Karakteristik Demografi Penderita Kandidiasis Vulvovaginalis pada Wanita Hamil

(1)

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PENDERITA

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS PADA WANITA HAMIL

TESIS

RISKA AFRIANTY

NIM :107105003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMENILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2014


(2)

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PENDERITA

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS PADA WANITA HAMIL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RISKA AFRIANTY

NIM :107105003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2014


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis :Karakteristik Demografi Penderita Kandidiasis Vulvovaginalis pada Wanita Hamil

Nama :dr. Riska Afrianty Nomor Induk :107105003

Program Studi :Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi :Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Irwan Fahri Rangkuti, SpKK,FINS.DV) (dr. Yostoto B Kaban, SpOG(K)) NIP. 196009221989031004 NIP. 196903031999031001

Program Magister Kedokteran Klinik

Sekretaris Program Studi Dekan

(dr. Murniati Manik, MSc,SpKK,SpGK) (Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH)

NIP. 195307191980032001 NIP.195402201980111001


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : dr. Riska Afrianty NIM : 107105003 Tanda tangan :


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan magister ini, berbagai pihak telah turut berperan serta sehingga terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Dengan berakhirnya masa pendidikan ini saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :

1. dr. Irwan Fahri Rangkuti, SpKK, FINS.DV selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan dan koreksi selama proses penyusunan tesis ini.

2. dr. Yostoto B Kaban SpOG (K), selaku pembimbing kedua tesis ini, yang juga telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK (K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai guru besar, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan


(6)

Magister Kedokteran Klinik dibidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K), sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan anggota tim penguji tesis yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini maupun selama menjalani pendidikan sehari-hari.

5. Prof dr. Cahiruddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) sebagai Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.

6. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

7. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister kedokteran Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Dr. dr. Nelva K Jususf, SpKK (K), dr Kristina Nadeak, SpKK, dr. Meidina K Wardani, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.


(7)

9. Para Guru Besar, Prof. dr. Diana Nasution, SpKK (K), Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK (K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK (K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medanyang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

10. Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan ini.

11. Dr. Surya Dharma, MPH, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.

12. Bidan Eva dan serta seluruh staf SMF Poliklinik Ibu Hamil RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah membimbing dan membantu saya selama menjalani penelitian ini.

13. Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini. 14. Seluruh staf Patologi Klinik di RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah

membimbing dan membantu saya selama menjalani penelitian ini.

15. Kedua orang tua saya, H. Hubban Nurdin (alm), H. Sabaruddin dan Hj. Maisyarah, AmKeb,SST tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terimakasih saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang untuk saya selama ini, terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan dan


(8)

betapa bersyukurnya saya mempunyai orang tua seperti papa dan mama. Semoga Allah SWT membalas segalanya.

16. Kepada abang ipar saya Prof dr Darwin Dalimunthe, PhD dan keluarga, kakak ipar saya Maslina Dalimunthe dan keluarga yang telah banyak membantu untuk senantiasa ikut mendukung dalam masa pendidikan saya 17. Suami saya tercinta, dr M Nuhadi, Sp.B (KBD) terima kasih yang

setulus-tulusnya atas segala pengorbanan, kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa, semangat, bantuan disetiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

18. Anakku yang tercinta dan tersayang Muhammad Daffa Riadi Dalimunthe dan Humairah Riadi Dalimunthe, dimana semua pengorbanan dan jerih payah ini semua hanya untuk anak-anak ku tersayang.

19. Abangku dr. Hendri Adi Saputra, Mked(OG), SpOG, kakak iparku dr. Fiska Anggraini, Mked(opth), adikku Abdul Halim, S.Sos, Hendra Adi Nugraha, SSTP,Msi, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.

20. Kepada seluruh kelurga dan kerabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

21. Teman seangkatan saya yang tercinta, dr. Yosie Anra, dr Meilania Hasnatasha, dr Dewi Lastya Sari, dr Feni Rinanda, dr Jamaliyah, dr Syarifah ulyana, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.


(9)

22. Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Oktober 2014 Penulis


(10)

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PENDERITA

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS PADA WANITA HAMIL

Riska Afrianty

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

, Irwan Fahri Rangkuti. Yostoto B Kaban

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Latar belakang : Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) pada kehamilan merupakan infeksi vagina pada wanita hamil yang disebabkan Candida albicans atau spesies

Candida lainnya yang menginfeksi vagina dan atau vulva sehingga menimbulkan

keluhan berupa duh tubuh pada vagina. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan data karakteristik demografi penderita kandidiasis vaginalis yang bervariasi. Namun karakteristik demografi KVV pada wanita hamil belum pernah dilakukan penelitian.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi penderita kandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil

Metode dan Subjek : Penelitian bersifat deskriptif dengan rancangan cross

sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2012 – Februari 2013,

melibatkan 54 orang wanita hamil dengan KVV .

Hasil : Jumlah penderita KVV pada ibu hamil umumnya berusia 26 – 30 tahun sebanyak 16 orang (29,6%), pendidikan SMA sebanyak 20 orang (37%), pekerjaan ibu rumah tangga berjumlah 33 orang (61,1%), 46 orang (85,2%) yang status menikah, suku Batak dan Jawa merupakan suku terbanyak ( berturut-turut 33% dan 27,8%). Kunjungan usia kehamilan terbanyak adalah pada trimester III yaitu sebanyak 26 orang (48,1%), kadar pH vagina bertururt-turut 4,5, 5, dan 5,5 berjumlah sama yaitu 18 orang (33,3%).

Kesimpulan : Distribusi KVV pada ibu hamil umumnya berusia 26 – 30 tahun , pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah, status menikah, suku Batak dan Jawa merupakan suku terbanyak. Usia kehamilan terbanyak adalah pada trimester ketiga, kadar pH vagina bertururt-turut 4,5, 5, dan 5,5 berjumlah sama 18 orang. Kata kunci :Karakteristik, kandidiasis vulvovaginalis, hamil


(11)

DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS OF PATIENTS CANDIDIASIS VULVOVAGINALIS IN PREGNANT WOMEN

Riska Afrianty

Department of Dermato-Venereologi

, Irwan Fahri Rangkuti, Yostoto B. Kaban

Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara H. Adam Malik Central General Hospital, Medan

ABSTRACT

Background: Candidiasis vulvovaginalis (KVV) in pregnancy is a vaginal infection in pregnant women caused by Candida albicans or other Candida species that infect the vagina and or vulva, giving rise to the complaints of vaginal discharge. Several studies in Indonesia shows the demographic characteristics of patients with vaginal candidiasis were varied. However KVV demographic characteristics in pregnant women have not been done the research.

Objective : To determine the demographic characteristics of patients with candidiasis vulvovaginalis in pregnant women.

Subject and Method : This was an descriptive study with cross sectional design that was conducted in November 2012 - February 2013, involving 54 pregnant women with KVV.

Result : The number of patients KVV in pregnant women aged from 26-30 years as many as 16 people (29.6%), high school education were 20 people (37%), housewives work totaling 33 people (61.1%), 46 people (85.2%) were married status, ethnic Batak and Javanese are the largest tribe (respectively 33% and 27.8%). Gestational age are the most visits in the third trimester as many as 26 people (48.1%), vaginal pH levels participate 4.5, 5, and5.5 amounts to the same, namely 18 persons (33.3%).

Conclusion: Distribution KVV on pregnant women aged from 26-30 years old, high school education, housewives work, married status, ethnic Batak and Javanese are the largest tribe. Gestational age most visits are in the third trimester, vaginal pH levels participate 4.5, 5, and 5.5 amounts to the same.


(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… .i

ABSTRAK ……… vi

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR SINGKATAN ……… x

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

LAMPIRAN ……… xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 3

1.3 Hipotesis ……….. 3

1.4 Tujuan Penelitian ……….. 3

1.4.1 Tujuan Umum ……….. 3

1.4.2 Tujuan Khusus ……….. 3

1.5 Manfaat Penelitian ……….. 4

1.5.1 Bidang Akademik ……….. 4

1.5.2 Pengembangan Penelitian ………. 4

1.5.3 Pelayanan Masyarakat ……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kandidiasis Vulvovaginalis ……… 5

2.1.1 Definisi ……… 5

2.1.2 Epidemiologi ……… 5

2.1.3 Etiologi ……… 6

2.1.4 Patogenesis ……… 7

2.1.5 Faktor Predisposisi ……… 10

2.2.5.1 Kehamilan ……… 11

2.2.5.2 Antibiotik ……… 11

2.2.5.3 Diabetes Mellitus ……… 12

2.2.5.4 Kontrasepsi ……… 12

2.1.6 Imunologi dan Serologi ……… 12

2.1.7 Gambaran Klinis ……... ………. 13

2.1.8 Diagnosis ………. 14

2.1.9 Diagnosis Banding ………. 17

2.1.10 Penatalaksanaan ………. 18

2.1.11 Prognosis ………. 18

2.2 Kerangka Teori ……… 20

2.3 Kerangka Konsep ……… 20

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ………. 21

3.2 Tempat dan Waktu ………. 21


(13)

3.2.2 Waktu Penelitian ……….. 21

3.3 Populasi Penelitian ……….. 21

3.3.1 Populasi Target ……….. 21

3.3.2 Populasi Terjangkau ……….. 21

3.4 Sampel Penelitian ……….. 21

3.5 Besar Sampel ………. 22

3.6 Cara Pengambilan Sampel ………. 22

3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ………. 22

3.8 Alat, Bahan dan Cara kerja ……… 22

3.8.1 Alat dan Bahan ……… 22

3.8.2 Cara Kerja ……… 23

3.8.3 Pemeriksaan Laboratorium ……… 24

3.9 Definisi Operasional ………... 25

3.10 Kerangka Operasional ……… 27

3.11 Analisis Data ……… 28

3.12 Ethical Clearance ……… 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Demografi ……… 29

4.2 Distribusi Berdasarkan Kunjungan Usia Kehamilan 32

4.3 Distribusi Berdasarkan Kadar pH Vagina………… 33

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……… 34

5.2 Saran ……… 34


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ANC : Ante Natal Care

CMI : Cell Mediated Immunity

DNA : Deoxyribonucleic Acid

ELISA : Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay

FSH : Folicle Stimulating Hormone

LH : Luteinising Hormone

HIV : Human Immunodeficiency Virus

Ig : Imunoglobulin

KVV : Kandidiasis Vulvovaginalis

KVVR : Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren MHC : Major Histocompatibility Complex


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Mekanisme Pertahanan Vagina terhadap Organisme Candida……9

Tabel 2.2 Klasifikasi KVV ………14

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Umur ………29 Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan………… 30 Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Berdasarkan Pekerjaan ………30 Tabel 4.4 Karakteristik Subjek Berdasarkan Status Pernikahan …………...31 Tabel 4.5 Karakteristik Subjek Berdasarkan Suku ………31 Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Usia Kehamilan ………32 Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan Kadar pH Vagina ………33


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis KVV ……… 10

Gambar 2.2 Algoritme untuk Diagnosis dan Terapi KVV ……… 17


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup ……… 37

Lampiran 2: Naskah Penjelasan kepada Pasien/Orangtua Pasien 38

Lampiran 3: Persetujuan Ikut Eerta dalam Penelitian ……… 41

Lampiran 4: Status Penelitian ……….. 42

Lampiran 5: Persetujuan Komite Etik ……… 46

Lampiran 6: Master Tabel ……… 47


(18)

(19)

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PENDERITA

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS PADA WANITA HAMIL

Riska Afrianty

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

, Irwan Fahri Rangkuti. Yostoto B Kaban

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Latar belakang : Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) pada kehamilan merupakan infeksi vagina pada wanita hamil yang disebabkan Candida albicans atau spesies

Candida lainnya yang menginfeksi vagina dan atau vulva sehingga menimbulkan

keluhan berupa duh tubuh pada vagina. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan data karakteristik demografi penderita kandidiasis vaginalis yang bervariasi. Namun karakteristik demografi KVV pada wanita hamil belum pernah dilakukan penelitian.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi penderita kandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil

Metode dan Subjek : Penelitian bersifat deskriptif dengan rancangan cross

sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2012 – Februari 2013,

melibatkan 54 orang wanita hamil dengan KVV .

Hasil : Jumlah penderita KVV pada ibu hamil umumnya berusia 26 – 30 tahun sebanyak 16 orang (29,6%), pendidikan SMA sebanyak 20 orang (37%), pekerjaan ibu rumah tangga berjumlah 33 orang (61,1%), 46 orang (85,2%) yang status menikah, suku Batak dan Jawa merupakan suku terbanyak ( berturut-turut 33% dan 27,8%). Kunjungan usia kehamilan terbanyak adalah pada trimester III yaitu sebanyak 26 orang (48,1%), kadar pH vagina bertururt-turut 4,5, 5, dan 5,5 berjumlah sama yaitu 18 orang (33,3%).

Kesimpulan : Distribusi KVV pada ibu hamil umumnya berusia 26 – 30 tahun , pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah, status menikah, suku Batak dan Jawa merupakan suku terbanyak. Usia kehamilan terbanyak adalah pada trimester ketiga, kadar pH vagina bertururt-turut 4,5, 5, dan 5,5 berjumlah sama 18 orang. Kata kunci :Karakteristik, kandidiasis vulvovaginalis, hamil


(20)

DEMOGRAPHIC CHARACTERISTICS OF PATIENTS CANDIDIASIS VULVOVAGINALIS IN PREGNANT WOMEN

Riska Afrianty

Department of Dermato-Venereologi

, Irwan Fahri Rangkuti, Yostoto B. Kaban

Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara H. Adam Malik Central General Hospital, Medan

ABSTRACT

Background: Candidiasis vulvovaginalis (KVV) in pregnancy is a vaginal infection in pregnant women caused by Candida albicans or other Candida species that infect the vagina and or vulva, giving rise to the complaints of vaginal discharge. Several studies in Indonesia shows the demographic characteristics of patients with vaginal candidiasis were varied. However KVV demographic characteristics in pregnant women have not been done the research.

Objective : To determine the demographic characteristics of patients with candidiasis vulvovaginalis in pregnant women.

Subject and Method : This was an descriptive study with cross sectional design that was conducted in November 2012 - February 2013, involving 54 pregnant women with KVV.

Result : The number of patients KVV in pregnant women aged from 26-30 years as many as 16 people (29.6%), high school education were 20 people (37%), housewives work totaling 33 people (61.1%), 46 people (85.2%) were married status, ethnic Batak and Javanese are the largest tribe (respectively 33% and 27.8%). Gestational age are the most visits in the third trimester as many as 26 people (48.1%), vaginal pH levels participate 4.5, 5, and5.5 amounts to the same, namely 18 persons (33.3%).

Conclusion: Distribution KVV on pregnant women aged from 26-30 years old, high school education, housewives work, married status, ethnic Batak and Javanese are the largest tribe. Gestational age most visits are in the third trimester, vaginal pH levels participate 4.5, 5, and 5.5 amounts to the same.


(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Keputihan merupakan salah satu masalah yang cukup berpengaruh padawanita. Secara fisiologis keputihan adalah suatu hal yang normal dan tidakmenganggu, tetapi apabila berlebihan dan disertai dengan keluhan lain seperti rasa gatal, dan rasa nyeri pada saat berhubungan seksual maka keputihan dapat

menganggu aktifitas dan keharmonisan rumah tangga.1,2

Sepanjang hidupnya seorang wanita diperkirakan pernah mengalami keputihan (fluor albus) minimal satu kali. Fluor albus banyak dialami oleh wanita usia reproduktif. Keputihan dalam kehamilan sering dianggap sebagai hal yang biasa terjadi dan sering luput dari perhatian ibu dan petugas kesehatan yang melakukaan pemeriksaan kehamilan.Dari bermacam keputihan yang dapat terjadi pada kehamilan, tiga besar yang sering ditemukan adalah kandidiasis vulvovaginal, bakterial vaginosis dan trichomoniasis vaginalis.1,2

Kandidiasis vulvovaginal (KVV) adalah infeksi vagina yang disebabkan

Candida albicans atau spesies Candida lainnya.1Candida albicans adalah jamur dimorfik, komensal pada genital dan saluran gastrointestinal.Menurut penelitian penyebab yang utama KVV adalahCandida albicans, yaitu antara 80-90%.2 Namun sekarang ini diketahui bahwa prevalensi C.albicans dalam menyebabkan kandidiasis menurun, sementara yang non-albicans semakin meningkat seperti

C.glabrata,C.parapsilosis,C.tropicalis,C.krusei,C.kefyr,C.gulliermondi,

C.lusitaniae dan C.dublisiensis.1Jamur Candida dapat tumbuh dengan variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5-6,5. Pada penderita kandidiasis vulvovaginalis kadar pH vagina biasanya normal berkisar 4.0-4.5.1

Awalnya infeksi vagina simtomatis ini disebut dengan candida vaginitis, sejak gejala dan tanda hampir seluruhnya mengenai vulva sehingga terminologi kandidiasis vulvovaginal lebih menunjukkan penyakitnya.Laporan tentang KVV pertama sekali ditulis oleh Hipocrates dan Galen, kemudian Frank menuliskan


(22)

2

gambaran klinis KVV pada tahun 1792 dan Candida sebagai faktor penyebab pertama sekali dilaporkan oleh Wilkinson pada tahun 1894.1,3

Adanya faktor-faktor predisposisi dapat menyebabkan perubahan pada jamur Candida yang semula saprofit menjadi patogen sehingga terjadi kandidiasis vulvovaginalis. Faktor predisposisi tersebut di antaranya adalah perubahan hormonal (kehamilan), penggunaan antibiotik, penyakit metabolik dan penggunaan obat-obatan.1,2Pada kehamilan terjadi peningkatan kerentanan terhadap infeksi Candida, terutama pada trimester ketiga. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya kadar hormon reproduksi, yaitu estrogen yang menyebabkan konsentrasi glikogen yang tinggi pada epitel vagina sehingga menjadi substrat yang baik (karbon) untuk pertumbuhan jamur Candida dan peningkatan estrogen akan meningkatkan perlengketan sel-sel jamur pada mukosa vagina. 1

Kandidiasis vulvovaginalis pada kehamilan dapat menyebabkan komplikasi di antaranya: risiko infeksi pada membranfetus selama kehamilan (amnionitis chorioamnionitis), risiko kelahiran prematur, risiko defisiensi oksigen intrauterin, rupturprematur dari membran dan risiko infeksi pada penyembuhan luka setelah kelahiran (endometritis).1,2

Informasi tentang prevalensi KVV belum diketahui dengan pasti namun, merupakan infeksi tersering di seluruh dunia dengan insidensi yang meningkat beberapa tahun ini. Di Amerika serikat KVV merupakan penyebab kedua tersering infeksi vagina setelah vaginosis bakterialis.1,2Di Indonesia, data dasar mengenai prevalensi KVV masih sedikit dan terbatas. Hutapea (1979) di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RS Dr Pirngadi Medan melaporkan insidensi kandidiasis vagina sebanyak 14%.3Mahadi (1982) melaporkan insidensi kandidiasis vagina di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RS Dr Pirngadi Medan sebanyak 55%.4 Barus (1997) melaporkan insiden kandidiasis vagina di Poliklinik Ginekologi PKBRS dan PIH RS Pirngadi Medan sebanyak 46%.5

Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan data karakteristik demografi penderita kandidiasis vaginalis yang bervariasi. Anindita (2000) di Jawa timur menemukan bahwa penderita kandidiasis vaginalis terbanyak pada usia 16-35 tahun dan pengguna kontrasepsi hormonal.6 Darmani


(23)

3

melaporkan(2001) di RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa penderita keputihan terbanyak ditemukan pada wanita berusia 31-40 tahun yang menggunakan akseptor AKDR, pendidikan SLTA, dan pekerjaan ibu rumah tangga.7Yosi (2007) di RSUP H Adam Malik Medan menemukan penderita KVV terbanyak berusia 30-39 tahun, pendidikan perguruan tinggi dan pekerjaan ibu rumah tangga.8Paramita (2012) di RSUP H Adam Malik Medan menemukan karakteristik RKVV paling banyak berusia 21-30 tahun, pendidikan perguruan tinggi dan pekerjaan ibu rumah tangga.9Namun karakteristik demografi KVV pada wanita hamil belum pernah dilakukan penelitian.

Berdasarkan latar belakang di atas dengan bervariasinya data mengenai karakteristik demografi penderita KVV maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang karakteristik demografi penderita kandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik demografi penderita kandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik demografi penderitakandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah pasien KVV pada wanita hamil yang berkunjung di Poliklinik Ibu Hamil SMFKebidanan dan Kandungan dan Divisi IMSSMFIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode November 2012 – Februari 2014.

2. Untuk mengetahui distribusi pasien KVV pada wanita hamil berdasarkanumur,pekerjaan , tingkat pendidikan, status pernikahan, dan sukudi Poliklinik Ibu Hamil SMFKebidanan dan Kandungan dan


(24)

4

Divisi IMS SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode November 2012 – Februari 2014.

3. Untuk mengetahui distribusi pasienKVV pada wanita hamil berdasarkan kunjungan usia kehamilandi Poliklinik Ibu Hamil SMFKebidanan dan Kandungan dan Divisi IMS SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode November 2012 – Februari 2014.

4. Untuk mengetahui distribusi pasienKVV pada wanita hamil berdasarkankadar pH vaginadi Poliklinik Ibu Hamil SMFKebidanan dan Kandungan dan Divisi IMS SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode November 2012 – Februari 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bidang Akademik atau Ilmiah

Memberikan informasi kepada institusi kesehatan, institusi pendidikan dan pihak-pihak terkait lainnya mengenai gambaran karakteristik demografi penderita kandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil di RSUP H. Adam Malik Medan periode November 2012 – Februari 2014.

1.4.2 Pengembangan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi data dasar ataupun data pendukung untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai kandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil.

1.4.3 Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kandidiasis vulvovaginalis terutama pada wanita hamil.


(25)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kandidiasis Vulvovaginalis 2.1.1 Definisi

Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi mukosa vagina dan vulva yang disebabkan oleh spesies Candida. Penyebab terbanyak (80-90 %) adalah Candida albicans, sedangkan penyebab terbanyak kedua dan ketiga adalah

Candida glabrata dan Candida tropicalis.1,11

Kandidiasis (kandidosis) merupakan suatu infeksi dengan manifestasi klinis yang bervariasi, bersifat akut atau subakut dan kronis yang didapat baik secara endogen maupun eksogen yang sering menimbulkan keluhan berupa duh tubuh pada vagina.1

2.1.2 Epidemiologi

Penyakit kandidiasis vulvovaginalis ditemukan diseluruh dunia.Pada beberapa negara penyakit ini tetap merupakan terbanyak di antara infeksi vagina terutama di daerah iklim subtropis dan iklim tropis.11

Sobel dkk melaporkan bahwa pada 20-25% wanita sehat usia reproduksi, dijumpai Candida pada traktus genital yang bersifat asimtomatik. Pada 29,8% wanita dengan vulvovaginitis simptomatik dapat diisolasi jamur Candida. Rata-rata 70-75% wanita dewasa pernah satu kali ikut menderita kandidiasis vagina selama hidupnya dan 40-50% mengalami dua kali atau lebih.1,11

Soll dkk juga melaporkan bahwa pada wanita dapat diisolasi jamur

Candida, 80 % strain Candida di genital sama dengan yang terdapat di anus dan 62% strain Candida di mulut sama dengan yang terdapat di genital.1,11

Di Amerika Serikat, vaginitis yang disebabkan oleh karena Candida merupakan infeksi vagina kedua terbanyak, dimana penyakit ini menyebabkan kurang lebih 10 juta kunjungan dokter pertahun. Pada masa reproduksi, 75% wanita akan mengalami 1 kali kandidiasis vaginalis selama hidupnya dan 40-50% diantaranya akan mengalami infeksi kedua terutama saat hamil.1,11,12


(26)

6

Data yang dikeluarkan oleh Syarifuddin dkk (1995) menyatakan tingginya frekuensi kejadian KVV seiring meningkatnya tahun, pada tahun 1987 KVV ditemukan sebanyak 40% dari seluruh infeksi saluran kemih, meningkat menjadi 60% pada tahun 1991 dan 65% pada tahun 1995.9 Pada tahun 1997 penelitian yang dilakukan Depkes melaporkan angka prevalensi KVV di Jakarta Utara adalah sekitar 22% di antara wanita pengunjung klinik KB.12 Di RSUP Haji Adam Malik Medan data tahun 2004 sampai dengan 2008 KVV menempati urutan kedua terbanyak dari seluruh kunjungan pasien ke Poliklinik Infeksi Menular Seksual yaitu sebanyak 19,47.9,12

Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan data karakteristik demografi penderita kandidiasis vaginalis yang bervariasi. Anindita (2000) di Jawa timur menemukan bahwa penderita kandidiasis vaginalis terbanyak pada usia 16-55 tahun dan pengguna kontrasepsi hormonal.6 Darmani melaporkan (2001) di RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa penderita keputihan terbanyak ditemukan pada wanita berusia 31-40 tahun yang menggunakan akseptor AKDR, pendidikan SLTA, dan pekerjaan ibu rumah tangga.7Yosi(2007) di RSUP H Adam Malik Medan menemukan penderita KVV terbanyak berusia 30-39 tahun, pendidikan perguruan tinggi dan pekerjaan ibu rumah tangga.8 Paramita (2012) di RSUP H Adam Malik Medan menemukan karakteristik RKVV paling banyak berusia 21-30 tahun, pendidikan perguruan tinggi dan pekerjaan ibu rumah tangga.9

2.1.3 Etiologi

Kandidiasis vulvovaginalis disebabkan oleh Candida albicans (85-95%) dan ragi (yeast)lain dari genus Candida. Spesies non albicans yang tersering adalah Candida glabrata (Turolopsis glabrata) .1,11-13

Thin (1983) menyatakan penyebab kandidiasis vagina 81% oleh Candida albicans, 16% oleh Turolopsus glabrata, sedangkan 3% lainnya disebabkan oleh

Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei dan Candida stellatoidea.11

Genus Candida merupakan sel ragi uniseluler yang termasuk kedalam


(27)

7

termasuk dalam famili crytococcaceae yang memperbanyak diri dengan cara bertunas. Genus ini terdiri atas 80 spesies, yang paling patogen adalah Candida albicans diikuti secara berurutan oleh Candida stellatoidea, Candida tropicalis,

Candida parapsilosis, Candida kefyre, Candidaguillermondii dan Candida

krusei.11,13,14

Candida merupakan organisme yang dimorfik (dua kutub). Organisme ini

dapat ditemukan pada manusia pada fase fenotip yang berbeda.14Gambaran morfologi Candida berupa sel ragi yang berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5μ x 3-6 μhingga 2-5,5μ x 5-28,5μ. Jamur Candida

memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, yang disebut sebagai blastopora.Blastospora bisa berbentuk oval tanpa kapsul dan bereproduksi melalui pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dan dapat tumbuh dalam biakan atau in vivo. Sebagai tanda penyakit yang aktif ditemukan adanya tunas (budding).14,15 Berdasarkan bentuk tersebut maka dikatakan bahwa

Candida menyerupai ragi (yeast like). Jamur Candida dapat tumbuh dengan variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5-6,5.Karena Candidida albicans dapat memproduksi enzim protease yang bekerja optimal pada pH normal vagina.14-16

Pada tubuh manusia jamur Candida merupakan jamur yang bersifat oportunis, yaitu dapat hidup sebagai saprofit tanpa menimbulkan suatu kelainan apapun. Namun, jamur itu kemudian dapat berubah menjadi patogen dan menimbulkan penyakit kandidiasis bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang menimbulkan perubahan pada lingkungan vagina.1,11

2.1.4 Patogenesis

Terdapat dua mekanisme penting untuk memahami patogenesis kandidiasis vulvovaginalis.Mekanisme pertama adalah bagaimana kolonisasi asimtomatis di vagina berubah menjadi vaginitis simtomatis.Mekanisme kedua adalah beberapa wanita mengalami kekambuhan dan infeksi kronis KVV.Candida

masuk ke dalam lumen vagina terutama dari daerah perianal.1,11,13 Setelah tinggal dan terjadi kolonisasi di vagina, organisme akan menetap selama beberapa minggu sampai bulan tanpa menyebabkan gejala. Pada keadaan ini sel yeast,


(28)

8

biasanya tidak pada fase germinatif, dan hidup berdampingan dengan bakteri residen sebagai komensal.Apabila terdapat beberapa faktor yang mengubah kolonisasi Candida (seperti penggunaan antibiotik, kortikosteroid, diabetes dan lain-lain), terdapat pula perubahan fase germinatif dan filamentosa dari

Candida.Fase germinatif tidak hanya meningkatkan kolonisasi, tetapi juga

berperan penting pada fase invasif pada saat menembus sel epitel utuh dan melekat pada mukosa vagina.1,11,14

Koloni jamur tumbuh secara aktif menjadi miselia dan umumnya ditemukan dalam keadaan patogenik. Jika kondisi memungkinkan, proses penyakit diduga dimulai dari perlekatan sel Candida pada epitel vagina yang selanjutnya menjadi miselia. Hifa Candida kemudian tumbuh dan berkolonisasi pada permukaan vagina. Percobaan in vitro menunjukkan proses perlekatan ini. Hifa tumbuh dan berkolonisasi lebih tinggi oleh adanya perubahan estrogen.13,14

Manifestasi kandidiasis vagina merupakan hasil interaksi antara patogenitas Candida dan mekanisme pertahanan tuan rumah, yang berkaitan dengan faktor predisposisi. Pada keadaan normal, jamur Candida dapat ditemukan dalam jumlah sedikit di vagina, mulut rahim, dan saluran pencernaan. Jamur

Candida di sini hidup sebagai saprofit tanpa menimbulkan keluhan atau gejala (asimtomatis).14 Hal ini dapat mendukung pertumbuhan jamur yang dapat menghasilkan beberapa faktor yang dapat merusak epitel vagina sehingga menyebabkan vaginitis. 1,16,17

Dari hasil penelitian bahwa Candida-Ag menyebabkan suatu peningkatan produksi prostaglandin E2 melalui makrofag.Kerja prostaglandin ini adalah menghambat produksi sitokin-interleukin 2 (IL-2).IL-2 ini mengatur proliferasi limfosit T normal. Kemudian, hal ini akan memicu peningkatan proliferasi

limfosit T anti-candidal dan akibatnya akan terjadi penurunan Cell mediated

immunity (CMI). Penurunan CMI ini menyebabkan seseorang lebih mudah

terinfeksi oleh candida.1,11

Bentuk filament Candida merupakan bentuk yang biasanya dapat dilihat pada penderita dengan gejala-gejala simtomatik.Bentuk filament candida dapat menginvasi mukosa vagina dan berpenetrasi ke sel-sel epitel vagina. Germinasi


(29)

9

Sobel dkk menunjukkan secara in vitro jamur Candida yang tidak mengalami germinasi atau membentuk tunas, tidak mampu menyebabkan kandidiasis vaginalis.17,19

Virulensi dapat diperluas oleh adanya enzim proteolitik, toksin, dan fospolipase yang dihasilkan oleh yeast.Sekresi aspartil proteinase yang dihasilkan oleh Candida spp dapat diidentifikasi dari sekret vagina wanita dengan gejala vaginitis, tetapi tidak pada asimtomatik. Enzim-enzim proteolitik yang banyak mengandung substrat dapat memengaruhi ikatan-ikatan protein sehingga akan merusak kolonisasi dan invasi jamur. Beberapa gen yang dapat mempengaruhi produksi proteinasi (SAP1, SAP2 dan SAP3) berkorelasi kuat baik secara in vitro

maupun eksperimental pada vaginitis antara ekspresi gen, sekresi aspartil proteinase dan kemampuan dalam menimbulkan suatu penyakit.11,17

Tabel 2.1 Mekanisme Pertahanan Vagina terhadap Organisme Candida

Sumber : Kepustakaan no 11

Manifestasi klinis KVV merupakan hasil interaksi antara patogenitas spesies Candida dengan mekanisme pertahanan hospes (host), yang berkaitan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi. Menurunnya daya tahan tubuh dan adanya perubahan lingkungan daerah vagina yang menyebabkan menurunnya pertahanan lokal dan reaksi hipersensitivitas disertai kemampuan spesies Candida


(30)

10

untuk menghasilkan faktor virulensi, memegang peranan penting pada patogenitas infeksi.1

Sumber : Kepustakaan no 1

2.1.5 Faktor Predisposisi

Pada dasarnya faktor-faktor predisposisi dapat dibagi dalam dua golongan yaitu yang memicu candida sendiri untuk aktif berkembang biak ( menjadi patogen) dan yang menurunkan atau merusak sistem mekanisme pertahanan tubuh hostnya, baik lokal maupun sistemik sehingga memudahkan invasi jaringan. ¹

1. Faktor host (predisposing host factor)

Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi terjadinya kandidiasis vagina adalah kehamilan, diabetes mellitus, hormon steroid terutama kontrasepsi oral atau kortikosteroid, dan juga penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), antibiotik, kelainan imunologik,obesitas dan faktor-faktor lokal seperti menggunakan pakaian ketat, doucher, dan tissuetoilet.1,17 2. Faktor yeast (predisposing yeast factor)

Sekitar 50% penderita kandidiasis vagina dengan gejala simptomatik memunyai faktor predisposisi yang tidak diketahui.Keadaan ini menggambarkan bahwa kolonisasi asimtomatik yang lama disebabkan karena virulensi Candida yang lemah.1,17

Strain jamur memunyai perbedaan dalam kemampuan menginvasi sel vagina, jumlah produksi protease (protease membantu invasi mukosa) dan


(31)

11

pembentukan pseudohifa (membantu pelekatan dan invasi oleh jamur). Sampai saat ini masih belum jelas diketahui seberapa besar hal tersebut dapat memengaruhi status klinis host.1,20

2.1.5.1 Kehamilan

Pada kehamilan terjadi peningkatan kerentanan terhadap infeksi

Candida.Selain itu, terjadi pula peningkatan kolonisasi dan prevalensi vaginitis simtomatis.Vaginitis simtomatis paling sering terjadi pada trimester ketiga dan vaginitis rekuren simtomatis juga lebih sering dijumpai selama kehamilan. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya kadar hormon reproduktif, yang menyebabkan konsentrasi glikogen yang tinggi pada epitel vagina sehingga menjadi substrat yang baik (sumber karbon) untuk pertumbuhan jamur Candida. Mekanisme yang lebih kompleks adalah bahwa peningkatan estrogen akan meningkatkan perlekatan sel-sel jamur pada mukosa vagina masih perlu diteliti lebih lanjut. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa secara in vitro kemampuan mengikat hormon seks wanita terhadap Candida meningkat selama kehamilan.Selain itu juga meningkatkan pembentukan miselium dan virulensi jamur. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa peningkatan hormon seks selama kehamilan akan meningkatkan virulensi jamur, sehingga angka kesembuhan kandidiasis vagina menurun selama kehamilan.11,19

2.1.5.2 Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang berulang atau dalam jangka waktu lama akan merusak keseimbangan flora normal sehingga menyebabkan proliferasi Candida albicans.1,14

Perkiraan seberapa besar frekuensi kandidiasis vulvovaginalis setelah pemberian antibiotik adalah berkisar dari 28% sampai 33% dan peningkatan kolonisasi vaginal bekisar 10% sampai 30%. Pemberian antibiotik pada wanita dapat mengeliminasi proteksi flora normal bakteri, sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan Candida di vagina dan traktus gastrointestinal.Berkurangnya bakteri di dalam vagina menyebabkan Candida dapat tumbuh dengan subur


(32)

12

karena tidak ada lagi persaingan dalam memperoleh makanan yang menunjang pertumbuhan jamur tersebut. 1,11

2.1.5.3 Diabetes mellitus

Pada penderita Diabetes mellitus terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah dan urin. Gangguan metabolisme karbohidrat dan perubahan proses glikogenolisis menyebabkan kadar glikogen pada epitel vagina meninggi sehingga pertumbuhan Candida juga meningkat. Peningkatan jumlah glikogen pada sel epitel vagina disertai dengan penurunan imunitas seluler tuan rumah memudahkan terjadinya infeksi Candida padavagina.1,11,16

2.1.5.4 Kontrasepsi

Rahman dkk melaporkan bahwa pada pemakaian kontrasepsi lebih sering didapatkan pertumbuhan Candida dari pada bukan pemakai kontrasepsi.⁷Banyak penelitian mendapatkan peningkatan jamur Candida pada pemakai AKDR. AKDR merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat memicu simptomatik kandidiasis vagina.1

Obesitas dan pemakaian celana ketat dapat meningkatkan temperatur lokal dan kelembapan sehingga cocok untuk pertumbuhan jamur.Pemakaian pembersih dan pengharum vagina juga dapat berpengaruh karena dapat mengubah lingkugan normal dalam vagina.1,17,18

2.1.6 Imunologi dan Serologi

Secara garis besar mekanisme pertahanan hospes dibagi 2 bagian, yaitu imunitas bawaan (innate immunity) dan imunitas spesifik (acquired immunity) yang dapat berupa respon humoral dan seluler.Respon imun nonspesifik merupakan mekanisme pertahanan pertama melawan infeksi jamur, bila gagal maka mekanisme imunitas spesifik yang memegang peranan.1,11

Imunitas humoral dirangsang oleh antigen Candida dan merangsang pembentukan immunoglobulin (Ig), antibodi Ig M, dan Ig G sistemik, dan Ig A lokal yang menghambat perlekatan Candida.Imunitas seluler memiliki peranan yang sangat penting.Mekanisme ini baru sebagian saja yang dapat dijelaskan dan


(33)

13

diduga limfosit T memiliki efek kandidasidal.Produksi limfokin oleh sel T dimulai saat antigen ditangkap makrofag yang memiliki MHC kelas I dan II. Limfokin akan meningkatkan aktivitas mikrobisidal makrofag dan juga sintesis TNF oleh makrofag tersebut. 1,11

2.1.7 Gambaran Klinis

Keluhan subjektif penderita dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala yang ringan didapatkan pada infeksi karena Candida albicans, sedangkan

Candida non-albicans, terutama Candida glabrata memberikan gejala yang lebih berat, relatif resisten terhadap pengobatan dan sering terjadi rekurensi (KVVR). Pruritus akut dan keputihan (fluor albus) merupakan keluhan awal, gejala yang lebih sering adalah pruritus vulva.Keputihan tidak selalu ada dan sering kali hanya sedikit.Sekret vagina berwarna putih, seperi krim susu/keju atau kuning tebal tetapi dapat juga cair seperti air atau tebal homogen, bau minimal atau kadang berbau asam dan tidak mengganggu.Dapat timbul ekskoriasi, serviks biasanya normal, atau sedikit eritem disertai sekret putih yang menempel pada dindingnya. Pada pemeriksaan tampak mukosa vagina kemerahan dan pembengkakan labia dan vulva sering disertai pustulopapular di sekeliling lesi.1,11,20

Penyakit dapat meluas ke perineum, vulva, dan daerah inguinal.Vulva tampak eritem, edema, basah dan kadang tampak papul, vesikel, pustul, erosi dan eksoriasi atau maserasi dengan hiperemi pada introitus vagina dan dapat dijumpai adanya gumpalan-gumpalan putih serta lesi satelit.11,21

KVV biasanya disertai rasa gatal yang hebat. Namun, gejala ini tidak spesifik karena pada suatu penelitian diketahui hanya 38% pasien yang mengeluhkan gatal hebat, tetapi pada penelitian lain 100% wanita yang menderita KKV mengeluhkan gatal. Gejala lain yang dirasakan adalah rasa panas dan terkadang rasa sakit terutama pada saat berkemih (disuria eksternal), saat berhubungan seksual (dispareunia), setelah pemeriksaan ginekologi atau setelah mandi atau berendam dengan air hangat. Keluhan seringkali sangat ringan (bahkan tidak diperhatikan pasien karena telah terbiasa) dan keluhan bisa hilang timbul.11,22


(34)

14

Pada keadaan vulvovaginitis siklik dapat timbul rasa gatal, panas atau bahkan nyeri pada vulvovagina pada tiap siklus menstruasi (beberapa saat sebelum, selama, dan sesudah menstruasi).Keadaan ini biasanya disebabkan oleh hipersensitifitas terhadap antigen Candida yang tumbuh subur pada masa siklus menstruasi. Diluar siklus itu, tidak dijumpai gejala dan pemeriksaan laboratorium akan normal.22

Sobel et al mengklasifikasikan kandidiasis vulvovaginalis berdasarkan :

Sumber : Kepustakaan no 1 2.1.8 Diagnosis

Diagnosis kandidiasis vulvovaginalis ditegakkan berdasarkan keluhan penderita, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium berupa sediaan basah dan gram, pemeriksaan biakan jamur, dan pemeriksaan pH cairan vagina. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk memastikan diagnosis kandidiasis vulvovaginalis di antaranya adalah

1. Pemeriksaan Langsung

Preparat yang dipakai adalah preparat segar. Sekret vagina dapat dikerok/apus dan diperiksa secara lansung dengan menggunakan NaCl fisiologis, KOH 10 % atau dengan diwarnai dahulu dengan pewarnaan gram.Pada pemeriksaan ini ditemukan adanya sel-sel ragi dan miselia.11,14,20

Kebanyakan pasien dengan vaginitis simptomatis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan sekresi vagina dengan mikroskop. Dengan ini pemeriksaan basah atau dengan salineharus secara rutin dilakukan, tidak


(35)

15

hanya untuk mengidentifikasi adanya sel ragi dan miselia tetapi juga untuk mengeluarkan adanya “clue cells” dan trichomad motile. KOH 10 % lebih sensitif dalam mengidentifikasi ragi (65-85%). Spesimen dari sekret dinding vagina dan serviks yang diambil langsung akan lebih berguna. Sebaliknya duh vagina yang diambil hanya dari introitus vagina lebih sulit lagi untuk diperiksa.1,14,23

2. Pemeriksaan Kultur

Biakan jamur dari cairan vagina dilakukan untuk konfirmasi terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis yang negatif (false negative) yang sering ditemukan pada kandidiasis vulvovaginalis kronis dan untuk mengidentifikasi spesies

non-Candida albicans. Sayangnya, hampir 50% pasien dengan kultur positif biasanya mempunyai gambaran mikroskopis yang negatif. Walaupun, kultur rutin tidak diperlukan apabila pemeriksaan sediaan basah dengan KOH menunjukkan ragi atau miselia. Kultur vagina sebaiknya dilakukan jika wanita dengan gejala simptomatis namun hasil pemeriksaan mikroskopis negatif, jika sesuai dengan pH yang diperkirakan untuk KVV.Hapusan sebaiknya diambil dari sekret vagina dan dari dinding lateral vagina.1,11,24,25

Pemeriksaan kultur diambil dari preparat segar untuk menghindari terjadinya perubahan bentuk dan jumlah Candida karena bila dibiarkan dalam suhu ruangan, Candida akan cepat tumbuh sehingga akan terjadi kesalahan penilaian mengenai jumlah awal Candida.25Candida biasanya dapat tumbuh di semua media. Namun, yang dianjurkan adalah media Agar Saboraud dengan penambahan antibiotik. Biasanya Candida tidak terpengaruh oleh sikloheksamid kecuali C.tropicalis, C,krusei, dan C.parapsilosis. 25,26

Suhu optimal untuk pertumbuhan Candida adalah suhu kamar atau lebih cepat pada suhu inkubator. Koloni Candidaakan tampak setelah 24-48 jam.26 3. Pemeriksaan pH Vagina

Kadar pH vagina biasanya normal (4.0-4.5) pada kandidiasis vulvovagina. Ditemukannya pH lebih dari 5 biasanya mengidentifikasikan adanya BV, trichomoniasi, atau infeksi campuran.21 Pemeriksaan pH vagina adalah dengan cara meletakkan kertas pH pada dinding vagina. Hindari kontak dengan mukosa serviks yang memiliki pH tinggi. 11,26


(36)

16

4. Tes Biokimia (Fermentasi dan Asimilasi)

Tes Fermentasi dan asimilasi karbohidrat merupakan tes tambahan pada pemeriksaan kultur yang bertujuan untuk mengetahui spesies Candida. Pada tes ini Candida akan menfermentasikan gula-gula dan membentuk karbondioksida dan alkohol. Bila dilakukan secara lengkap maka tes fermentasi dilakukan dengan 7 macam gula-gula dan tes asimilasi dengan 12 gula-gula.17,20

5. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan molekular DNA dan terutama digunakan untuk mengetahui spesies Candida.1,20

6. Tes serologis

Tes serologis adalah pemeriksaan imunodifusi, fiksasi komplemen, ELISA, tes aglutinasi lateks, teknik fluoresen antibody, radioimmunoassay dan tehnik inhibisi hemaglutinasi untuk mengertahui adanya Candida.Tes ini dikatakan memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang kurang.1,14,26

Untuk menegakkan diagnosis KV/KVV yang baik disarankan mengikuti langkah sebagai berikut :14,17

1. Menentukan pH vagina (normalnya 4,0 - 4,5)

2. Melakukan pemeriksaan preparat basah untuk melihat elemen jamur dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain.

3. Melakukan pemeriksaan KOH 10% dari duh vagina

4. Jika semua pemeriksaan diatas masih belum menunjukkan suatu kandidiasis, tetapi dugaan suatu KVV sangat jelas maka dilakukuan kultur jamur.


(37)

17

Sumber : Kepustakaan no 11 2.1.9 Diagnosis Banding 1,11,14

Diagnosis banding kandidiasis vulvovaginalis adalah termasuk trikomoniasis dan vaginosisi bakterial yang dapat dibedakan dengan mudah melalui pemeriksaan perkiraan pH dan secara mikroskopis. Lebih sulit memisahkan jika penderitakandidiasis vulvovaginalis dengan hasil mikroskopis negatif dan pH vagina normal:

1. Trichomoniasis

Sekret banyak dan encer, warna kekuningan, berbusa, berbau tidak enak dan jarang terdapat lesi kulit.

2. Bakterial vaginosis

Sekret encer, tipis dan homogen, warna putih atau keabu-abuan serta berbau amis. Tidak diketahui inflamasi pada vagina dan vulva

3. Gonorea

Sekret lebih sedikit, berwarna kuning sampai hijau. 4. Leukore fisiologis

Sekret berupa mukus yang banyak mengandung epitel tetapi jarang terdapat leukosit dan tidak berbau


(38)

18

5. Infeksi genital nonspesifik

Infeksi ini terbanyak disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan

Ureaplasma urealiticum.Klinis berupa sekret kekuningan.Pada

pemeriksaan mikroskopis hanya ditemukan jumlah leukosit yang meningkat.

2.1.10 Penatalaksanaan Kandidiasis Vulvovaginalis pada Wanita Hamil Penanganan KVV pada wanita hamil lebih sulit, yaitu sejak melemahnya respon klinis dan banyak ditemukan rekurensi.Secara umum, terapi antifungal topikal cukup efektif, khususnya jika digunakan jangka panjang (1-2 minggu). Durasi pengobatan yang lama penting untuk mengeradikasi infeksi jamur.1,27

Pada suatu penelitian yang dilakukan pada wanita hamil diketahui bahwa penggunaan imidazol topikal tampak lebih efektif dibandingkan nistatin. Terapi 7 hari tampak lebih efektif dibandingkan durasi yang lebih pendek yang biasa diberikan pada wanita hamil. Namun, perpanjangan waktu terapi 14 hari memiliki efektivitas yang sama dengan terapi 7 hari.11,27,28Pengobatan dianjurkan dengan preparat azole topikal.1,11

Terapi KVV yang disebabkan Candida non-albicans pemberian obat golongan azole tetap dianjurkan selama 7-14 hari, kecuali flukonazole karena banyak Candidda nonalbicans yang resisten.Pada pasien dengan imunokompromais, pengobatan dengan obat anti jamur konvensional dilakukan dengan pemberian 7-14 hari.Pada pasien AIDS pengobatan tidak ada yang benar-benar efektif.Meskipun demikian, pasien tetap perlu diterapi dengan regimen yang ada dengan waktu yang lebih lama.17,28

2.1.11 Prognosis

Prognosis pada umumnya baik, terutama bila faktor predisposisi dapat diminimalkan.KVV tanpa komplikasi memunyai prognosis baik karena pada umumnya infeksi ringan hingga sedang dan mengenai penderita yang imunokompeten.Pada KVV dengan komplikasi sering terjadi infeksi berulang.Karena itu diperlukan pengobatan yang tepat dan pengobatan profilaksis serta mengoreksi faktor predisposisi penyebab terjadinya infeksi.


(39)

19

Ketidakseimbangan laktobasillus dan adanya faktor predisposisi diduga merupakan penyebab mengapa penyakit ini sulit diobati.27,28


(40)

20

2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep

KVV Epidemiologi Usia Pekerjaan Pendidikan Gejala klinis Keputihan (leukorea) Gatal Pemeriksaan penunjang Mikroskopis (KOH 10%) Kultur

pH vagina

Faktor predisposisi

Kehamilan

↑ estrogen ↑ glikogen nutrisi

untuk jamur Antibiotik Merusak keseimbangan flora normal vagina Diabetes mellitus

↑ glikogen

nutrisi untuk jamur Kontrasepsi Hormonal AKDR KVV pada wanita hamil

Karakteristik demografi : Umur Pekerjaan Pendidikan Suku Kunjungan kehamilan pH Vagina


(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptifdengan rancangan secara cross sectionalyang dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu HamilSMFKebidanan dan Kandungan dan Divisi IMS SMF Ilmu KesehatanKulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan.

Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel dilakukan di laboratorium Patologi Klinik RSUP H.Adam Malik Medan, bersama laboran dan konsulen ahli Patologi Klinik.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai November 2012 – Februari 2014.

3.3 Populasi Penelitian 3.3.1 Populasi target Wanita hamil

3.3.2 Populasi Terjangkau

Wanita hamil yang berobat ke Poliklinik Ibu Hamil SMFKebidanan dan Kandungan dan Divisi IMS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H Adam Malik Medan sejak bulan November 2012.

3.4 Sampel Penelitian


(42)

22

3.5 Besar Sampel 30 Rumus :

N = Zα x S d

2

Dimana :

Zα : derivate baku alpha, untuk α : 0,05 : 1,645

S : simpang baku nilai rerata dalam populasi :0,48 d : tingkat ketepatan absolute : 0,15

Jadi jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah 27,7≈ 28 orang

3.6 Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Cara pemilihan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling.

3.7 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi 3.7.1 Kriteria Inklusi

a) Wanita hamil yang suspek menderita kandidiasis vulvovaginalis b) Wanita hamil yang bersedia ikut dalam penelitian dan

menandatangi informed consent

3.7.2 Kriteria Eksklusi

a) Wanita hamil dengan diabetes mellitus b) Wanita hamil dengan HIV

c) Wanita hamil dengan obesitas

3.8 Alat, Bahan dan Cara Kerja

3.8.1 Alat dan Bahan:

1. Formulir informasi penelitian 2. Persetujuan mengikuti penelitian 3. Status penelitian

4. Baju/jas praktikum 5. Masker

6. Sarung tangan 7. Kapas


(43)

23

8. Larutan KOH 10 %

9. Cotton swab sterile

10. Wadah pot 40 gram

11. Cairan Nacl 90% (normal salin) 12. Spekulum disposible

13. Sengkelit

14. Kaca objek dan kaca penutup 15. Mikroskop cahaya

16. Alat potret

3.8.2 Cara Kerja :

Diagnosis kandidiasis vulvovaginalis ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan klinis yang kemudian akan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium.

1. Pemberian penjelasan kepada pasien mengenai tujuan, cara, dan manfaat pemeriksaan yang akan dilakukan.

2. Penandatanganan formulir persetujuan untuk ikut dalam penelitian 3. Pengisian status pasien dan rekaman medis secara lengkap

4. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pengambilan spesimen serta pemeriksaan laboratorium:

a) Anamnesis

Anamnesis dicatat pada status penelitian, pencatatannya meliputi : - Identitas subjek

- Sejumlah pertanyaan mengenai riwayat kehamilan dan riwayat penyakit yang akan diteliti.

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi status venereologis yang berkaitan dengan gejala klinis penyakit.

5. Setiap pasien yang akan diperiksa ditandai dengan suatu kode 6. Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan duh tubuh vagina dan pH


(44)

24

7. Pada pasien kemudian dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar hormon estrogen.

3.8.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pada penelitian ini, pemeriksaan spesimen yang dilakukan untuk mendeteksi organisme Candida adalah dengan melakukan pemeriksaan KOH 10% dan sediaan spesimen dibawa ke laboratorium mikrobiologi Patologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan. Hasil pemeriksaan dibaca dan dikonfirmasi oleh peneliti dan klinisi dari laboratorium Patologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan.

1. Pengambilan Spesimen

1) Pasien berbaring dalam posisi litotomi

2) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan

3) Melakukan pengambilan bahan pulasan (swab) sekret vagina diambil dengan menggunakan cocor bebek dari sekret vagina ataupun dari dinding vagina dengan menggunakan kapas lidi steril yang kemudian langsung dimasukkan kedalam wadah pot 40 gram yang telah diisi larutan NaCl 0.9%

4) Lidi kapas dipulas ke atas kaca objek kemudian dicampur dengan 1 tetes laruran KOH 10 %, didiamkan beberapa saat, lalu ditutup dengan kaca penutup dan kemudian difiksasi dengan apibunsen.

5) Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan mikroskop langsung dengan pembesaran 10x dan 40x untuk melihat elemen Candida

6) Setelah pembacaan selesai hapus minyak emersi pada sediaan dan lensa objektif dengan kapas.

2. Pemeriksaan pH Vagina

1) Letakkan kertas pH pada dinding vagina. Hindari kontak dengan mukosa serviks yang memiliki pH lebih tinggi.


(45)

25

2) Sesuaikan kertas pH dengan skala warna untuk menentukan nilai pH, kertas pH dengan skala warna (berkisar dari 4,0 – 8,0 )

3.9Definisi Operasional

1. Usia adalah usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan, usia dibulatkan ke bawah.

2. Pendidikan adalah: pendidikan formal yang sedang dijalani atau yang terakhir diselesaikan oleh pasien

3. Pekerjaan adalah aktivitas rutin responden sehari-hari atau aktivitas responden yang menghasilkan uang sebagai mata pencaharian, dengan pengecualian pada ibu rumah tangga (bila tidak bekerja dan mengurus pekerjaan rumah tangga sehari-hari dirumah).

4. Status pernikahan : menikah secarah resmi dan sah berdasarkan hukum yang berlaku, agama dan kepercayaan masing-masing.

5. Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh spesies Candida pada vagina dengan keluhan berupa keluarnya cairan atau gumpalan putih dari liang vagina yang dapat disertai rasa gatal atau rasa panas terbakar. Pada pemeriksaan tampak mukosa vagina kemerahan, vulva tampak eritem, edem, basah dan kadang tampak papul, veskel, erosi dan eksoriasi. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan adanya pseudohifa atau budding yeast .1,3

6. pH vagina: adalah derajat keasaman vagina yangdiukur dengan menggunakan kertas khusus dengan indikator warna. Pada kandidiasis vulvovaginalis kadar pH biasanya normal (4.0-4,5). 3,22

7. Kehamilan adalah ibu hamil yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan atau tes kehamilan oleh dokter spesialis kebidanan. Periode kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing terdiri dari 13 minggu atau 3 bulan menurut hitungan kalender. Trimester pertama (1-13 minggu),trimester kedua ( 14-28 minggu) dan trimester ketiga (29-36 minggu). Pembagian waktu diambil dari ketentuan yang


(46)

26

mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan lebih kurang 280 hari atau 3 bulan sejak hari pertama haid terakhir.12,16

8. Diabetes mellitus adalah penderita yang menderita diabetes mellitus dan telah diperiksa oleh bagian kebidanan

9. HIV merupakan pasien dengan infeksi HIV dan telah diperiksa oleh bagian kebidanan.

10.Wanita hamil dengan obesitas adalah berat badan yang berlebihan selama kehamilan. Dimana, pertambahan berat badan normal selama kehamilan pada trimester pertama: 1-2,5 kg/3 bulan, trimester kedua 0,35-0.4 kg/minggu, trimester ketiga 1 kg/bulan.


(47)

27

3.10Kerangka Operasional

Mikroskopis dengan KOH 10%

KVV (+)

Penyajian dalam bentuk tabulasi berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, suku, kunjungan

usia kehamilandan kadar pH vagina Wanita hamil

di PIH SMF Kebidanan dan Kandungan dan Divisi IMS SMF IKKK di RSUP H. Adam Malik

yang memenuhi ktiteria inklusi

Pemeriksaan Fisik

pH Vagina

Jumlah wanita hamil dengan KVV periode November 2012-Februari 2014

Pencatatan data wanita hamil dengan KVV berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, suku,


(48)

28

3.11Analisis Data

Data-data yang terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.

3.12 Ethical Clearance

Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil SMF Kebidanan dan Kandungan dan Divisi IMS SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan RSUP H.Adam Malik Medan yang dimulai dari bulan November 2012 – Februari 2014.

4.1 Karakteristik Demografi

Karakteristik Subjek Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Pernikahan dan Suku dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.5.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Umur Sampel

n %

≤ 20 tahun 2 3,7

21 – 25 tahun 10 18,5 26 – 30 tahun 16 29,6 31 – 35 tahun 15 27,8 36 – 40 tahun 9 16,7 >40 tahun 2 3,7 T o t a l 54 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah kasus KVV terbanyak pada ibu hamil berusia 26 sampai dengan 30 tahun adalah sebanyak 16 orang (29,6%). Data lain menyebutkan dari hasil penelitian Andriani , Sawitri, Suyoso pada penelitian yang dilakukan di RSU Dr Soetomo Surabaya pada tahun 2005 dengan subjek yang sama bahwa kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 25-44 tahun.12Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Paramitha (2012) pada penderitaKVVR ditemukan bahwa subjek terbanyak adalah pada kelompok usia 21 sampai dengan 30 tahun, yaitu 43,3% dengan usia rerata29,6 tahun.9 Menurut literatur diketahui bahwa KVV memang paling sering dijumpai pada wanita usia seksual aktif, yaitu usia reproduksi yang berkisar pada masa dewasa muda sampai umur pertengahan. KVV ini mulai banyak dijumpai pada dekade kedua dan


(50)

30

prepubertas dan pascamenopause vagina dalam keadaan estrogen yang rendah sehingga jarang menderita KVV. 1,10,13

Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Sampel

n %

SD 10 18,5

SMP 8 14,8 SMA 20 37 Perguruan Tinggi 16 29,6 T o t a l 54 100

Keterangan :SD= Sekolah Dasar (dan yang sederajat), SMP = Sekolah Menengah tingkat Pertama (dan yang sederajat), SMA= Sekolah Menengah tingkat Atas (dan yang sederajat), PT= Perguruan tinggi (dan yang sederajat, termasuk Sekolah Tinggi dan Akademi)

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa pendidikan responden terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 20 orang (37%) pada kelompok ibu hamil dengan KVV. Hal ini sama dengan penelitian oleh Minarni pada tahun 2003 yang mendapati pendidikan penderita KKV yang simtomatis dan asimtomatis adalah SMA, baru kemudian diikuti dengan perguruan tinggi dan yang sederajat.32 Tingkat pendidikan berhubungan dengan persepsi penderita akan penyakitnya, sehingga penderita lebih paham dan mengerti untuk segera memeriksakan diri ketika keluhan KVV timbul. Penderita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit KVV itu sendiri.32

Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Perkerjaan Pekerjaan Sampel

n % Ibu rumah tangga 33 61,1

PNS 4 7,4

Swasta 12 22,2 Wiraswasta 5 9,3 T o t a l 54 100


(51)

31

Pekerjaan terbanyak dari sampel penelitian ini adalah ibu rumah tangga berjumlah 33 orang (61,1%). Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Yosi (2007) dan Minarni (2003) menemukan bahwa insidensi KVV terbanyak adalah pada wanita dengan pekerjaan ibu rumah tangga.8,32 Pada penelitian ini, banyaknya penderita ibu rumah tangga mungkin disebabkan karena sampel adalah pasien yang datang berobat ke unit rawat jalan RSUP H.Adam Malik Medan yang memberikan pelayanan pagi hingga siang hari sehingga pasien yang bekerja akan lebih sulit untuk datang berobat.

Tabel 4.4 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Sampel

n % Nikah 46 85,2 Tidak menikah 81 4,8 Total 54 100

Pada penelitian ini didapati sebanyak 46 orang sampel (85,2%) yang menikah. Berdasarkan kepustakaan status pernikahan berhubungan dengan kehadiran dan peran suami terhadap kehamilan. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyanti (2010) didapati dari 17 ibu hamil yang tidak didukung oleh suaminya, sebagian besar (64,7%) melakukan ANC secara tidak baik dan dari 13 ibu hamil yang mendapat dukungan suaminya, sebagian besar (84,6%) melakukan ANC dengan baik.33

Tabel 4.5 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Suku Sampel

n % Aceh 6 11,1 Batak 18 33 Jambi 1 1,85 Jawa 15 27,8 Karo 2 3,7 Melayu 8 14,8 Minangkabau 2 3,7


(52)

32

Sunda 2 3,7 Total 54 100

Pada penelitian ini didapati bahwa suku Batak dan Jawa merupakan suku terbanyak (berturut-turut 33% dan 27,8%). Berdasarkan kepustakaan tidak ditemukan perbedaan prevalensi KVV pada berbagai suku. Dimana, KVV ini banyak ditemukan pada wanita usia reproduksi terutama pada wanita hamil.11

4.2 Distribusi Berdasarkan Usia Kehamilan

Tabel 4.6 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan Usia kehamilan Sampel

n %

Trimester pertama 10 18,5

Trimester kedua 18 33,3

Trimester ketiga 26 48,2

Total 54 100

Usia kehamilan terbanyak dalam penelitian ini adalah pada trimester ketiga yaitu sebanyak 26 orang (48,1%). Berdasarkan kepustakaan untuk melihat wanita hamil yang sudah melakukan Ante Natal Care (ANC), yaitu dari hasil pencapaian indikator cakupan pelayanan K1 dan K4.K1 adalah kunjungan pertama wanita hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan (sebelum minggu ke 14). Sedangkan K4 adalah kunjungan wanita hamil untuk mendapatkan pelayanan ANC minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama,1 kali pada trimester kedua ( 14-28 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (29-36 minggu). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, hasil pencapaian indikator K1 sebesar 95,26% dan K4 sebesar 85,5%. Sedangakan hasil pencapaian indikator cakupan pelayanan K1 di Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar 88 % dan K4 sebesar 51,5%. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sembiring (2013) selama 1 tahun di suatu rumah bersalin di kota Medan dari 54 wanita hamil didapati 68,52% yang tidak patuh melakukan ANC.34


(53)

33

4.3 Distribusi Berdasarkan Kadar pH Vagina

Tabel 4.6 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar pH Vagina Kadar pH vagina Sampel

n %

4,5 18 33,3

5 18 33,3

5,5 18 33,3

Total 54 100

Pada penelitian ini didapati kadar pH vagina bertururt-turut 4,5, 5, dan 5,5 berjumlah sama yaitu 18 orang (33,3%). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Erliana (2008) di Semarang menunjukkan hasil pengukuran pH vagina pada ibu hamil dari 82 sampel ternyata didapati 73 orang (89,02%) memiliki pH ≥ 4,5. 35 Berdasarkan kepustakaan jamur Candida dapat tumbuh dengan pH yang bervariasi, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5-6,5. Hal ini karena

Candida albicans dapat memproduksi enzim protease yang bekerja optimal pada


(54)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Telah dilakukan penelitian mengenai ”Karakteristik demografi penderita kandidiasis vulvovaginalis pada wanita hamil dengan” dari bulan November 2012 – Februari 2014 di poliklinik Divisi IMS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Poliklinik Ibu Hamil SMF Kebidanan dan Kandungandi RSUP Haji Adam Malik Medan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penderita KVV pada wanita hamil berjumlah 54 orang.

2. Distribusi KVV pada wanita hamil terbanyak berusia 26 – 30 tahun 16 orang (29,6%), pendidikan SMA sebanyak 20 orang (37%), pekerjaan ibu rumah tangga berjumlah 33 orang (61,1%), 46 orang sampel (85,2%) yang status menikah.Suku Batak dan Jawa merupakan suku terbanyak ( berturut-turut 33% dan 27,8%)

3. Distribusi KVV pada wanita hamil berdasarkan kunjungan usia kehamilan terbanyak adalah pada trimester ketigayaitu sebanyak 26 orang (48,1%). 4. Distribusi KVV pada wanita hamil berdasarkan kadar pH vagina

bertururt-turut 4,5, 5, dan 5,5 berjumlah sama yaitu 18 orang (33,3%).

5.2 Saran

1. Mengingat resiko KVV terhadap kehamilan maka dianjurkan pemeriksaan mikroskopis terhadap sekret vagina terutama pada trimester ketiga.

2. Dianjurkan pada wanita hamil untukmelakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara rutin dan teratur.


(55)

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Sobel JD. Vulvovaginal Candidiasis. Dalam : Holmes KK dkk. Sexually Transmitted Protozoa, Fungi and Ectoparasites part-7. New York: McGraw-Hill;2008.h.823-36.

2. Musafirah ST, Djawad K, Amin S. Kandidosis Vulvovaginal. Dalam: Amiruddin MD. Penyakit Menular Seksual. LkiS Pelangi aksara; 2004.h.253- 62

3. Hanafiah TM. Penyebab Keputihan pada Akseptor IUD, Pil dan Injeksi KB dp PKBRS RSUD Pirngadi Medan. Medan : Karya Tulis; 1981

4. Mahadi IDR. Pemeriksaan Penyebab Fluor Albus di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr. Pirngadi Medan. Medan : Karya Tulis; 1982 5. Barus IG. Karakteristik Penderita dan Penyebab Keputihan di Poliklinik

UPF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Medan : Karya Tulis; 1997

6. Anindita W. Faktor resiko kandidiasis vaginalis pada akseptor KB. Universitas Airlangga Surabaya: Karya Tulis; 2000

7. Darmani EH. Hubungan antara pemakaian AKDR dengan kandidiasis vagina di RSUP Dr Pirngadi Medan; Karya Tulis; 2001

8. Yosi A. Proporsi Spesies Candida dan Faktor Predisposisi yang Mempengaruhinya pada Penderita Kandidiasis Vaginalis di RSUP H.Adam Malik Medan : Karya Tulis ; 2007

9. Paramitha DA. Analisis kadar zinc plasma pada penderita Kandidiasis vulvovaginalis rekuren di RSUP H.Adam Malik Medan : Karya tulis; 2012 10.Trush (Candidiasis, Candida). Trush Candidiasis (Editorial).2010

11.Sobel JD. Microbiology. In: Vulvovaginal Candidiasis.New York: Revan Press, LTD.2007.h.1961

12.Andriani T. Penyebab Kandidiasis Vaginalis. Karya Akhir Pendidikan Spesialis Kulit dan Kelamin FK.UNAIR/RSU Dr Soetomo, Surabaya 2004. 13.Soedarmadi. Kandidasis Vulvovaginal. Dalam : Penyakit Menular Seksual,

Jakarta : FKUI; 2007.h.87-9

14.Matthew PJ. Michael PH. Yeast Infection. In : Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine 7th ed, New York : Mc. Graw Hill Inc.2008 :1822-30 15.Siregar R.S. Kandidiasis.Penyakit Jamur Kulit. EGC; 2005.h.45

16.Rippon.WJ. Candidiasis. In : Medical Mycology The Patholgenic Fungi and The Pathogenic Actinomycetes.3rd ed, Philadelphia;1988.h.536-80

17.Cohen MS, Anderson DJ. Genitourinary Mucosal Defenses. Dalam : Holmes KK, Sparling PF, Mardh PA, et al, editors. Sexually Transmitted Disease. 6rd ed. USA : McGraw-Hill;2009.h.203-15

18.Harijati E, Murtiastutik D. Kandidiasis vulvovaginalis pada wanita imunokompromais karena infeksi HIV. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; 2008.h.57-64

19.Al-Sadeq A, Hamad M et al. Pattern of expreession of vaginal T-cell activation markers dueing estrogen-maintained vaginal candidiasis. In : Original article Alergy, Asthma and Clinical Imunology;2008.h.157-63


(56)

36

20.John WW, editor. Vulvovaginal Candidiasis. Dalam :Sexually Transmitted Disease Treatment Guideline. Center for Disease Control and Prevention. MMWR;2011 .h. 45-8

21.Odom RB et all. Andrew’s-Diseases of the skin, edisi ke-11. Philadelphia : WB Saunders Company; 2011.h.451-63

22.Candidal Vulvovaginitis (editorial) 2012

23.Gordon JD, Fadir Y, El-Sayed Y. Handbook of Obstetri gynecologyand infertility. Boston : McGraw-Hill;2007.h. 522-3, 574-5

24.Chander J. Textbook of medical mycology. New Dehli : Mehta publisher ; 2003 .h. 219-35

25.Ngan V. Cyclic vulvovaginitis. Nejm. 2012. Jun 1;124(;980-311)

26.Klenk AS et all. Yeast infection : Candidisis. Pityriasis (Tinea) Versicolor. Dalam Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K et all. Fitzpatrick’s Dermatology in general Medicine, edisi ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008.h.1822-30 27.Appendix. A Laboratory Diagnosis of Sexually Transmitted Disease.

Laboratory pdf : April 2011;92-9

28.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral Pemberantasan Pentakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual Kandidiasis. Jakarta; 2004.p. 56-6 29.Young GL,Jewll D. Topical treatment for vaginal candidiasis (Thrush) in

pregnancy. The Cochrane Library 2008;Issue 7.h.245-55

30.Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, editor. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30.

31.Andriani T, Sawitri, Suyoso S. Penyebab kandidiasis vaginalis di RSU Dr Sutomo Surabaya. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005;17/1:1-9 32.Minarni L. Hubungan antara Candida spesies pada onikomikosis dengan

kandidiasis vagina di RSUP H.Adam Malik dan RSUD Dr.Pirngadi Medan. Tesis ;2004

33.Mulyanti L. Hubungan dukungan suami pada ibu hamil dengan kunjungan ANC dirumah bersalin Bhakti IBI kota Semarang; Karya tulis ; 2010

34.Sembiring A. Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan kunjungan ANC di klinik Dina Bromo Ujung Lingkungan XX. Medan: Karya tulis;2013

35.Erliana I. Akurasi dan reliabilitas eksterna pH vagina dalam menapis bacterial vaginosis pada ibu hamil di Puskesmas Poncol Semarang: Karya tulis; 2008


(57)

37

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

1. Nama : dr. Riska Afrianty 2. Tempat & Tanggal Lahir : Pekanbaru, 5 April 1978

3. Usia : 36 tahun

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Status : Menikah

6. Pendidikan : S1 Kedokteran

7. Agama : Islam

8. Kebangsaan : Indonesia

9. Alamat : Jl Keruing no 1B- Sekip 10.Telp. : 08117004636

Pendidikan Formal

1. SD : SD Negeri 021 Pekanbaru 2. SMP : SLTP Negeri 4 Pekanbaru 3. SMA : SMU Negeri 8 Pekanbaru


(58)

38

Lampiran 2

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA /

KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang.

Perkenalkan nama saya dr. Riska Afrianty. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinikdengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “KarakteristikDemogarfi Penderita Kandidiasis Vulvovaginalis pada Wanita Hamil dan Analisis Kadar Estrogen”.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui bagaimana kadar estrogen pada wanita hamil dengan timbulnya kandidiasis vulvovaginalis. Kandidiasis vulvovaginalis merupakan infeksi pada mukosa vagina atau vulva (pada alat kelamin wanita) yang disebabkan oleh spesies jamur, sehingga menimbulkan keluhan keluarnya duh tubuh (cairan dari lubang kemaluan) berupa cairan berwarna putih seperti krim susu/ keju dan diserta rasa gatal.

Adapun manfaat dari penelitiaan ini adalah untuk memberi asupan bahwa kadar estrogen dalam darah pada wanita hamil mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kandidiasis vulvavagina sehingga nantinya diharapkan dapat dilakukan evaluasi yang bermanfaat dalam penanganan dan pengobatan yang diberikan. Penelitian ini akan saya lakukan pada kelompok wanita hamil yang menderita keputihan dan disertai gatal.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kandidiasis vulvovaginalis (keputihan), diantaranya wanita hamil dengan peningkatan hormon reproduktif yaitu estrogen sehingga terjadi kerentanan terhadap


(1)

17

28

SMA

IRT

Nikah

34-36

4,5

Melayu

18

21

SMA

Swasta

Nikah

28-30

4,5

Jawa

19

39

D3

Swasta

Nikah

36-38

5

Jawa

20

35

SMA

IRT

Nikah

34-36

5

Batak

21

34

SMA

IRT

Nikah

10-12

5,5

Melayu

22

33

D3

Wiraswasta

Nikah

31-33

4,5

Batak

23

39

D3

Swasta

Nikah

38-39

5,5

Batak

24

28

SMA

IRT

Nikah

28-30

5,5

Melayu

25

21

SMA

IRT

Tidak menikah

4-6

5

Jawa

26

24

SMA

IRT

Nikah

38-39

5

Jawa

27

22

D1

Swasta

Nikah

5-7

4,5

Batak

28

33

S1

Swasta

Nikah

34-36

4,5

Melayu

29

37

SMA

IRT

Nikah

32-34

5

Aceh

30

32

D3

IRT

Nikah

38-39

5

Aceh

31

28

D1

Swasta

Nikah

26-27

4,5

Minangkabau

32

29

D3

Wiraswasta

Nikah

33-34

5,5

Aceh

33

30

S1

PNS

Nikah

36-38

5

Aceh

34

30

SMA

IRT

Nikah

14-16

5

Batak

35

38

D3

PNS

Nikah

24-26

4,5

Melayu

36

32

SMA

IRT

Nikah

28-30

4,5

Batak

37

29

SMA

IRT

Nikah

30-32

5,5

Jawa


(2)

39

34

SMA

Wiraswasta

Nikah

26-28

4,5

Jawa

40

41

SMP

IRT

Tidak menikah

34-36

5

Jambi

41

22

SD

IRT

Nikah

14-16

4,5

Batak

42

20

SD

IRT

Tidak menikah

16-18

5,5

Jawa

43

26

SMP

Swasta

Nikah

24-26

5,5

Sunda

44

36

D1

Swasta

Nikah

22-24

5

Melayu

45

34

SD

IRT

Nikah

28-30

4,5

Jawa

46

30

SD

IRT

Nikah

32-34

5,5

Batak

47

30

SMP

IRT

Nikah

22-24

5

Melayu

48

39

SD

IRT

Nikah

26-28

5,5

Sunda

49

19

SMP

IRT

Nikah

28-30

4,5

Jawa

50

38

SMA

Wiraswasta

Nikah

24-26

5

Jawa

51

25

SMP

IRT

Tidak menikah

16-18

5,5

Aceh

52

31

S1

PNS

Nikah

30-32

5,5

Batak

53

34

SMA

Swasta

Nikah

28-30

5,5

Batak


(3)

Lampiran 7

HASIL ANALISIS DATA STATISTIK

Kelompok umur * Crosstab

Kandidiasis

Total kandidiasis Kontrol

Kelompok Umur <=20 Count 2 0 2

Expected Count 1.0 1.0 2.0

% within Kelompok Umur 100.0% .0% 100.0% % within kandidiasis 3.7% .0% 1.9%

21-25 Count 10 14 24

Expected Count 12.0 12.0 24.0 % within Kelompok Umur 41.7% 58.3% 100.0% % within kandidiasis 18.5% 25.9% 22.2%

26-30 Count 16 21 37

Expected Count 18.5 18.5 37.0 % within Kelompok Umur 43.2% 56.8% 100.0% % within kandidiasis 29.6% 38.9% 34.3%

31-35 Count 15 13 28

Expected Count 14.0 14.0 28.0 % within Kelompok Umur 53.6% 46.4% 100.0% % within kandidiasis 27.8% 24.1% 25.9%

36-40 Count 9 6 15

Expected Count 7.5 7.5 15.0 % within Kelompok Umur 60.0% 40.0% 100.0% % within kandidiasis 16.7% 11.1% 13.9%

>40 Count 2 0 2

Expected Count 1.0 1.0 2.0

% within Kelompok Umur 100.0% .0% 100.0% % within kandidiasis 3.7% .0% 1.9%

Total Count 54 54 108

Expected Count 54.0 54.0 108.0 % within Kelompok Umur 50.0% 50.0% 100.0% % within kandidiasis 100.0% 100.0% 100.0%


(4)

Pendidikan * SUBJEK Crosstab

Kandidiasis

Total kandidiasis kontrol

pendidikan D1 Count 4 6 10

Expected Count 5.0 5.0 10.0 % within pendidikan 40.0% 60.0% 100.0% % within kandidiasis 7.4% 11.1% 9.3%

D3 Count 8 6 14

Expected Count 7.0 7.0 14.0 % within pendidikan 57.1% 42.9% 100.0% % within kandidiasis 14.8% 11.1% 13.0%

S1 Count 4 1 5

Expected Count 2.5 2.5 5.0 % within pendidikan 80.0% 20.0% 100.0% % within kandidiasis 7.4% 1.9% 4.6%

sd Count 10 12 22

Expected Count 11.0 11.0 22.0 % within pendidikan 45.5% 54.5% 100.0% % within kandidiasis 18.5% 22.2% 20.4%

sma Count 20 21 41

Expected Count 20.5 20.5 41.0 % within pendidikan 48.8% 51.2% 100.0% % within kandidiasis 37.0% 38.9% 38.0%

smp Count 8 8 16

Expected Count 8.0 8.0 16.0 % within pendidikan 50.0% 50.0% 100.0% % within kandidiasis 14.8% 14.8% 14.8%

Total Count 54 54 108

Expected Count 54.0 54.0 108.0 % within pendidikan 50.0% 50.0% 100.0% % within kandidiasis 100.0% 100.0% 100.0%


(5)

Pekerjaan * SUBJEK Crosstab

Kandidiasis

Total Kandidiasis kontrol

pekerjaan IRT Count 33 33 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0 % within pekerjaan 50.0% 50.0% 100.0% % within kandidiasis 61.1% 61.1% 61.1%

PNS Count 4 3 7

Expected Count 3.5 3.5 7.0 % within pekerjaan 57.1% 42.9% 100.0% % within kandidiasis 7.4% 5.6% 6.5%

swasta Count 12 10 22

Expected Count 11.0 11.0 22.0 % within pekerjaan 54.5% 45.5% 100.0% % within kandidiasis 22.2% 18.5% 20.4%

wiraswasta Count 5 8 13

Expected Count 6.5 6.5 13.0 % within pekerjaan 38.5% 61.5% 100.0% % within kandidiasis 9.3% 14.8% 12.0%

Total Count 54 54 108

Expected Count 54.0 54.0 108.0 % within pekerjaan 50.0% 50.0% 100.0% % within kandidiasis 100.0% 100.0% 100.0%

Trimester * kandidiasis Crosstabulation

Kandidiasis

Total kandidiasis kontrol

Trimester I Count 10 6 16

Expected Count 8.0 8.0 16.0 % within Trimester 62.5% 37.5% 100.0% % within kandidiasis 18.5% 11.1% 14.8%

II Count 18 23 41

Expected Count 20.5 20.5 41.0 % within Trimester 43.9% 56.1% 100.0% % within kandidiasis 33.3% 42.6% 38.0%

III Count 26 25 51

Expected Count 25.5 25.5 51.0 % within Trimester 51.0% 49.0% 100.0% % within kandidiasis 48.1% 46.3% 47.2%


(6)

Total Count 54 54 108 Expected Count 54.0 54.0 108.0 % within Trimester 50.0% 50.0% 100.0% % within kandidiasis 100.0% 100.0% 100.0%