administrasi umum dan administrasi pelayanan sebagian besar telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan administrasi yang telah dilaksanakan,
yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di atas 50, meliputi pencatatan dan pengarsipan pembelian 100, penyertaan buktifaktur
penjualan 57, pencatatan penjualan 94, pencatatan narkotika dan psikotropika 94, pengarsipan resep 100, Namun demikian, masih
terdapat kegiatan administrasi yang belum sepenuhnya dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di bawah 50, meliputi pengisian
medication record 46 sehingga perlu ditingkatkan lagi pelaksanaannya.
C. Pelayanan
1. Pelayanan resep Pelayanan resep meliputi skrining resep dan penyiapan obat.
a. Skrining resep Skrining resep dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisasi
terjadinya medication error
. Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 medication error adalah kejadian yang
merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error yang
berusaha diminimalisir melalui skrining resep ini adalah dispensing error yang merupakan lingkup tanggung jawab farmasis. Kepmenkes RI Nomor
1027 tahun 2004 apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Persyaratan administratif Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004
menyebutkan bahwa skrining resep mengenai persyaratan administrasi meliputi :
a nama,SIP dan alamat dokter b tanggal penulisan resep
c tanda tanganparaf dokter penulis resep d nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
e nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta f cara pemakaian yang jelas
g informasi lainnya.
Tabel XXV. Skrining resep mengenai persyaratan
administratif
No Persyaratan administrasi
Jumlah Persentase
n = 35 1
Ya 33
94 2
Tidak 2
6 Total
35 100
Hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 94 responden selalu melakukan skrining resep mengenai persyaratan
administrasi dan sebanyak 6 responden tidak selalu melakukan skrining resep mengenai persyaratan administrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Kesesuaian farmasetik Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004
menyebutkan bahwa skrining resep mengenai kesesuaian farmasetik meliputi : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,
cara dan lama pemberian.
Tabel XXVI. Skrining resep mengenai kesesuaian farmasetik
No Kesesuaian farmasetik
Jumlah Persentase
n = 35 1
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
21 60
2 Bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara
pemberian. 1
3
3 Bentuk sediaan,
dosis,potensi, inkompatibilitas, cara dan
lama pemberian. 1
3
4 Bentuk sediaan,
dosis,potensi, cara dan lama pemberian.
3 8
5 Bentuk sediaan, dosis,
stabilitas, cara pemberian. 1
3 6
Bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, cara dan
lama pemberian. 1
3
7 Bentuk sediaan, dosis, cara
dan lama pemberian. 3
8 8
Bentuk sediaan, potensi, cara dan lama pemberian.
1 3
9 Dosis,potensi, cara dan
lama pemberian. 2
6 10
Tidak melakukan 1
3 Total
35 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa enam puluh persen responden telah melakukan skrining resep mengenai kesesuaian
farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara pemberian dan lama pemberian sesuai dengan
Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004, sedangkan 37 responden belum melakukan skrining resep kesesuaian farmasetik
secara menyeluruh, termasuk tiga persen sama sekali tidak melakukan skrining resep kesesuaian farmasetik sehingga kemungkinan terjadinya
medication error masih relatif besar.
3 Pertimbangan klinis Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004
menyebutkan bahwa skrining resep mengenai pertimbangan klinis meliputi : alergi, efek samping, interaksi, dosis, durasi dan jumlah
obat. Hasil penelitian didapatkan bahwa enam puluh persen responden
telah melakukan skrining resep tentang pertimbangan klinis yang meliputi alergi, efek samping, interaksi, durasi dan jumlah obat sesuai
dengan Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004, sedangkan sebanyak empat puluh persen responden hanya melakukan
sebagian skrining resep sehingga kemungkinan terjadinya medication error
relatif besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXVII. Skrining resep mengenai pertimbangan klinis
No Pertimbangan klinis
Jumlah Persentase
n = 35 1
Alergi, efek samping, interaksi, dosis, durasi dan
jumlah obat 21
60
2 Alergi, efek samping,
interaksi, dosis dan jumlah obat
4 11
3 Alergi, efek samping,
interaksi, dosis dan durasi obat
1 3
4 Alergi, efek samping,
interaksi, durasi dan jumlah obat
1 3
5 Alergi, efek samping,
dosis, durasi dan jumlah obat
3 8
6 Alergi, interaksi, durasi
dan jumlah obat 1
3 7
Alergi, efek samping, interaksi, dosis dan jumlah
obat 1
3
8 Efek samping, interaksi,
dosis dan jumlah obat 1
3 9
Efek samping, dosis, durasi dan jumlah obat
1 3
10 Efek samping, dosis dan
jumlah obat 1
3 Total
35 100
4 Konsultasi dengan dokter penulis resep Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004
menyebutkan bahwa jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisasi terjadinya medication error. Menurut Kode Etik Apoteker Indonesia pasal 13, dinyatakan bahwa setiap Apoteker harus
mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai, dan
menghormati sejawat petugas kesehatan. Sehingga konsultasi dengan dokter penulis resep juga dapat dimanfaatkan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan dengan rekan sejawat petugas kesehatan.
Tabel XXVIII. Konsultasi dengan dokter apabila ada
ketidakjelasan dalam penulisan resep
No Konsultasi dengan dokter
penulis resep Jumlah
Persentase n = 35
1 Ya
29 83
2 Tidak
6 17
Total 35
100
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebanyak 83 responden selalu melakukan konsultasi dengan dokter penulis resep apabila ada
ketidakjelasan dalam penulisan resep dan sebanyak 17 responden tidak selalu melakukan konsultasi dengan dokter penulis resep apabila
ada ketidakjelasan dalam penulisan resep.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian skrining resep
60 60
94 83
0.00 50.00
100.00
Persyaratan administratif Kesesuaian farmasetik
Pertimbangan klinis Konsultasi dengan dokter penulis resep
Gambar 7. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang pelayanan resep bagian skrining resep
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bidang pelayanan bagian
skrining resep telah dilaksanakan dengan baik. Pelayanan skrining resep yang telah dilaksanakan, yaitu yang memiliki persentase
pelaksanaan di atas 50, meliputi skrining resep persyaratan administratif 94, skrining resep kesesuaian farmasetik 60,
skrining resep pertimbangan klinis 60 dan konsultasi dengan dokter penulis resep 83.
b. Penyiapan obat 1 Etiket
Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 menebutkan bahwa etiket harus jelas dan dapat dibaca. Etiket yang tidak jelas dapat
menyebabkan terjadinya medication error karena pasien salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membacamengartikan apa yang tertulis di etiket, karena itulah maka etiket harus jelas dan dapat dibaca
Kepmenkes No. 280 tahun 1981 pasal 11 menyatakan bahwa obat yang diserahkan atas dasar resep,. harus dilengkapi dengan etiket
berwarna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar. Pada etiket, harus dicantumkan :
a nama dan alamat apotek b nama dan nomor Surat Izin Pengelolaan Apotek Apoteker
Pengelola Apotek c nomor dan tanggal pembuatan
d nama pasien e aturan pemakaian
f tanda lain yang diperlukan, misalnya : “Kocok dulu…”, “ tidak boleh diulang tanpa resep dokter” dan sebagainya.
Tabel XXIX. Keluhan tentang etiket oleh pasien
No Keluhan dari pasien
mengenai etiket Jumlah
Persentase n = 35
1 Ya
6 17
2 Tidak
29 83
Total 35
100
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 83 responden belum pernah mendapatkan keluhan mengenai etiket dan 17
responden pernah mendapatkan keluhan mengenai etiket.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Penyerahan Obat. Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004
menyebutkan bahwa sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan
resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
Hal ini juga tertera pada Standar Kompetensi Farmasis Indonesia hal asuhan kefarmasian yang menyebutkan bahwa salah satu standar
prosedur operasional apoteker di apotek adalah memberikan pelayanan informasi obat dan memberikan konsultasi obat. Pasal 7 Kode Etik
Apoteker Indonesia menyebutkan bahwa seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Berdasarkan
keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu kewajiban apoteker adalah memberikan informasi mengenai obat kepada pasien
sehingga apoteker sebaiknya selalu terlibat langsung dalam penyerahan obat kepada pasien agar dapat menjalankan kewajiban tersebut.
Tabel XXX. Pengecekan resep sebelum diserahkan ke pasien
No Pengecekan sebelum
diserahkan ke pasien Jumlah
Persentase n = 35
1 Ya
35 100
2 Tidak
Total 35
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden 100 selalu melakukan pengecekan terhadap kesesuaian obat dan etiket
terhadap resep sebelum diserahkan kepada pasien. Pemeriksaan akhir medication review dilakukan dengan tujuan untuk menghindari
terjadinya medication error terutama dispensing error yang merupakan tanggung jawab pihak farmasis.
Tabel XXXI. Apoteker selalu terlibat langsung dalam
penyerahan obat ke pasien
No Apoteker selalu terlibat
dalam penyerahan obat Jumlah
Persentase n = 35
1 Ya
20 57.
2 Tidak
15 43
Total 35
100
Hasil penelitian didapatkan bahwa 57 responden selalu terlibat langsung dalam penyerahan obat ke pasien dan 43 responden tidak
selalu terlibat langsung dalam penyerahan obat kepada pasien sehingga tidak bisa menjalankan kewajibannya untuk memberikan informasi
kepada pasien.
3 Informasi obat Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004,
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi
obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
Tabel XXXII. Informasi obat yang diberikan apoteker
No Informasi obat yang
diberikan Jumlah
Persentase n = 35
1 cara pemakaian, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
makanan, minuman dan aktivitas yang harus
dihindari. 20
57
2 cara pemakaian, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
makanan dan minuman yang harus dihindari.
4 11
3 cara pemakaian, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan dan
aktivitas yang harus dihindari.
2 5
4 cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat dan jangka waktu pengobatan
3 8
5 cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, dan aktivitas yang harus
dihindari. 1
3
6 cara pemakaian obat,
jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman
yang harus dihindari 1
3
7 cara pemakaian obat dan
jangka waktu pengobatan 3
8 8
Tidak ada informasi 1
3 Total
35 100
Hasil penelitian didapatkan bahwa 57 responden telah memberikan informasi kepada pasien sesuai Kepmenkes RI Nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1027MENKESSKIX2004 yaitu meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman
yang harus dihindari dan aktivitas yang harus dihindari. Sedangkan 43 responden belum memberikan informasi secara menyeluruh
kepada pasien sesuai Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004.
Pemberian informasi ini seharusnya lebih diperhatikan oleh apoteker karena melalui pemberian informasi apoteker dapat
meminimalisasi terjadinya medication error yang mungkin dilakukan oleh pasien pada saat pasien mengkonsumsi obat.
4 Konseling Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004
menyebutkan bahwa konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling,
mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXXIII. Ketersediaan jam konseling setiap hari di apotek
No Jam konseling bagi pasien
Jumlah Persentase
n = 35 1
Ya 32
91 2
Tidak 3
9 Total
35 100
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa sebanyak 91 responden telah menyediakan jam konseling bagi pasien setiap hari
dan sembilan persen responden tidak menyediakan jam konseling bagi pasien setiap hari.
Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 menyebutkan bahwa untuk penderita penyakit tertentu seperti
cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
Tabel XXXIV. Konseling secara berkelanjutan
No Konseling secara
berkelanjutan Jumlah
Persentase n = 35
1 Ya
21 60
2 Tidak
14 40
Total 35
100
Hasil penelitian didapatkan bahwa enam puluh persen responden memberikan konseling secara berkelanjutan untuk penderita penyakit
tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma dan penyakit kronis lainnya. Sedangkan empat puluh persen rersponden tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan konseling secara berkelanjutan. Konseling berkelanjutan sangat penting bagi proses penyembuhan, dikarenakan penyakit yang
disebutkan di atas membutuhkan jangka waktu pengobatan yang lama untuk dapat sembuh. Selain itu juga meningkatkan kepatuhan pasien
untuk meminum obat yang telah diberikan. 5 Rangkuman hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek bagian penyiapan obat
100
60 83
57 57
91
0.00 50.00
100.00
Etiket jelas dan dapat dibaca Pengecekan resep sebelum diserahkan
Keterlibatan apoteker dalam penyerahan obat Informasi obat, meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari Jam konseling setiap hari
Konseling secara berkelanjutan
Gambar 8. Standar Pelayanan Kefarmasian bidang pelayanan resep bagian penyiapan obat
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan penyiapan obat telah dilaksanakan dengan baik karena memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persentase pelaksanaan di atas 50, meliputi penulisan etiket yang jelas dan dapat dibaca 83, pengecekan resep sebelum diserahkan kepada
pasien 100, keterlibatan apoteker secara langsung dalam penyerahan obat 57, pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien 57,
adanya jam konseling setiap hari 91, dan adanya konseling secara berkelanjutan 60.
2. Promosi dan edukasi Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 menyebutkan
bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leafletbrosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.
Tabel XXXV. Diseminasi informasi kesehatan
No Diseminasi informasi kesehatan
Jumlah Persentase
n = 35 1
Ya 9
26 2
Tidak 26
74 Total
35 100
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa 26 responden pernah melakukan diseminasi penyebaran informasi kesehatan dan 74 responden
tidak pernah melakukan diseminasi penyebaran informasi kesehatan. Promosi dan edukasi yang berupa diseminasi informasi kesehatan belum
sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, yaitu yang memiliki persentase pelaksanaan di bawah 50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pelayanan residensial Home Care Kepmenkes RI Nomor 1027MENKESSKIX2004 menyebutkan
bahwa apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah pelayanan
residensial, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan
berupa catatan pengobatan medication record Tindak lanjut terapi merupakan salah satu bentuk perhatian yang
seharusnya dilakukan oleh seorang apoteker. Tindak lanjut terapi dengan kunjungan rumah atau komunikasi dengan telepon akan sangat banyak
membantu pasien, terutama bagi pasien lansia atau pasien yang karena penyakit yang dideritanya tidak memungkinkan untuk datang dan melakukan
konseling secara langsung ke apotek.
Tabel XXXVI. Tindak lanjut terapi
No Melakukan tindak lanjut terapi
Jumlah Persentase
n = 35 1
Ya 12
34. 2
Tidak 23
66 Total
35 100
Hasil penelitian didapatkan bahwa 34 responden melakukan tindak lanjut terapi, misalnya dengan mengunjungi pasien atau komunikasi melalui
telepon untuk memantau keadaan pasien. Sedangkan 66 responden tidak melakukan tindak lanjut terapi. Pelayanan residensial yang dilakukan dengan
tindak lanjut terapi belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik, yaitu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki persentase pelaksanaan di bawah 50. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa responden merasa kesulitan dalam melakukan tindak lanjut
terapi dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber daya manusia. Selain itu pasien juga tidak selalu menggunakan jasa apotek yang bersangkutan.
D. Evaluasi Mutu Pelayanan