Sebagai contoh untuk mengoperasikan pemanas 100 W selama 15 jam biaya energinya sebesar 1.352 per kWh.
Banyaknya kWh = 0,1 kW x 15 jam
= 1,5 kWh Biaya tarif dasar
= 1,5 x Rp 1.352 = Rp 2028
Jika PPN 3 dipungut, biaya sesungguhnya akan menjadi Rp 2.028 x 1,03
= Rp 2088,84 Dan apabila pemakaian daya bertambah dengan mengoperasikan lampu 200 watt
selama 1 jam maka Banyaknya kWh
= 0,2 kW x 15 jam = 3 kWh
Biaya tarif dasar = Rp 4056
Biaya PPN 3 Rp 4.056 x 1,03
= 4177, 68 Dengan demikian, biaya yang ditanggung oleh adalah sebesar
Rp 2088,84 + Rp 4177,68 = Rp. 6366,52
2.10 Sensor
Dalam pendeteksian suatu sensor tidak akan terlepas dari istilah tranduser. Tranduser adalah sebuah alat yang bila di gerakkan oleh energi di dalam sebuah
sistem transmisi menyalurkan energi dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua. Transmisi energi ini bisa listrik,
mekanik, kimia, optik radiasi atau termal panas. Definisi tranduser yang luas mencakup alat- alat yang mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi
sinyal elektrik. Cooper. 1999 Pada dasarnya sensor dan tranduser mempunyai definisi sama yaitu
menerima rangsangan gejala fisis dari luar dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Proses fisis yang merupakan stimulus atau rangsangan sensor dapat berupa
fluks magnetik, gaya, arus listrik, temperatur, cahaya, tekanan dan proses fisis lainnya. Sensor dan tranduser mempunyai perbedaan yang sangat kecil yaitu pada
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
koefisien konversi energi. Sensor itu sendiri terdiri dari tranduser atau tanpa penguat atau pengolah sinyal yang terbentuk dalam satu indera. Sinclair. 1988
Berdasarkan prinsip kelistrikannya sensor dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sensor pasif dan sensor jenis pembangkit sendiri self generating type.
Sensor pasif menghasilkan perubahan dalam parameter listrik seperti halnya tahanan, kapasitansi dan lain- lain yang dapat diukur sebagai suatu perubahan
tegangan atau arus. Dan sensor ini memerlukan daya luar, sedangkan sensor jenis pembangkit sendiri menghasilkan suatu 33 tegangan atau arus analog bila
dirangsang dengan
suatu bentuk
fisis energi.
Sensor ini
tidak memerlukan daya luar. Cooper. 1999
2.11 Karakteristik sensor
Dalam suatu instrumentasi atau pengontrol, karakteristik sensor harus diketahui lebih dahulu. Hal ini bertujuan agar sistem instrumentasi yang digunakan tidak
menyimpang dari karakteristiknya dan hasil yang dicapai benar- benar akurat. Sensor merupakan awal permulaan dari sistem instrumentasi, sehingga
mempunyai peran yang sangat penting. Apabila terjadi kesalahan pada suatu sensor maka seterusnya sistem instrumentasi akan terjadi kesalahan. Karakteristik
sensor juga menunjukkan kualitas dari sensor tersebut. Cooper. 1999 Dari pemasukan input ke pengeluaran output, sebuah sensor harus sudah
terkonversi sebelum menghasilkan suatu sinyal elektrik. Hubungan antara masukan dengan keluaran di gambarkan sebagai karakteristik sensor. Salah satu
karakteristik sensor adalah fungsi transfer yaitu suatu fungsi hubungan ideal antara masukan dan keluaran. Fungsi transfer bergantung pada sinyal listrik S
yang dihasilkan oleh sensor dan disimulasikan s:S = fs. Fungsi tersebut memungkinkan adanya hubungan linier atau tidak linier. Pada hubungan linier
dinyatakan dengan S = a + bs dimana a adalah sinyal keluaran pada masukan nol mengintrupsi dan b adalah gradien yang biasanya disebut sensitivitas. S adalah
suatu Karakteristik keluaran sinyal elektrik yang digunakan untuk data yang diperoleh dari keluaran sensor. Fraden. 2003
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.12 Android