Melihat rumusan Pasal 56, UU tersebut telah mengakomodir mengenai siapa yang menanggung biaya atau dana dalam bantuan hukum bagi masyarakat
tersebut. Pasal 56 Ayat 2 menjelaskan bahwa Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Dengan begitu dalam Pasal tersebut
pembuat UU mengatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas pemberian bantuan hukum kepada masyarakat yang tersangkut masalah hukum.
Namun, persoalannya adalah apa yang sudah diatur atau pacta sunt servanda, mengikat, berjalan dengan lancar? Walaupun peraturan telah dibuat
namun apakah pasti akan ada jaminan bahwa tidak lagi bakal ditemukan masyarakat miskin yang harus menjalani proses hukumnya sendiri tanpa ditemani
oleh penasehat hukum? Menurut pendapat Penulis, Dengan begini maka tanggung jawab atau
perikatan, atau perjanjian dari Negara itu sendiri belum ada jaminan bakal terlaksana dengan baik. Sehingga apa yang seharusnya terjadi dengan baik justru
hanya menjadi sebuah aturan yang masih harus ditunggu ketegasan dalam pelaksanaan.
3.6. UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
Kaitan dengan pernyataan sebagaimana telah dikemukakan diatas, UU Bantuan Hukum ini secara khusus mengatur tentang pemberian bantuan hukum
cuma-cuma kepada masyarakat. Undang – undang dimaksud muncul dengan dasar
untuk menjamin hak konstitusional bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Dalam konsideran undang – undang Bantuan Hukum huruf b disebutkan
bahwa “negara bertanggung jawab atas pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan terhadap akses keadilan”. Dalam undang – undang
Bantuan Hukum itu , “Bantuan Bukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh
pemberi bantuan hukum secara cuma-c uma kepada penerima bantuan hukum”.
4
Pasal 1 Ayat 2 UU No. 16 tahun 2011 ini menjelaskan bahwa Penerima Bantuan Hukum yang dimaksud dalam UU itu adalah masyarakat miskin.
Sedangkan Pemberi Bantuan Hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum atau Organisasi Kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum berdasarkan
undang undang ini
5
. Hal yang lebih rinci untuk menjabarkan mengenai Pemberi Bantuan Hukum ini terdapat pada pasal berikutnya.
Tujuan dari penyelenggaraan Bantuan Hukum ini tertuang dalam Pasal 3 undang-undang Bantuan Hukum tersebut. Bantuan Hukum yang diberikan
berdasar undang undang-undang Bantuan Hukum itu bertujuan untuk menjamin dan memenuhi hak penerima bantuan hukum untuk mendapatkan akses keadilan.
Serta guna menjamin hak konstitusional warga negara dan menjamin kepastian dari penyelenggaraan Bantuan hukum di seluruh wilayah Indonesia.
6
Dalam
4
Pasal 1 Ayat 1 UU No 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
5
Pasal 1 Ayat 2 UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum.
6
Pasal 3 Ayat 1 dan Ayat 2 UU No. 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
kenyataannya hingga hampir satu tahun undang-undang ini muncul, dalam pelaksanaannya masih belum berjalan sebagaimana yang diinginkan. Masih ada
masalah hukum yang berjalan tanpa adanya Bantuan Hukum bagi pencari keadilan yang membutuhkan.
Dalam Bab II Pasal 4 Ayat 2 UU No. 16 tahun 2012 tentang Bantuan Hukum menjelaskan mengenai ruang lingkup yang diberikan oleh undang-
undang itu. Bantuan Hukum dalam undang-undang itu diberikan bagi masalah hukum keperdataan, pidana dan tata usaha negara, baik dengan jalur litigasi
maupun dengan jalur non-litigasi. Pasal 5 Ayat 1 UU No. 16 tahun 2012 tentang Bantuan Hukum ini juga
menjelaskan bahwa Penerima Bantuan Hukum menurut undang – undang itu
adalah setiap orang atau kelompok miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. Dalam Ayat 2 dijelaskan hak dasar meliputi atass
pangan, sandang, layanan kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan berusaha, maupun perumahan.
Penyelenggaraan Bantuan Hukum dalan undang-undang Bantuan Hukum tersebut diselenggarakan oleh menteri dan dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan
Hukum. Hal ini sesuai yang tertuang dalam pasal 6 Ayat 4 UU No. 16 tahun 2011. Sedangkan yang dimaksud dengan Pemberi Bantuan Hukum dalam Pasal 1
Ayat 3 yaitu adalah Lembaga Bantuan Hukum atau Organisasi Kemasyarakatan yang memberi Layanan Bantuan Hukum sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
dalam undang-undang Bantuan Hukum tersebut.
UU No. 16 tahun 2011 dengan tegas mengatur bahwa Bantuan Hukum yang diberikan sesuai aturan dalam UU Bantuan Hukum ini bersifat cuma-cuma.
Dalam Pasal 20 menegaskan adanya larangan bagi Pemberi Bantuan Hukum untuk menerima ataupun meminta bayaran apapun dari Penerima Bantuan
Hukum. larangan dalam Pasal 20 tersebut dipertegas dengan adanya aturan pidana yang terdapat dalam pasal 21.
7
3.7. PP Persyaratan dan Tata Cara Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma