4. Kode semik atau konotatif banyak menawarkan banyak sisi.
Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frase tertentu dalam
teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika melihat kumpulan satuan konotasi melekat,
kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap bahwa denotasi sebagai konotasi
yang paling kuat dan paling “akhir” Sobur, 2004: 65-66. 5.
Kode simbolik tema merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural, atau tepatnya menurut
konsep Barthes, pascastruktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau
pembedaan baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun taraf oposisi psikoseksual
yang melalui proses Sobur, 2004:66.
2.2 Kerangka Berfikir
Oleh karena latar belakang pengalaman field of experience dan pengetahuan frame of reference yang berbeda pada setiap individu tersebut.
Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu, maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal di atas.
Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti
melakukan interpretasi terhadap tanda dan tambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Jangan Bilang Siapa-Siapa” dalam hubungannya dalam representasi
perselingkuhan dengan menggunakan metode semiologi dari Roland Barthez, sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai
representasi perselingkuhan tersebut. Dari data-data berupa lirik lagu “Jangan Bilang Siapa-Siapa”, kata-kata
dan rangkaian kata dalam lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode signifikasi dua tahap two order of signification dari
Roland Barthez. Dimana pada tataran pertama tanda denotatif denotative sign terdiri atas penanda dan petanda signifier signified dan pada tataran kedua tanda
denotatif denotative sign juga merupakan penanda konotatif konotative signifier sehingga muncul petanda konotatif konotative signified yang akan
membentuk tanda konotatif konotatif signifier sehingga muncul petanda konotatif konotative sign. Dalam tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul
mitos yang menandai masyarakat yang berkaitan dengan budaya sekitar. Kemudian teks akan dimaknai dengan menggunakan lima macam kode Barthenz,
yaitu kode hemeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proaetik, dan kode kultural untuk pemaknaan melalui pembacaan dari kode-kode tersebut akan di
ungkap substansi dari pesan dibalik lirik lagu “Jangan Bilang Siapa-Siapa”.
Lirik Lagu “Jangan Bilang Siapa-Siapa” Aura Kasih
feat Aliya Sachi Analisis semiologi Roland
Barthes : 5 kode yaitu hermenuetik,
semik, simbolik, proaretik dan cultural
Representasi dari pembacaan kode – kode
yang ada di dalam Lagu “Jangan Bilang Siapa-
Siapa” Aura Kasih feat Aliya Sachi
Gambar 2.3 Bagan kerangka pikir peneliti tentang representasi Lagu “Jangan Bilang Siapa-Siapa”
Aura Kasih feat Aliya Sachi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian