Manfaat Teori Atom Identifikasi dan pengukuran konsentrasi pewarna hijau dalam sampel minuman dengan analisis pola serapan dan indeks bias menggunakan detektor emission spectrometer dan refraktometer.

10 Elektron dapat bergerak mengelilingi inti karena mengalami gaya sentripetal. Besar gaya sentripetal mengikuti persamaan 2.2 berikut: = � 2.2 dengan, : Gaya sentripetal. : massa elektron. � : kecepatan elektron. : jarak antara elektron terhadap inti. Berdasarkan persamaan 2.1 dan persamaan 2.2 diperoleh persamaan 2.3 sebagai berikut: � = �� 2 2.3 Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan bahwa atom mirip sistem planet mini, dengan elektron-elektron beredar mengelilingi inti atom seperti halnya planet-planet beredar mengelilingi matahari. Bohr mempostulatkan bahwa elektron hanya dapat bergerak dalam orbit yang diperkenankan. Orbit stabil ini disebut sebagai keadaan stasioner. Elektron bergerak pada orbit yang diperkenankan tanpa memancarkan radiasi elektromagnetik. Atom dapat 11 meradiasi tenaga dalam bentuk gelombang elektromagnetik jika elektron berpindah dari keadaan stasioner ke keadaan stasioner lain yang lebih rendah. Untuk atom Hidrogen dengan jari-jari orbit r dan massa elektron m, tenaga total sistem merupakan tenaga kinetik elektron � ditambah tenaga potensial Coloumb � [Halliday, 1978]. Tenaga total sistem sebesar: = + 2.4 dengan tenaga kinetik elektron sebesar: � = �� 2.5 tenaga potensial elektron sebesar, � = − �� 2.6 sehingga tenaga total elektron menjadi, = − 2 8�� 2.7 Bohr menyatakan bahwa momentum sudut orbital elektron bernilai kelipatan bulat dari ħ. Momentum sudut elektron yang beredar mengelilingi inti atom bernilai bilangan bulat dikalikan konstanta Planck dibagi dengan 2 � yang ditunjukkan dengan persamaan 2.8. � = ℎ � = ħ 2.8 12 Elektron hanya berada pada orbit yang diperkenankan, dimana jari-jari orbit menurut Bohr [Krane, 1992]: = �� ħ = 2.9 dengan, : jari-jari orbit elektron ħ : tetapan Planck : merupakan bilangan bulat 1,2,3, ... ∶ , Berdasarkan persamaan 2.9 dan persamaan 2.7 diperoleh = − 4 � 2 � 02 ħ 2 2 2.10 Bilangan bulat n merupakan bilangan kuantum utama. Persamaan 2.10 dapat disederhanakan mengikuti persamaan 2.11 berikut. = − ,6 2 eV 2.11 Elektron dapat berpindah dari suatu orbit ke orbit yang lain. Bila elektron berpindah dari orbit awal tingkat tenaga � ke orbit akhir tingkat tenaga dengan � seperti ditunjukan pada gambar 2.2. 13 Proses deekitasi memancarkan tenaga mengikuti persamaan 2.12 berikut: ∆ = − � 2.12 dengan, ∆ : selisih tenaga eV � : tingkat tenaga awal eV : tingkat tenaga akhir eV Tenaga dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik mengikuti persamaan 2.13 : ℎ� = − � 2.13 Gambar 2.2. peristiwa deeksitasi 14 dengan, h : tetapan Planck sebesar 6,63 x 10 -34 J.s v : frekuensi gelombang elektromagnetik Hz Sebaliknya, elektron berpindah dari orbit awal tingkat tenaga � ke orbit akhir tingkat tenaga dengan � seperti ditunjukkan pada gambar 2.3. Proses eksitasi menyerap tenaga mengikuti persamaan 2.14 berikut: ∆ = − � 2.14 Gambar 2.3. peristiwa eksitasi 15

B. Teori Molekul

Molekul dapat menyerap dan memancarkan tenaga seperti pada atom. Molekul memiliki tiga tingkat tenaga yaitu tenaga elektronik, tenaga rotasi, dan tenaga vibrasi mengikuti persamaan 2.15 berikut ini [Beiser, 1982]: = � + �� � + � 2.15 Molekul selalu berusaha mencapai keadaan ke tingkat tenaga yang stabil dengan menyerap dan melepaskan tenaga sebesar [Krane,1992]: ∆ = ℎ� = ℎ � 2.16 Dengan, ∆ : tenaga yang diserap eV c : laju cahaya sebesar 3 x 10 8 m.s -1 � : panjang gelombang m Karena setiap molekul memiliki tingkat tenaga molekuler yang berbeda, maka spektrum yang dihasilkan berbeda dari masing-masing molekul. Hal ini Gambar 2.4 Sketsa tingkat tenaga molekul : tingkat tenaga elektronik, tingkat tenaga vibrasi, dan tingkat tenaga rotasi Tingkat tenaga rotasi Tingkat tenaga vibrasi Tingkat tenaga elektronik keadaan eksitasi Tingkat tenaga rotasi Tingkat tenaga vibrasi Tingkat tenaga elektronik keadaan dasar 16 dapat dimanfaatkan dalam menentukan molekul yang terkandung dalam suatu sampel.

C. Emission Spectrometer

Detektor Emission Spectrometer adalah detektor yang dirancang untuk mengukur intensitas dari berabagai sumber cahaya. Detektor bekerja pada panjang gelombang mulai dari 320 nm sampai dengan 900 nm dengan interval 1 nm. Detektor Emission Spectrometer digunakan untuk analisa kualitatif. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam sampel yang akan diteliti. Analisa kualitatif dilakukan berdasarkan pola serapan sampel. Analisa kualitatif dilakukan dengan menyusun detektor Emission Spectrometer [Jerry, 2016] mengikuti gambar 2.6 berikut: Analisa kualitatif menggunakan Detektor Emission Spectrometer Setiap molekul memerlukan tenaga untuk melakukan transisi dari tingkat awal � ke tingkat tenaga akhir yang lebih tinggi. Tenaga ini disebut tenaga eksitasi. Sinar datang dari sumber radiasi memiliki berbagai panjang gelombang. Hal ini menunjukkan tenaga yang dibawa oleh sinar datang juga bervariasi. Jika tenaga yang dibawa oleh sinar datang sama Sumber Radiasi Kuvet Dektektor Perekam dan penampil data Gambar 2.5. Bagan analisa kualitatif menggunakan detektor Emission Spectrometer . 17 dengan tenaga yang diperlukan oleh molekul untuk melakukan eksitasi maka akan terjadi proses penyerapan tenaga. Tenaga yang dibawa oleh sinar datang akan diserahkan kepada molekul untuk melakukan eksitasi. Misalnya, untuk transisi molekul memerlukan cahaya dengan panjang gelombang �, maka cahaya dari sumber dengan panjang gelombang � inilah yang akan diserap oleh molekul. Hal ini merupakan peristiwa penyerapan tenaga. Serapan ditunjukkan dengan berkurangnya intensitas pada panjang gelombang tertentu. Berkurangnya intensitas pada panjang gelombang cahaya akan menghasilkan pola tertentu. Pola inilah yang disebut sebagai pola serapan. Pola serapan tergantung molekul penyerapnya. Pola serapan menjadi dasar untuk mengidentifikasi molekul yang terkandung dalam sampel. Setelah sampel dipastikan mengandung molekul yang diinginkan, proses analisa dilanjutkan dengan analisa kuantitatif yaitu menentukan konsentrasi molekul yang terkandung dalam sampel. D. Indeks Bias Indeks bias merupakan perbandingan cepat rambat cahaya pada ruang hampa dengan cepat rambat cahaya pada medium tertentu. Kecepatan cahaya dilambangkan dengan c sebesar 2,997 × 10 8 ms pada ruang hampa. Pada medium yang lain, nilainya akan lebih kecil dari nilai tersebut. Indeks bias menunjukkan seberapa besar kecepatan cahaya yang berkurang pada medium tersebut. Nilai indeks bias secara matematis dirumuskan sebagai 18 = � 2.17 n : indeks bias c : kecepatan cahaya pada ruang hampa v : kecepatan cahaya pada suatu medium Cepat rambat cahaya pada suatu medium tergantung pada medium itu sendiri, suhu, dan panjang gelombang. Karena kebergantungan terhadap panjang gelombang maka penelitian sering dilakukan dengan menggunakan sinar monokromatik. Indeks bias menurut pengertian fisis adalah kemampuan cahaya merambat dalam suatu zat berdasarkan molekul – molekul penyusun zat tersebut. Larutan merupakan salah satu medium yang dapat dilalui oleh cahaya. Kerapatan dari suatu larutan tergantung pada konsentrasi larutan tersebut. Konsentrasi menunjukkan seberapa besar jumlah zat terlarut dalam zat pelarut. Nilai konsentrasi ditunjukkan oleh kepekatan dari suatu larutan. Semakin pekat suatu larutan maka indeks biasnya akan semakin besar [Hidayanto, 2013; Sarojo, 2011]. Berdasarkan katerkaitan ini maka nilai konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan dengan menganalisa nilai indeks bias dari larutan tersebut. 19

E. Pewarna Hijau

Pewarna hijau merupakan perpaduan dari pewarna kuning Tartrazin Cl 19140 dan Biru Berlian FCF Cl 42090. Tartrazin merupakan pewarna kuning sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan. Karena kelarutannya dalam air, tartrazin umum digunakan sebagai bahan pewarna minuman. Absorbansi maksimal senyawa ini dalam air berada pada panjang gelombang 427±2 nm [Rajeev Jain,2003]. Tartrazin memiliki rumus empiris C 16 H 9 N 4 Na 3 O 9 S 2 dengan struktur kimia seperti pada gambar 2.6. Biru Berlian adalah bahan pewarna yang dapat diberi pada makanan dan substansi lainnya untuk mengubah warna. Zat pewarna yang memiliki rumus empiris C 37 H 34 N 2 Na 2 O 9 S 3 ini termasuk pewarna golongan trifenil metan, yang merupakan tepung berwarna ungu perunggu. Bila pewarna ini dilarutkan dalam air akan menghasilkan warna hijau kebiruan. Struktur kimia dari Biru berlian seperti pada gambar 2.7. Gambar 2.6. Struktur kimia Tartrazin Cl 19140 Gambar 2.7. Struktur kimia Biru Berlian FCF Cl 42090 20

F. Teknik Pengenceran

Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan variasi konsentrasi dari suatu pewarna minuman. Larutan diencerkan dengan menggunakan persamaan 2.22 berikut [Brady, 1994]: . � = . � 2.22 dengan, : konsentrasi larutan induk mLL � : volume larutan induk yang diambil mL : konsentrasi larutan yang diinginkan mLL � : volume larutan yang dicari mL