seperti penyituasian latar dan suasana, yang kesemuanya itu dapat memperlambat ketegangan cerita Nurgiyantoro, 2005: 160.
4. Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Isi
Kriteria isi yang dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Jadi,
sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara keseluruhan daripada sekedar urusan plot Nurgiyantoro, 2005: 162.
Stevick dalam Nurgiyantoro, 2005: 162 membedakan plot jenis ini ke dalam tiga golongan besar, yaitu plot peruntungan plot a fortune,
plot tokohan plot of character, dan plot pemikiran plot of thought. Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan
nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh utama cerita yang bersangkutan. Plot tokohan menyaran pada adanya sifat pementingan
tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Plot pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan,
perasaan, berbagai macam obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi masalah hidup dan kehidupan manusia Nurgiyantoro, 2005: 160.
3. Pendekatan kontekstual
a. Definisi Kontekstual
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan ketrampilan
baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya Muslich, 2007: 41. b.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Muslich 2007: 42, pembelajaran kontekstual memiliki tujuh karakteristik, yaitu:
1 Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan
dalam lingkungan yang alamiah learning in real life setting. 2
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna meaningful learning.
3 Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa learning by doing. 4
Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman learning in a group.
5 Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam learning to know each other
deeply. 6
Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama learning to ask, to inquiry, to work
together.
7 Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
learning as an enjoy activity.
c. Komponen Pendekatan kontekstual
Menurut Muslich 2007: 43, pembelajaran pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu constructivism
konstruktivism, membangun, membentuk, questioning bertanya, inquiry menyelidiki, menemukan, learning community masyarakat
belajar, modelling pemodelan, reflection refleksi atau umpan balik, authentic assessment penilaian yang sebenarnya. Prinsip-prinsip dasar
ketujuh komponen menurut Muslich 2007: 44 terlihat pada penjelasan berikut.
a Konstruktivisme
Komponen ini merupakan landasan filosofis berpikir pendekatan CTL. Pembelajaran berciri konstruktivisme menekankan
siswa membangun pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu serta
dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. b
Bertanya questioning
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.
Bertanya dalam pembelajaran ini dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa
untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa.
c Menemukan inquiry
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. d
Masyarakat belajar learning community
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar
menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O’haus, ia bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa
menunjukkan cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak tersebut sudah membentuk masyarakat belajar learning community.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru yang mengajari siswanya bukan contoh
masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus
informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa Trianto, 2009:116.
e Pemodelan modelling
Komponen ini
menyarankan bahwa
pembelajaran keterampilan dan pengetahuan diikuti dengan model yang bisa ditiru
siswa. Model yang dimaksud dengan pemberian contoh dengan melibatkan siswa. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli
dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara menggunakan termometer untuk mengukur suhu
tubuh pasien Trianto, 2009: 117. f
Refleksi reflection
Komponen ini sebagai perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari oleh siswa selama proses belajar. Refleksi adalah
cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang
baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya Trianto,
2009: 118.
g Penilaian autentik authentic assessment
Ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis dan
menafsirkan data yang telah terkumpul selama proses pembelajaran berlangsung bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
d. Penerapan CTL dalam Kelas