Ruang Lingkup Pelaksana dan Tahapan Kegiatan

sesudah tahapan seleksi kelompok sasaran penerima manfaat. 2. Penetapan petanikelompok tani sasaran penerima manfaat oleh Kepala Dinas Provinsi TP Provinsi yang Membidangi Perkebunan atas nama Gubernur berdasarkan usulan dari Kepala Dinas KabupatenKota yang Membidangi Perkebunan, dengan terlebih dahulu dilakukan verifikasi kebenarankeabsahan data dan pengukuran lahan dengan GPS oleh Tim Teknis KabupatenKota. Penetapan petanikelompok tani sasaran penerima manfaat oleh Kepala Dinas KabupatenKota TP KabupatenKota atau TP Mandiri yang Membidangi Perkebunan atas nama BupatiWalikota berdasarkan usulan dari Ketua Tim Teknis KabupatenKota yang Membidangi Perkebunan, dengan terlebih dahulu dilakukan verifikasi kebenarankeabsahan data dan pengukuran lahan dengan GPS oleh Tim Teknis KabupatenKota. Dalam menetapkan CPCL agar mempertimbangkan prinsip-prinsip keberhasilan pencapaian sasaran, keadilan dan tertib administrasi dengan mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku. Surat Keputusan tentang kelompok tani sasaran penerima manfaat yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan berikut daftar nama petani disampaikan kepada Direktur Tanaman Semusim Direktorat Jenderal Perkebunan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2015 Revisi 1 29 3. Pengajuan dan Penyaluran Dana Pengajuan dan penyaluran dana APBN dilaksanakan sesuai dengan Mekanisme dan Tata Cara Pengajuan dan Penyaluran Dana sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku. 4. Pengadaan dan Penyaluran Bantuan Peralatan Pengadaan alat dan mesin dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan secara kontraktuale-katalog. Selanjutnya dalam proses penyalurannnya berkoordinasi dengan Dinas KabupatenKota yang membidangi Perkebunan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya Kegiatan lainnya dilaksanakan secara swakelola oleh Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan berkoordinasi dengan Ditjen Perkebunan, Dinas KabupatenKota yang membidangi Perkebunan, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, dan pihak terkait lainnya. 6. Pembinaan, Pengendalian, Pendampingan dan Pengawalan. Pembinaan, Pengendalian, Pendampingan, dan Pengawalan dilaksanakan oleh Ditjen Perkebunan, Tim Teknis Provinsi dan KabupatenKota serta instansi terkait. 7. Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2015 Revisi 1 30 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan oleh Ditjen Perkebunan, Tim Teknis Provinsi, dan Tim Teknis KabupatenKota dilaksanakan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Rencana lokasi kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan tebu tahun 2015 dan Pengawalan Rintisan Kebun Benih Tebu Tebu Tahun 2015 sebagaimana tersaji dalam Lampiran 15 dan 16.

C. Simpul Kritis

Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tebu tahun 2015 diperkirakan terdapat beberapa simpul kritis yang perlu diperhatikan guna meminimalisir risiko. Simpul kritis tersebut diantaranya adalah: 1. Penetapan CPCL tidak tepat sasaran, luasan dan waktu. Untuk meminimalisir risiko kegagalan, maka sosialisasi dan pengawalan dilakukan secara rutin dengan lebih intensif dan dilaksanakan sejak bulan Januari 2015. 2. Penyediaan benih konvensional danatau kuljar untuk pola I dan pembangunan KBD untuk pola II tidak tepat jenis, waktu, jumlah, dan mutu. Untuk meminimalisir risiko, tim teknis Provinsi dan KabupatenKota perlu menyusun dan melaksanakan jadwal waktu pelaksanaan time line secara disiplin mulai dari persiapan sampai dengan penanaman, meningkatkan koordinasi dengan penyedia sumber benih, PG, dan KPTRKoperasi Petani berbasis tebu. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2015 Revisi 1 31 3. Penyimpangan penyaluran bantuan. Untuk mengurangi risiko penyimpangan penyaluran bantuan maka pengawalan oleh Tim Teknis Provinsi dan KabupatenKota perlu ditingkatkan dengan dibantu oleh TKP dan PLP-TKP. 4. Terjadinya Perubahan CPCL pada saat pelaksanaan kegiatan. Verifikasi administrasi dan pengukuran lahan dengan GPS sangat diperlukan sebelum CPCL diusulkan ke Provinsi. Apabila ada perubahan CPCL agar segera dilakukan revisi terhadap SK Kepala Dinas Provinsi tentang Penetapan CPCL dengan terlebih dahulu melakukan pendataan secara akurat. 5. Penyusunan RUK tidak sesuai tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta pengajuan RUK terlambat. Untuk menguranggi risiko tersebut diatas, kelompok tani penerima bantuan melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Tim teknis KabupatenKota KPTRKoperasi Petani berbasis tebu dan perlu pendampingan serta bimbingan dari TKPPLP-TKP. 6. Pemanfaatan dana bansos terlambat. Untuk mengurangi risiko keterlambatan pemanfaatan dana Bansos, maka kelompok tani harus melaksanakan kegiatan secara disiplin sesuai dengan jadwal dan teknis yang telah ditentukan. Disamping itu, perlu adanya peningkatan pendampingan, Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu Tahun 2015 Revisi 1 32