Macam-macam Mahar KONSEP UMUM TENTANG MAHAR

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mahar mithil. Sedangkan kalau yang mengetahui hanya suaminya saja, maka nikahnya sah. Tapi kalau pemilik benda yang dibuat mahar mengambil benda tersebut maka suami wajib mengganti benda yang dijadikan mahar tersebut. Sedangkan menurut golongan Hanafiyah, akad dan penyebutan maharnya sah baik keduanya mengetahui atau tidak, bahwa benda yang dibuat mahar adalah ghasab. Jika pemilik barang membolehkan benda tersebut dijadikan mahar, maka benda tersebut menjadi mahar, tapi jika pemilik barang tidak membolehkan maka suami wajib mengganti sesuai dengan harga benda tersebut dan tidak membayar mahar mithil. 4. Bukan Barang yang Tidak Jelas Keadaannya Tidak sah memberikan barang yang tidak jelas keadaannya atau tidak disebutkan jenisnya. Imam Syafi’i mengatakan bahwa “mahar itu tidak boleh kecuali dengan sesuatu yang maklum diketahui keadaan dan jenisnya.” 20 Mahar itu tidak disyaratkan harus berupa emas atau perak, tetapi boleh dengan menggunakan harta dagangan atau yang lainnya seperti hewan, bumi tanah, rumah dan sesuatu yang mempunyai nilai harta. Seperti halnya dengan benda-benda materi diperbolehkan mahar dengan menggunakan manfaat non materil seperti menggunakan manfaat rumah, hewan ataupun mengajar al-Quran. 21 20 Darmawan, Eksistensi Mahar, 21. 21 Ibid., 21. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Kadar ukuran Mahar

Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan maksimum dari mahar. 22 Ukuran mahar diserahkan kepada kemampuan suami sesuai dengan pandangannya yang sesuai. 23 Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam memberinya. Orang yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada calon istrinya. sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu memberinya. Oleh karena itu, pemberian mahar diserahkan menurut kemampuan yang bersangkutan disertai kerelaan dan persetujuan masing-masing pihak yang akan menikah untuk menetapkan jumlahnya. Mukhtamar Kamal menyebutkan “Janganlah hendaknya ketidak sanggupan membayar maskawin karena besar jumlahnya menjadi penghalang bagi berlangsungnya suatu perkawinan”, 24 Tidak ada dalam syara’ suatu dalil yang membatasi mahar sampai dan tidak boleh melebihinya. Sebagaimana firman Allah SWT: ٍْج وَزَْلاَد بِت ساُْمُت دَرَأْ نِإَو َناَكَم ْ ْاًئ يَشُْه ِمْاوُذُخ أَتْ َََفْاًراَط ِقْانُاَد حِإْ مُت يَ تآَوٍْج وَز ًْم ثِإَوْاًناَت هُ بُْهَنوُذُخ أَتَأ ْاًيِبُمْا 42 ْ ْ ٍض عَ بْىَلِإْ مُكُض عَ بْىَض فَأْ دَقَوُْهَنوُذُخ أَتَْف يَكَو ْاًظيِلَغْاًقاَثيِمْ مُك ِمَْن ذَخَأَو 42 25 Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedangkan kamu telah memberikan kepada seorang diantara mereka harta yang banyak maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan menanggung dosa yang nyata? Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul bercampur dengan yang lain sebagai 22 Tihami, Fiqh Munakahat, 40. 23 Azzam, Fiqh Munakahat, 179. 24 Mukhtamar Kamal, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, 82. 25 al- Qur’an, 4: 20-21. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id suami-istri. Dan mereka istri-istrimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. 26 Fuqaha sepakat bahwa tidak ada batas maksimal dalam mahar, tetapi setogyanya tidak berlebihan, khususnya di era sekarang. Rasulullah SAW bersabda: ًْةَكَرَ بْانُُرَ ث كَْْاًر وُهُمْانُهُلَ قَأ Wanita yang sedikit maharnya lebih banyak berkahnya. Sunnahnya menurut syara’ tidak berlebih-lebihan dalam mahar, karena hal itu akan mendatangkan orang berpaling dari nikah yang diikuti kerusakan secara umum. Ulama sepakat tidak ada batas maksimal dalam mahar dan berbeda dalam ukuran minimal. Menurut Imam S yafi’i mahar termasuk syarat sahnya nikah, sehingga tidak boleh mengadakan persetujuan untuk meniadakannya. Imam Syafi’i juga berpendapat bahwa nikah dan jual beli adalah berbeda. Hal ini tercermin dalam pendapat beliau: ْوْقادصْةضيرفْريغبْحصيْحاك لاْدقعْنا ْدقعْنمْىلعَْاْعقيَْقَطلاْناْكلاذ ْنيبْفَخلاْىلعْليلدْاذهفْتبثيفْرهمْريغبْحاك لاْدعقيْناْزاجْاذاوْهحاكن رهمْريغبْدقع يْحاك لاوْمولعمْنمثبَْاْدقع تَْعويبلاوْعويبلاوْحاك لا Sesungguhnya akad nikah itu sah tanpa ditentukan maskawinnya yang demikian itu, bahwa talak itu tidak jatuh, kecuali bagi oramg yang telah melakukan akad nikah. apabila akad nikah boleh dilakukan tanpa mahar, lalu berbeda. Jual beli tidak terjadi tanpa ditetapkan harga pastinya dan akad nikah itu sah dengan tanpa menyebutkan mahar. 27 26 Tim Disbintalat, Al- Qur’an dan Terjemahan Indonesia, cet. XVII, Jakarta: Sari Agung, 2002, 146. 27 Al- Syafi’i, al-Umm, vol. 5, 63.