlah 50 soal pilihan ganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: a) terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) dengan Group Investigation (GI). Berdasarkan analisis data yang diperoleh > yaitu 2,618 > 1,672. b) rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang menggunakan model Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan Group Investigation (GI) yaitu hasil belajar kelas eksperiemn dan kelas kontrol 83,33 > 77,13. c) Model Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif meningkatkan hasil belajar dibandingan dengan Group Investigation (GI) yaitu 17,13 > 11, 46 .

Kata kunci: Hasil Belajar, Numbered Heads Together (NHT), Group Investigation (GI)


(2)

(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIII

SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

( Skripsi )

Oleh

FEBI TRI UTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(5)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ...8

C.Pembatasan Masalah ...8

D.Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Masalah ...9

F. Manfaat Penelitian ...10

G.Ruang Lingkup ...11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A.Tinjauan Pustaka ...12

1. Pengertian Belajar...12

2. Hasil Belajar ...16

3. Mata Pelajaran IPS Terpadu ...19

4. Model Pembelajaran Kooperatif NHT ...21

5. Model Pembelajaran Kooperatif GI ...26

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...29

C.Kerangka Pikir ...33

D.Hipotesis ...36

III. METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ...38

B.Populasi dan Sampel ...40

1. Populasi ...40

2. Sampel ...41

C.Prosedur Penelitian ...42

1. Prosedur Penelitian ...42


(6)

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ...45

1. Definisi Konseptual ...45

a. Hasil BelajarIPS Terpadu ...45

b. Model Pembelajaran Kooperatif NHT ...46

c. Model Pembelajaran Kooperatif GI ...47

2. Definisi Operasional Variabel ...48

F. Teknik Pengumpulan Data ...49

1. Observasi ...49

2. Dokumentasi ...50

3. Wawancara ...51

4. Tes ...52

G.Uji Persyaratan Instrumen ...53

1. Uji Validitas Instrumen ...53

2. Uji Reliabilitas Instrumen ...55

3. Tingkat Kesukaran ...56

4. Daya Pembeda ...57

H.Uji Persyaratan Analisis Data ...58

1. Uji Normalitas ...58

2. Uji Homogenitas ...60

I. Teknik Analisis ...60

J. Pengujian Hipotesis ...62

IV. HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...65

1. Sejarah Berdirinya Lokasi Penelitian ...65

2. Profil Penelitian ...67

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 3 Natar ...68

a. Visi SMP Negeri 3 Natar ...68

b. Misi SMP Negeri 3 Natar ...69

c. Tujuan SMP Negeri 3 Natar ...70

4. Situasi dan Kondisi Sekolah ...71

5. Kegiatan Ekstrakurikuler ...72

6. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Natar ...72

7. Kondisi Guru dan Karyawan SMP Negeri 3 Natar ...80

8. Proses Belajar dan Mengajar SMP Negeri 3 Natar ...81

9. Peraturan Beban Belajar ...82

10. Struktur Organisasi ...83

11. Denah Sekolah ...83

B. Gambaran Umum Responden ...84

C. Deskripsi Data ...84

1. Data Tes Hasil Belajar ...85

a. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen ...85

b. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol ...91

2. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...96


(7)

F. Pembahasan ...102 1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu antara

siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI) ...102 2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI) ...105 3. Metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) penggunaannya lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI) ...108 G. Keterbatasan Penelitian ...110 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...112 B. Saran ...113 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah SMP Negeri 3 Natar... 118

2. Struktur Organisasi SMP Negeri 3 Natar ... 119

3. Daftar Nama Guru SMP Negeri 3 Natar ... 121

4. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen (VIIIB) ... 122

5. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol (VIIIC) ... 123

6. Silabus Pembelajaran ... 124

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 131

8. Kisi-Kisi Soal Post Test ... 161

9. Soal Post Test ... 167

10.KunciJawabanSoal Post Test ... 176

11.Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen (VIIIB) ... 177

12.Pembagian Kelompok Kelas Kontrol (VIIIC) ... 178

13.Hasil Belajar Pre-test IPS Terpadu Kelas Eksperimen (VIIIB)... 179

14.Hasil Belajar Pre-test IPS Terpadu Kelas Kontrol (VIIIC) ... 180

15.Hasil Belajar Post-testIPS Terpadu Kelas Eksperimen (VIIIB) ... 181

16.Hasil Belajar Post-test PS Terpadu Kelas Kontrol (VIIIC) ... 182

17.Uji Validitas ... 183

18.Uji Reliabilitas ... 185

19.Tingkat Kesukaran ... 186

20.Daya Pembeda ... 188

21.Uji Normalitas Kelas Eksperimen (VIIIB) ... 190

22.Uji Normalitas Kelas Kontrol (VIIIC) ... 191

23.Uji Homogenitas ... 192

24.Uji T-Test Dua Sampel Independen ... 193

25.Rekapitulasi Skor Rata-Rata Hasil Belajar IPS Terpadu ... 194

26.Daftar Pertanyaan Wawanvara Guru Pamong ... 195 Surat-Surat Pendukung


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ulangan Semester Ganjil IPS Terpadu Siswa

Kelas VIII B dan VIII C SMP Negeri 3 Natar ...4

2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

3. Jumlah Seluruh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 40

4. Desain Penelitian ... 43

5. Definisi Operasional Variabel ... ... 48

6. Kategori Besarnya Realibilitas ... 56

7. Kategori Tingkat Kesukaran ... 57

8. Kriteria Tingkat Daya Pembeda ... 58

9. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Natar Tiga Tahun Terakhir ... 71

10. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Natar ... 72

11. Rincian Fasilitas Belajar ... 73

12. Keterangan Kondisi Ruang Kelas ... 74

13. Data Ruang Belajar Lainnya ... 74

14. Data Ruang Penunjang ... 75

15. Perabotan Ruang Kelas (Belajar) ... 75

16. Perabotan Ruang Belajar Lainnya ... 76

17. Perabotan Ruang Penunjang ... 77

18. Koleksi Buku Perpustakaan ... 78

19. Fasilitas Penunjang Perpustakaan ... 79

20. Kondisi Laboratorium dan Pemanfaatannya ... 79

21. Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 3 Natar ... 80

22. Tingkat Pendidikan Guru dan Karyawan ... 80

23. Jadwal Jam Belajar SMP Negeri 3 Natar ... 81

24. Beban Belajar Siswa SMP Negeri 3 Natar ... 82

25. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar ... 85

26. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pre-Test Kelas Eksperimen ...86

27. Kategori Hasil Belajar Pre-Test Kelas Eksperimen ... 87

28. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Post-Test Kelas Eksperimen ... 89

29. Kategori Hasil Belajar Post-Test Kelas Eksperimen ... 90

30. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pre-Test Kelas Kontrol ... 92

31. Kategori Hasil Belajar Pre-Test Kelas Kontrol ... 93

32. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Post-Test Kelas Kontrol ... 94

33. Kategori Hasil Belajar Post-Test Kelas Kontrol ... 95 34. Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar IPS Terpadu pada


(10)

(11)

(12)

(13)

MOTO

“Karena sesumgguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Al-Insyirah, 5)

Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran

Nikmatnya kemenangan akan melenyapkan letihnya perjuangan

Menuntaskan pekerjaan dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih

payah

(Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni)

Jangan takut mencoba hal baru dalam hidupmu. Jika kamu berhasil,

maka kamu akan bahagia. Jika kamu gagal, maka kamu akan lebih

bijaksana

(Febi tri Utari)

Janganlah selalu mengkhawatirkan segala sesuatunya, dan sebagai

gantinya berdoalah

(Febi Tri Utari)

Berusaha, berdoa, dan bersyukur

(Arif Budi Setiawan)


(14)

(15)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Alhamdulillah Hirobbil ‘Alamin...

Segala puji hanya milik Allah SWT Rabb semesta alam. Atas izin dan ridho-Nya, sehingga terselesaikan sudah karya kecilku ini dari peluh dan letihku. Ku persembahkan dengan tulus kepada:

 Kedua orang tuaku tercinta yang penuh dengan kesabaran selalu

memberikan ku dukungan, doa, serta semangat untukku meraih cita-cita. Terimakasih untuk kasih sayang yang kalian berikan dalam setiap

langkahku menuju keberhasilan. Semoga Allah SWT memberikan kemuliaan di dunia dan di akhirat kelak. Amin... Adik sayang kalian.  Kakakku Murtinaningsih dan kakak iparku mas Yulianto yang selama 4

tahun terakhir ini telah menjadi orang tua ku selama aku tinggal di Bandar Lampung. Terimakasih untuk kesabaran dan doanya serta dukungan selami ini untukku.

 Kakakku Deni Aprilia dan kakak iparku mas Dandy, terimakasih untuk doa dan dukungannya serta semangatnya yang selalu diberikan untukku walaupun jauh.

 Seseorang yang spesial untukku, Arif Budi Setiawan, yang Insyaallah kelak menjadi imamku. Terimakasih untuk doa, semangat, dan dukungan yang tidak pernah berhenti untuk menguatkanku.

 Untuk Mamak terimakasih telah memberikan doa, semangat dan dukungannya.

 Sahabat-sahabatku tersayang Rika Melia Sari dan Novia Nalom Larasati, yang selalu menyemangakatiku agar aku menyelesaikan skripsi ini.  Dan terimakasih untuk semua pihak yang telah mendoakan dan

mendukung dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

 Para pendidik yang ku hormati, terimakasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan untukku.

 Keluarga Besar Economic Education.

 Almamater Universitas Lampung, tempat aku menimba ilmu dan pendidikan


(16)

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu: 1. SD Negeri 5 Geyer pada tahun 1998-2004 2. SMP Negeri 1 Geyer pada tahun 2004-2007 3. SMA Negeri 1 Toroh pada tahun 2007-2010

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada bulan Januari 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di

Jakarta-Semarang-Solo-Bali-Yogyakarta-Bandung. Pada tanggal 02 Juli 2013-17 September 2013, penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pancamarga, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 2 Gunung Terang. Selama menjadi mahasiswa penulis juga

Penulis dilahirkan di Grobogan, Jawa Tengah pada tanggal 02 Februari 1992 dengan nama lengkap Febi Tri Utari. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, yaitu putri dari pasangan Bapak Darto dan Ibu Ngatinem.


(17)

BPOK (Badan ) pada periode 2011-2012, dan Wakil Bendahara Umum Himapis pada periode 2012-2013.


(18)

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil’allamin.

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang Insya Allah dinantikan syafaatnya di Yaumil Akhir, amin. Skripsi ini berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu melalui

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik berupa doa maupun dalam bentuk dukungan dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Abdurrahman M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(19)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan arahan , motivasi, dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

9. Bapak Drs. Darwin Bangun, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik serta Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar dan penuh dengan ketelitian pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Ibu Dr. Pujiati, M. Pd. selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(20)

kasih untuk ilmu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Ibu Dra. Ros Lili Budiarti, selaku Kepala SMP Negeri 3 Natar, terima kasih

atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadikan SMP 3 Natar sebagai subjek dalam penelitian skripsi ini. 13. Ibu Herawati, S.Pd selaku guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Terpadu di SMP 3 Natar sekaligus guru pamong saat penulis melakukan penelitian, terima kasih atas bimbangan, nasehat, dan motivasi serta informasi yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian skripsi ini.

14. Seluruh Guru dan Staff Karyawan SMP Negeri 3 Natar yang telah mempermudah penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

15. Siswa-Siswi SMP Negeri 3 Natar khususnya Kelas VIII B dan VIII C, terima kasih atas kerjasama dan kekompakan serta dukungannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

16. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Darto dan Ibu Ngatinem, terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, doa, dan dukungannya. Semoga karya kecilku ini dapat memberikan sedikit kebahagian dan kebanggaan pada kalian. 17. Kakakku Murtiningsih dan kakak iparku mas Yulianto, terima kasih telah

menjadi orang tua selama aku tinggal di Bandar Lampung untuk

menyelesaikan studiku. Terimakasih untuk doa, dukungan dan kesabaran yang diberikan padaku.


(21)

jauh.

19. Untuk kedua keponakanku, Hana Sajadiah dan Naufal Alif Yulianto, terima kasih untuk dukungan yang telah diberikan untuk tante.

20. Arif Budi Setiawan, seseorang yang Insyaallah dengan seizin Allah SWT kelak akan menjadi imamku di dunia dan di akhirat, terima kasih untuk doa, motivasi, kesabaran, dan kasih sayang yang selalu diberikan untukku, serta bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

21. Untuk mamak Natiqoh Rifia, seseorang yang Insyallah akan menjadi mertuaku, terima kasih untuk doa, dukungan, dan semangatnya. 22. Sahabatku yang selalu ada untukku Rika Melia Sari dan Novia Nalom

Larasati, terima kasih untuk doa, dukungan, dan motivasi yang tak pernah berhenti untuk penulis, serta terimakasih untuk 4 tahun terakhir ini yang selalu mewarnai hari-hariku. Sayang kalian...

23. Teman-teman Economic Education 2010 semangat dan sukses untuk kedepannya.

24. Teman-teman seperjuanganku disaat KKN-PPL di SMP PGRI 2 Gunung Terang. Terima kasih untuk kebersamaannya selama berjuang d SMP PGRI 2 Gunung Terang.

25. Kakak-kakak tingkatku di FKIP Ekonomi angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009. Terima kasih untuk arahannya.

26. Adik-adik tingkatku 2011, 2012, 2013, dan 2014. Terimakasih dan selalu semangat.


(22)

28. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkansatu persatu, terima kasih atas sumbangan pemikiran, doa, dan dukungan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang


(23)

,

I. PENDAHULUAN

Bagian pertama ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara rinci akan diuraikan pada bagian-bagian berikut ini.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global harus dapat memberi dan menfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Pendidikan harus menumbuhkan berbagai kompetensi peserta didik. Keterampilan intelektual, sosial, dan personal yang dibangun tidak hanya dengan landasan rasio dan logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, intuisi (emosi), dan spiritual. Sekolah sebagai institusi

pendidikan dan miniatur masyarakat perlu mengembangkan pembelajaran sesuai tuntutan kebutuhan era global.

Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparitas (perbedaan) antara pencapaian academic strandart (standar akademik)dan performance standart (standar kinerja).Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajaran yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu


(24)

menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat.

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undag No. 20 Tahun 2003 tentang sistem nasional.

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.

Pemerataan kesempatan pendidikan ini diwujudkan melalui program pemerintah Wajib Belajar 9 Tahun yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.47 Tahun 2008 tentang wajib belajar. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah batin (aspek transendensi), olah pikir (aspek kognisi), olah rasa (aspek afektif),


(25)

dan olah kinerja (aspek spikomotor) agar dapat bersaing dalam menghadapi tantangan global.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik telah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya.

Hasil belajar IPS Terpadu merupakan suatu kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan IPS Terpadu, sikap, keterampilan, memahami dan mampu

mengerjakan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan IPS Terpadu yang ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Hasil belajar IPS Terpadu yang diperoleh siswa dapat diukur secara langsung dengan tes dan dapat menghitung hasilnya. Hasil belajar IPS Terpadu tidak hanya memberikan informasi mengenai kemajuan siswa umum tentang kemajuan kegiatan

pendidikan di sekolah dalam mata pelajaran IPS Terpadu.

Hal yang harus dilakukan dalam mengembangkan kemampuan siswa yaitu pendidik harus mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik dan berkualitas memiliki fungsi dan tujuan untuk mengaktifkan siswa di dalam kelas serta meningkatkan pemahaman siswa

terhadap pelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas, apabila siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas, serta meningkatnya


(26)

pemahaman siswa di dalam kelas. Untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa di dalam kelas, maka perlu dibuat suatu rencana pembelajaran yang baik. Model pembelajaran memegang peranan yang penting dalam proses belajar pada era saat ini. Namun metode pembelajaran langsung (ceramah yang disertai tanya jawab) masih merupakan metode yng dipilih oleh pengajar, termasuk dalam pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Natar. Metode ini berpusat pada guru (teacher centered). Metode pembelajaran ini banyak diterapkan karena dianggap mudah dan sederhana untuk dilaksanakan. Padahal metode ini sesungguhnya memiliki banyak kelemahan, misalnya siswa akan cenderung pasif dalam proses belajar karena hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan terhambatnya kreativitas siswa yang kemudian berdampak oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Natar. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMP Negeri 3 Natar diketahui hasil belajar IPS Terpadu siswa sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Ulangan Semester Ganjil IPS Terpadu Siswa Kelas VIII B dan VIII C SMP Negeri 3 Natar

No. Kelas Interval Nilai Jumlah Keterangan < 70 ≥ 70

1 VIII B 21 9 30

Kriteria Ketuntasan Minimumyang ditetapkan sekolah adalah 70

2 VIII C 23 7 30

Jumlah

Siswa 44 16 60

Presentse (%)

73,33% 26,67% 100% Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 3 Natar

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa

tergolong masih rendah yaitu siswa yang mencapai Standar Ketuntasan Minimum (SKM) yang berlaku di SMP Negeri 3 Natar yaitu hanya 16 siswa yang


(27)

mendapatkan nilai lebih dari 70 dari jumlah 60 siswa atau hanya 26,67%.

Sedangkan 44 siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70 dari jumlah 60 siswa atau 73,33%. Hasil belajar dikatakan baik jika siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanyak 70%.

Tabel 1 juga memperlihatkan kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama. Sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang kemudian berdampak pada pencapaian hasil belajar IPS Terpadu yang sesuai dengan KKM adalah dengan menerapkan model

pembelajaran coopereative learning (model pembelajaran kooperatif).

Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk penyempurnaan dari belajar kelompok biasa. Salah satunya adalah pembagian anggota-anggota dalam kelompok, pembagian

kelompok disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk kelompok yang heterogen.

Berdasarkan observasi pada tanggal 18 Februari 2014, dapat diketahui bahwa rendahnya hasil belajar IPS Terpadu tersebut disebabkan oleh materi yang sulit dipelajari karena merupakan ilmu pengetahuan yang dinamis (berkembang), serta guru menggunakan metode ceramah dan kurangnya penerapan model

pembelajaran di kelas yang dapat merangsang partisipasi siswa. Selain itu, siswa merasa cepat bosan selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga memacu siswa untuk lebih bersemangat dalam mempelajari IPS. Siswa perlu diperkenalkan suatu


(28)

model pembelajaran yang bukan hanya sekedar mendengarkan dan menghafal, tetapi mampu melibatkan mereka dalam proses pembelajaran.

Sebagian siswa juga jarang mengajukan pertanyaan jika sedang mengalami kesulitan dalam poses belajar walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, dan kurangnya keberanian siswa inilah yang menyebabkan pembelajaran cenderung pasif. Padahal guru mengharapkan

keaktifan siswa, baik dalam hal bertanya materi maupun menjawab sejumlah soal yang diajukan oleh guru. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukan tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, rendahnya keaktifan dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diduga dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru diruang kelas. Dalam proses pembelajaran guru biasanya menggunakan pembelajaran konvensonial dengan metode ceramah saja, sehingga pembelajaran cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Ini menandakan bahwa dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPS Terpadu, sebagian besar tidak melibatkan siswa secara aktif. Akibatnya proses berpikir kritis dan kreatif siswa tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan diterapkannya model-model pembelajaran yang dengan tepat mampu mengembangkan dan menggali

pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang kemudian


(29)

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran peserta didik perlu belajar berpikir, memecahkan masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, dan keterampilannya kepada peserta didik yang membutuhkan dan peserta didik yang merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif lebih

melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat berperan dominan dalam pembelajaran sehingga akan terkondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Pencapaian hasil belajar IPS Terpadu yang sesuai dengan KKM, maka peneliti menggunakan dua model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI) pada kelas yang berbeda. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut maka guru hanya sebagai fasilitator. Kedua model pembelajaran tersebut sama-sama menitikberatkan pada aktivitas siswa. Namun, ada sedikit yang membedakan yaitu pada model Numbered Heads Together (NHT) terdapat tahapan penomoran yang tentunya hal ini dapat memacu siswa untuk memahami materi dan mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh. Jika nomornya dipanggil, maka ia harus memiliki kesiapan untuk

mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Sedangkan Group Investigation (GI) tidak ada tahap penomoran, presentasi dilakukan oleh sukarela anggotanya atau siswa yang dianggap lebih memahami materi.


(30)

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian eksperimen

dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu melalui

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Siswa kurang memiliki pemahaman yang baik mengenai materi

pembelajaran IPS Terpadu sehingga siswa kesulitan dalam pemahaman. 2. Secara umum, guru masih banyak menggunakan metode pembelajaran

langsung (ceramah). Guru menjelaskan, siswa memperhatikan dan mencatat materi pelajaran.

3. Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru (teacher centered). 4. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.

5. Kurangnya penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas. 6. Hasil pembelajaran IPS Terpadu masih tergolong rendah, hal ini

ditunjukkan dari masih banyaknya siswa yang hasil belajarnya tidak tercapai dengan ketuntasan belajar.

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin diteliti, maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada


(31)

kajian membandingkan hasil belajar IPS Terpadu melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI) pada siswa kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, serta batasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar IPS Terpadu siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)?

2. Apakah rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatan hasil belajar IPS

Terpadu? E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang


(32)

Together (NHT) dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

2. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

3. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatan hasil belajar IPS Terpadu?

F. Manfaat Penelitian

Pelaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan pembuktian bahwa penerapan model pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam pendidikan.

2. Secara praktis

Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna untuk bahan informasi sebagai berikut.

a. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar.


(33)

b. Bagi siswa, dapat mempermudah cara belajar, sehingga siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran IPS Terpadu mampu meningkatkan hasil belajar.

c. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran IPS Terpadu.

d. Bagi peneliti bidang yang sejenis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ruang lingkup objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI) untuk mengetahui hasil belajar IPS Terpadu.

2. Ruang lingkup subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014.

3. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Natar. 4. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini adalah Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. 5. Ruang lingkup ilmu penelitian


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Bagian kedua ini membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Diawali dengan analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti. Perpaduan sintesa antara varibel satu dengan variabel lainnya akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. Pembahasan secara rinci akan dibahas pada bagian berikut ini.

A. Tinjauan Pustaka

Bagian tinjauan pustaka akan membahas teori-teori yang mendasari tentang pengertian belajar, pendidikan, hasil belajar, mata pelajaran IPS Terpadu, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

1. Pengertian Belajar

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke

perkembangan pribadi siswa yang seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggap properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaaan materi ilmu


(35)

pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti yang dikatakan Reber dalam Suprijono (2013: 3) belajar adalah the process of acquiring knowledge (belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan). Harold Spears dalam Suprijono (2013: 2), menyatakan bahwa: Learning is observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Maksudnya belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerima. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara esensial belum memadai. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai aksi dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010: 2).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Perilaku ini


(36)

berpikir, keterampilan, penghargaan terhadap sesuatu, sikap, minat, dan sebagainya.

Kegiatan belajar mempunyai banyak tipe. John Travers dalam Suprijono (2013: 7) menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan, dan belajar pemecahan masalah. Secara eklektis (memilih yang terbaik dari beberapa sumber), kategorisasi kegiatan belajar bermacam-macam dan dapat dirangkum menjadi tipe belajar:

1. keterampilan 2. pengetahuan 3. informasi 4. konsep 5. sikap

6. pemecahan masalah

Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching. Pengajaran adalah proses penyampaian. Arti demikian melahirkan konstruksi belajar mengajar berpusat pada guru. Perbuatan atau cara mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didik sebagai penerima. Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru dianggap paling dominan dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui. Pengajaran adalah interaksi imperatif. Pengajaran merupakan transplantasi pengetahuan.

Pola pengajaran yang berpusat pada guru dan siswa hanya menerima materi saja seperti banyak dipraktikan di sekolah. Implikasi lebih jauh adalah pada saatnya nanti, peserta didik akan benar-benar menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu. Paulo Freire dalam Suprijono (2013: 12) menganalogkan


(37)

pengajaran sebagai pendidikan gaya bank atau banking concept of education. Dalam proses ini guru diandaikan sebagai investor, pengetahuan guru adalah sumber investasi, dan peserta didik adalah rekening yang berisi catatan-catatan investasi yang dilakukan oleh guru.

Pembelajaran berarti proses, cara, dan perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindakan ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai

peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan kausalitas dari proposisi-proposisi. Ibarat bangunan, teori tersusun secara

kausalitas atas fakta, variable atau konsep, dan proposisi. Suprijono (2013: 15) mengemukakan fungsi teori dalam konteks belajar adalah sebagai berikut:

a) memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar; b) memberikan rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran; c) mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar;

d) mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang;


(38)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijiono (2013: 5), hasil belajar berupa:

1) informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2) keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri atas kemampuan

mengkategorikan, kemampuan analistis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampialan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas. 3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah-kaidah tertentu untuk menyelesaikan masalah.

4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga mewujudkan gerakan otomatisme gerak jasmani.

5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Anni (2002: 4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Nashar (2004: 77) berpendapat bahwa hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Keller dalam Nashar (2004: 77) hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu


(39)

perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar.

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah hal terpenting dalam proses pembelajaran dan merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari proses belajar.

Benjamin S. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 26-27) menyebutkan nama jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

f. evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.


(40)

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS Terpadu yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran dikelas tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sendiri.

Sugihartono, dkk (2007: 76-77) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a. faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b. faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor

eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Penilaian adalah upaya pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data atau informasi sebagai masukan bagi pengambilan keputusan tentang program pembelajaran. Penilaian terhadap proses pembelajaran berkaitan dengan sejauh mana interaksi antar kompenen, proses, dan tujuan pembelajaran. Hasil belajar IPS Terpadu adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa selama siswa


(41)

mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Untuk mengetahui keberhasilan hasil belajar tersebut diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka.

3. Mata Pelajaran IPS Terpadu

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh siswa. Sebagaimana seperti yang

diungkapkan oleh Sapriya (2005: 12) bahwa IPS Terpadu pada kurikulum sekolah (satuan pendidikan), pada hakikatnya merupakan mata pelajaran wajib

sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 37 yang berbunyi bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh peserta didik, merupakan mata pelajaran yang disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Pembelajaran IPS yang tersusun secara terpadu, memiliki tujuan agar peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

IPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran IPS ini terdapat pada tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang IPS yang ada ditingkat SMP. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi,


(42)

politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran IPS Terpadu dapat dikelompokan kedalam tiga kategori, yaitu: pengetahuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa,

tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan yang ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik dirinya, masyarakat, maupun ilmu.

Kosasih Djahiri dalam Sapriya dkk (2008: 8) mengemukakan karakteristik pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

2. penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakaan untuk menelaah suatu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini disebut juga sebagai pendekatan integated, juga menggunakan

pendekatan broadfield (luas), dan multiple resources (banyak sumber). 3. mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquri agar siswa

mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analistis.

4. program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan, dan memproyeksikan kepada kehidupan dimasa depan baik dari

lingkungan fisik/alam maupun budayanya.

5. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil, sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadi proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.

6. IPS mengutamakan hal-hal, arti, dan penghayatan hubungan masyarakat yang sifatnya manusiawi.


(43)

7. pembelajaran yang tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

8. berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. 9. dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan

prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan IPS itu sendiri.

Karakteristik IPS tersebut dapat dilihat bahwa IPS berusaha mengkaitkan ilmu teori dengan fakta atau kejadian yang dialami sehari-hari. Menyiapkan siswa dalam menghadapi masalah sosial yang ada di dalam masyarakat.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2008: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap pelajaran tersebut.

Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu sebagai berikut.

1. Hasil belajar akademik struktural

bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keberagaman

bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

3. Pengembangan keterampilan sosial


(44)

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mampu menjelaskan dan mengungkapkan ide atau pendapat, mampu bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu:

a. pembentukan kelompok b. diskusi masalah

c. tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut.

Langkah 1. Persiapan

Pada tahap ini guru menyiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Langkah 2. Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NumberedHeadsTogether (NHT). Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberikan nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket/bahan panduan Pembentukan kelompok tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap anggota kelompok berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.


(45)

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Tahap ini, guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberikan kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Model Numbered Heads Together (NHT) termasuk model pengajaran struktural yang dimulai dari masalah untuk selanjutnya berdasarkan bantuan guru, siswa dapat menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara bekerjasama dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks yang sengaja ditimbulkan.

Anita Lie (2005: 59) menyatakan “Teknik belajar mengajar kepala bernomor

(Numbered Heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,

teknik ini menolong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka”.

Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu tipe pengajaran kooperatif yang memiliki dasar filosofis pada metode konstruktivistik yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat serta meningkatkan semangat kerjasama siswa.


(46)

Nurhadi, dkk (2003: 66) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh siswa, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai berikut.

a. Penomoran (Numbering) yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda;

b. Pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajikan pertanyaan kepada siswa;

c. Berfikir bersama (Heads Together) yaitu para siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap siswa mengetahui jawaban tersebut;

d. Pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Suprijono (2013: 92) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) diawali dengan numbering, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Tiap-tiap anggota kelompok diberi nomor yang berbeda. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya

Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang

memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.


(47)

Nur (2005: 78) mengemukakan bahwa ciri khas model Numbered Heads Together (NHT) adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok.

Terdapat beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) terhadap siswa yang memiliki hasil belajar yang masih rendah yang dikemukakan oleh Lundgeren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain:

1. rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 2. memperbaiki kehadiran;

3. penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; 4. perilaku menggangu menjadi lebih kecil;

5. konflik antara pribadi berkurang; 6. pemahaman yang lebih mendalam;

7. meningkatakan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi; 8. hasil belajar lebih tinggi.

Setiap model dan metode yang kita pilih, tentu memiliki kekurangan dan

kelebihan sendiri-sendiri. Salah satu kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah kelas cendurung menjadi ramai jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendalikan. Sehingga mengganggu proses belajar mengajar, tidak hanya dikelas sendiri tetapi bisa juga mengganggu kelas lain. Terutama untuk kelas-kelas


(48)

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Secara individu atau kelompok belajar pasti memerlukan kehadiran seorang guru baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kondisi tertentu seperti ketika seseorang melakukan proses pemahaman secara bersamaan, dan memang dituntut oleh gurunya, kelompok siswa tersebut akan berusaha menyamakan persepsinya, pengetahuannya, dan pemaknaannya terhadap apa yang sedang dipelajari. Pada kondisi seperti ini akan tepat apabila dalam pembelajaran lebih menekankan pada pengkondisian belajar secara demokrasi, dimana pemahaman dalam belajar bisa diperoleh melalui kondisi kelompok atau individual. Kelompok dengan

karakteristik komunikasi kelompok yang kompleks memberikan peluang cukup banyak kepada individu anggotanya untuk memperoleh pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Slavin (2009: 215) mengemukakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah Group Investigation. Sebuah model investigasi kooperatif dari pembelajaran di kelas diperoleh dari premis bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya.

Slavin (2009: 215-217), mengemukakan hal penting untuk melakukan model Group Investigation (GI) adalah sebagai berikut.

1. Membutuhkan kemampuan kelompok

Didalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapatkan kesempatan memberikan kontribusi, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2. Rencana kooperatif

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah-masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka didalam kelas.


(49)

3. Peran guru

Guru menyediakan sumber dan berperan sebagai fasilitator. Guru

berkeliling diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemui kesulitan dalam interaksi kelompok.

Slavin (2009: 218), menyebutkan bahwa dalam Group Investigation (GI), para siswa bekerja dalam enam tahap, yaitu sebagai berikut.

Tahap 1: mengidentifikasi topik dan mengatur siswa dalam kelompok, meliputi: 1) para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

mengategorikan saran-saran.

2) para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

3) komposisi kelompok didasarkan pada keterkaitan siswa dan harus bersifat heterogen.

4) guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan menfasilitasi pengaturan.

Tahap 2: merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai:

1) apa yang kita pelajari? 2) bagaimana kita mempelajari?

3) siapa melakukan apa (pembagian tugas)?

4) untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasikan topik ini? Tahap 3: melaksanakan investigasi

1) para siswa mengumpulkan informasi menganalisis data dan membuat kesimpulan.

2) tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

3) para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

Tahap 4: menyiapkan laporan akhir

1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. 2) anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana mereka membuat presentasi mereka.

3) wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: mempresentasikan laporan akhir

1) presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

2) bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya secara aktif.


(50)

3) para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6: evaluasi

1) para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektian pengalaman-pengalaman mereka.

2) guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. 3) penilaian terhadap pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling

tinggi.

Salvin (2009: 215) Group Investigation (GI) tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran didalam kelas. Sharan dalam Trianto (2007: 59-61), membagi langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) meliputi 6 (enam) fase, yaitu sebagai berikut.

1. Fase memilih topik dan pembentukan kelompok (grouping)

Kegiatan yang dilaksanakan pada fase ini antara lain; guru menyajikan serangkaian permasalahan/isu, para siswa memilih permasalahan tersebut kemudian bergabung dengan kelompok lain, komposisi kelompok

didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus heterogen, guru menfasilitasi pengaturan kelompok.

2. Fase perencanaan kooperatif (planning)

Dalam fase ini kegiatannya adalah berdasarkan pada masalah yang telah dipilih, mereka merumuskan penyelesaiannya dengan merencanakan penyelidikan, baik berupa percobaan, mencari sumber ataupun membuat sesuatu.

3. Fase implementasi (investigation)

Pada fase ini masing-masing kelompok melaksanakan rencana yang telah disusun pada tahap kedua, membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan, melaksanakan percobaan, berdiskusi, dan mencatat hasilnya.

4. Analisis dan sintesis (organizing)

Pada fase ini, kelompok mendiskusikan hasil investigasinya, menganalisis dan mensintesis hasil temuannya untuk diringkas dan dikemas secara menarik sebagai bahan untuk disajikan, pada fase ini guru bertugas sebagai penasehat dan memberikan pertolongan kepada kelompok yang kesulitan.


(51)

5. Presentasi hasil final (presenting)

Dalam fase ini juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok, kelompok lainnya menyimak, menanggapi dan mengajukan pertanyaan. Pada fase ini pula peran guru sebagai guru konstruktivis sangat penting, dimana guru harus meluruskan pengertian/miskonsepsi siswa yang belum tepat. Pada tahap ini, selain kelompok

mempresentasikan hasil temuannya, guru juga memperagakan dan menggali pemahaman siswa dengan mencontohkan fenomena-fenomena atau contoh lain yang maih berkaitan, guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.

6. Evaluasi (evaluating)

Pada fase ini evaluasi dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi kelompok dan evaluasi individu. Hal ini berkenaan dengan masing-masing kelompok membahas permasalahan yang berbeda tetapi masih dalam satu topik. Selain itu guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa serta partisipasi siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya dengan melakukan investigasi bersama untuk memecahkan materi atau bahan diskusi dan melibatkan para siswa dari pemilihan kasus atau materi sampai dengan evaluasi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian terdahulu yang relevan dijadikan titik tolak penelitian dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul

penelitian “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.


(52)

Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Hasil

1. Dyah

Widianingrum (2012) Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) dan Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan memperhatikan Sikap terhadap Mata Pelajaran pada Siswa kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Negerikraton Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012

1) Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) dibandingankan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

2) Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament lebih tiggi dibandingkan yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswayang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran.

3) Rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT) lebih rendah dibandingkan dengan yang pembelajaraannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran.

2. Putri Yulianti (2013) Studi Perbandingan Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan Pembelajaran Two Stay Two Stray pada Siswa Sma Negeri 3 Bnadar Lampung Tahun 2012/2013

1) Terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperaif tipe NHT dan TSTS yaitu thitung > ttabel = 3,045>1996

2) Model pembelajaran NHT lebih efektif dibanding TSTS yaitu rata-rata NHT 34,67 rata-rata TSTS 29,24 dengan nilai

efektifitas 1,186 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.


(53)

Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan (lanjutan)

No Nama Judul Hasil

3. Eka Rizky Amalia (2013) Studi Perbandingan Moralitas antara Penggunaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dan Group Investigation (GI) dengan memperhatikan sikap terhadap mata pelajaran IPS Terpadu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sragi Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013

1) Ada perbedaan moralitas antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Value Clarification technique (VCT) dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS Terpadu.

2) Moralitas siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) lebih baik

dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) bagi siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu. 3) Moralitas siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran Value Clarifiction Technique (VCT) bagi siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.

4) Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan sikap pada mata pelajaran IPS Terpadu terhadap moralitas siswa.


(54)

Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan (lanjutan)

No Nama Judul Hasil

4. Yanatika Sulistyawati (2012) Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Student Team Achievment Division (STAD) dengan

Memperhatikan Minat Belajar (Studi Pada Kelas X SMA Negeri 1

Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012

1) Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajarkan

menggunakan metode tipe NHT dan yang diajarkan menggunkan metode tipe STAD.

2) Rata-rata hasil belajar ekonomi yang diajarkan menggunakan metode tipeNHT lebih tinggi dengan yang diajarkan

menggunakan metode tipe STAD pada siswa yang memiliki kemampuan rendah.

3) Rata-rata hasil belajar ekonomi yang diajarkan menggunakan metode tipe NHT lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan metode tipe STAD pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi.

5. Desi Saptawati Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi antara Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Student Team Achievment Division (STAD) dengan

Memperhatikan Kemampuan Awal (Studi pada Siswa Kelas X SMA Gajah Mada Tahun

Pelajaran 2011/2012

Terdapat perbandingan hasil belajar ekonomi dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI dan tipe STAD pada siswa kelas X SMA Gajah Mada tahun pelajaran 2011/2012 dengan hasil analisis Fhitung 7,997 > Ftabel 4,043 yang berartiterdapat perbedaan hasil belajar ekonomi antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD.


(55)

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka pikir ini digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan penulis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa

melalui Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Pencapaian tujuan belajar dalam proses belajar mengajar adalah dengan adanya perubahan yang menyangkut aspek

pengetahuan dan keterampilan. Untuk itu diperlukan adanya keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan belajar seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, kualitas pembelajaran dapat dipergunakan sebagai tolok ukur keberhasilan siswa dalam proses belajarnya.

Tujuan pembelajaran yaitu peningkatan prestasi belajar yang optimal dapat dicapai dengan diperlukan interaksi timbal balik yang positif antara guru dengan siswa melalui model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat adalah penggunaan model yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan selaras dengan materi yang disampaikan. Jika tidak, maka akan menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak berdaya guna atau tidak optimal sehingga menimbulkan permasalahan dalam pembelajaran

Penggunaan model pembelajaran dalam mengajar mempunyai pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Penelitian dengan model mengajar yang kurang tepat dapat mengakibatkan tujuan pengajaran tidak tercapai optimal. Untuk itu, guru


(56)

harus memiliki kemampuan untuk memilih model mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Natar adalah hasil belajar yang rendah yang salah satunya disebabkan oleh guru belum menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata IPS Terpadu. Perhatian dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat kurang. Berdasarkan pendekatan individual diketahui bahwa banyak siswa yang menganggap mata pelajaran IPS Terpadu sulit. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Peneliti juga menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

Penggunaan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI) diharapkan siswa lebih semangat dan antusias serta ikut berperan aktif dalam proses belajar. Masalah yang sebelumnya ada dapat teratasi sehingga pemahaman siswa terhadap materi IPS Terpadu semakin bertambah. Hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar siswa dapat meningkat karena minat dan pemahaman mereka terhadap pembelajaran IPS Terpadu meningkat.


(57)

Alur penalaran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Faktor yang paling dominan didalam proses belajar mengajar adalah hubungan kegiatan guru dan peserta didik didalam kelas. Oleh karena itu, ketepatan model pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran sangat menentukan

keberhasilan hasil belajar peserta didik. Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang menerapkan metode pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran konvensional merupakan suatu metode pembelajaran yang seringkali

dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran, sehingga tidak menutup kemungkinan anak menjadi bosan dan jenuh terhadap kegiatan belajar karena tidak ada variasi dalam

Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether (NHT)

(X1)

Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

(X2)

Hasil Belajar IPS Terpadu

(Y)

Hasil Belajar IPS Terpadu

(Y)

Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan GI


(58)

kegiatan pembelajaran. Metode konvensional guru lebih mendominasi kelas dibandingkan dengan peserta didik.

Guru pada saat ini lebih memilih menerapkan model pembelajaran kooperatif daripada metode konvensional. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Numbered Heads Together (NHT) dan Group Investigation (GI). Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pengajaran kooperatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk

berpendapat serta meningkatkan semangat kerjasama siswa dalam suatu kelompok.Penelitian ini juga menggunakan model pembelajaran Group

Investigation (GI). Model Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran yang menekankan pada adanya partisipasi siswa dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu sering dituntut untuk melakukan pengecekan atau mengarahkan

penyelidikan selanjutnya. Peneliti memiliki anggapan dasar dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian mempunyai

kemampuan akademis yang relatif sama/sejajar dalam mata pelajaran IPS Terpadu.


(59)

2. Kelas yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe NumberedHeads Together (NHT) dan kelas yang diberi model kooperatif tipe Group Investigation (GI) diajar oleh guru yang sama.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar IPS Terpadu selain model pembelajaran kooperatif tipe NumberedHeadsTogether (NHT) dan GroupInvestigation (GI), diabaikan.

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan anggapan dasar yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Ada perbedaan antara hasil belajar IPS Terpadu siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investagation (GI).

2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih efektif dibandingkan tipe Group Investigation (GI) dalam peningkatan hasil belajar.


(60)

III. METODE PENELITIAN

Bagian ketiga ini membahas beberapa hal mengenai metode penelitian, populasi dan sampel, prosedur dan desain penelitian, variabel penelitian, definisi

konseptual dan operasional variabel, teknik pengumpulan data, uji persyaratan instrumen, uji persyaratan analisis data, teknik analisis, dan pengujian hipotesis. Pembahasan yang lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mendapatkan sejumlah data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2012: 2) menyebutkan bahwa penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia. Sistematis artinya proses

penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Menurut Arikunto (2006: 22), metode penelitian merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti agar penelitiannya berjalan lancar. Langkah-langkah penelitian pada dasarnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pembuatan rancangan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pembuatan laporan akhir.


(61)

Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen adalah metode yang mencoba mencari hubungan antar variabel, yaitu mencari hubungan dari beberapa variabel secara valid dan dapat digunakan untuk mecari kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum/generalisasi dan memiliki dua kriteria yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Setiyadi, 2006:125). Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 72) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali, variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Jadi penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari

hubungan antara dua faktor atau variabel yang valid yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau mengisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu untuk mencari kesimpulan secara keseluruhan.

Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipoesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan (Sugiyono, 2005: 115). Metode penelitian komparatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua variabel ada perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak ada manipulasi dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alami, dengan mengumpulkan data dengan suatu instrumen. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan variabel yang diteliti.


(62)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Saat melakukan penelitian, harus ada objek yang akan dijadikan tempat penelitian. Objek yang dijadikan tempat penelitian tersebut disebut populasi. Menurut

Sugiyono (2012: 80) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Anggota populasi yang terdiri atas orang biasanya disebut subjek penelitian, tetapi jika bukan orang disebut objek penelitian. Penelitian tentang suatu objek mungkin diteliti secara langsung terhadap objeknya, tetapi mungkin juga hanya dinyatakan kepada orang yang mengetahui atau bertanggung jawab terhadap objek tersebut. Orang yang diminta menjelaskan objek yang diteliti disebut responden. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut ini.

Tabel 3. Jumlah Seluruh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

No. Kelas Jumlah Siswa (Populasi)

1 VIIIA 29

2 VIIIB 30

3 VIIIC 30

4 VIIID 31

5 VIIIE 31

6 VIIIF 30

Jumlah 181


(63)

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan Arikunto (2006: 131)

mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Namun tidak semua anggota dari populasi target diteliti. Penelitian hanya dilakukan terhadap sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample. Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan dikarenakan adanya tujuan tertentu tetapi dengan cara menetapkan dua kelas yang memiliki karakteristik sama. Karakteristik sama yang dimaksud yaitu jumlah siswa yang sama dan kemampuan yang sama pada tiap kelasnya. Dari sampel penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 2 kelas dari kelas VIII. Hasil dari penggunakan purposive sample diperoleh dari kelas VIIIB dan VIIIC.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang siswa, dari kelas VIIIB sebanyak 30 orang siswa yang merupakan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan kelas VIIIC sebanyak 30 orang siswa yang merupakan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).


(64)

C. Prosedur dan Desain Penelitian 1. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Melakukan observasi pendahuluan disekolah, untuk mengetahui jumlah kelas yang akan dijadikan sebagai populasi dan kemudian digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Selain itu, untuk mengetahui proses belajar mengajar di SMP Negeri 3 Natar.

b. Untuk mengetahui jumlah kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian menetapkan sampel dengan menggunakan teknik purposive sample.

c. Pada pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), siswa pada kelas eksperimen dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa, kemudian peneliti memberikan materi atau kasus untuk didiskusikan bersama dengan kelompok masing-masing. Setiap kelompok harus mempunyai buku panduan tentang IPS Terpadu. Peneliti membagikan nomor yang berbeda untuk setiap anggota kelompok. Dalam proses diskusi, peneliti hanya sebagai fasilitator yang membantu kelompok. Setelah diskusi selesai peneliti memanggil nomor yang telah diberikan sebelumnya, nomor yang dipanggil bertugas untuk mempresentasikan hasil diskusidan kelompok yang lainnya menanggapi. Peneliti bersama dengan siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi. Sedangkan pada

pembelajaran Group Investigation (GI), siswa pada kelas kontrol dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 siswa, peneliti


(1)

UJI HOMOGENITAS

Descriptives

Hasil Belajar

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Mi nim um Maximum Lower Bound Upper Bound

Eksperimen 30 80.3333 8.00144 1.46086 77.3455 83.3211 62.00 94.00 Kontrol 30 74.9333 7.97813 1.45660 71.9543 77.9124 60.00 90.00 Total 60 77.6333 8.37666 1.08142 75.4694 79.7973 60.00 94.00

S1 = 8,001 S2 = 7,978

Varians 1 = 64,02 Varians 2 = 63,65 F =

F = 1,005

F TABEL PADA ALPHA 0,05 dan dk = (n1-n2) = (30;30) = 1,84

FHITUNG < FTABEL = 1,005 < 1,84 (artinya homogen)

Test of Homogeneity of Variances

Hasil Belajar

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(2)

192

LAMPIRAN 24

UJI T-TEST DUA SAMPEL INDEPENDENT Group Statistics

Hasil Belajar

Kelas N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Eksperimen 30 80.3333 8.00144 1.46086

Kontrol 30 74.9333 7.97813 1.45660

Levene’s Test For Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Equal Variances

Assumed Equal Variances

not Assumed

.015 .904 2.618 58 .011 5.40000 2.06296 1.27055 9.52945 2.618 58.000 .011 5.40000 2.06296 1.27055 9.52945


(3)

REKAPITULASI SKOR RATA-RATA TES HASIL BELAJAR Model Pembelajaran Rata-rata Skor Pre-test Rata-rata Skor Post-test

NHT 65,8 80,93

GI 65,67 77,13

Rumus N- Gain:

NHT = rata-rata nilai akhir (post-test) – rata-rata nilai awal (pre-test) = 80,93 – 65,80

= 17,13

GI = -rata nilai akhir (post-test) – rata-rata nilai awal (pre-test) = 77,13 – 65,67

= 11,46 Perhitungan efektifitas:

=

= 1, 495

Kriteria:

rata-rata NHT > rata-rata GI = NHT lebih efektif rata-rata NHT < rata-rata GI = GI lebih efektif Maka, 17,13 > 11, 46 (NHT lebih efektif)


(4)

194 LAMPIRAN 26

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU PAMONG

1. Sudah berapa lama anda mengajar di SMP Negeri 3 Natar? 2. Berapa banyak kelas yang anda ajar?

3. Apakah kendala yang biasanya anda hadapi ketika anda mengajar di SMP Negeri 3 Natar?

4. Bagaimana cara anda mengajarkan materi IPS Terpadu kepada siswa-siswi anda? 5. Apakah anda harus menjelaskan berulang-ulang ketika menjelaskan suatumeteri

pembelajaran?

6. Apakah anda memanfaatkan media ketika mengajarkan pembelajaran IPS Terpadu? 7. Apakah anda sering memberikan pujian atau sejenisnya kepada siswa ketika siswa

menjawab pertanyaan secara benar?

8. Apakah anda sering memberikan hukuman kepada siswa yang melakukan kesalahan?

9. Apakah kuikulum yang digunakan di SMP Negeri 3 Natar? 10. Bagaimankah sistem belajar mengajar di SMP Negeri 3 Natar? 11. Bahan ajar apakah yang diberikan kepada siswa?

12. Berapa lama waktu beljar mengajar di SMP Negeri 3 Natar?


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 5 50

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

2 12 53

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 METRO PELAJARAN 2011/2012

0 11 100

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 62

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 83

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 23 171

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28

0 13 186

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 2 WAY KENANGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 90

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NEGARA BATIN TAHUN PE

1 15 101