Calon Guru Konsep Gaya

No Konsep Kode Miskonsepsi Item CI3 Gaya akhir untuk menentukan menetapkan penentuan gerak 3A, 4B, 15B, 17C 6. Beberapa pengaruh dalam gerak Hambatan Gravitasi Other Influences on Motion CF Gaya Centrifugal 2C, 2D, 2E Ob Adanya hambatan 6A, 7E R1 Besar massa menyebabkan benda berhenti bergerak 20A, 20B R2 Gaya yang mengatasi hambatan sehingga benda bergerak 19B, 19D R3 Hambatan yang berlawanan dengan gaya 19E G1 Adanya tekanan udara dan gravitasi 6C, 10E G2 Gravitasi untuk massa 10D G3 Benda yang lebih berat jatuh lebih cepat 1E G4 Pertambahan gravitasi sebanding dengan kecepatan jatuhnya benda 10B G5 Gravitasi bekerja setelah benda dikenai dorongan 9D

J. Calon Guru

Orang-orang yang masuk atau memlilih jurusan pendidikan saat memasuki jenjang perkuliahan bisa disebut seorang calon guru karena mereka disiapkan untuk mengajar di dunia pendidikan di beberapa jenjang sekolah di Indonesia. Dibangku perkuliahan, para calon guru belajar mengenai hal-hal tentang dunia pendidikan, serta materi-materinya sesuai dengan jurusan yang diambil, misalnya pendidikan Fisika, mahasiswa akan belajar tentang materi Fisika yang akan di ajarkan di sekolah dan mendalaminya. Seorang calon guru hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsep dasar yang melandasinya, dan wujud pendidikan sebagi sistem. Untuk pelajaran Fisika, kritik terhadap para guru fisika baru atau calon guru adalah mereka kurang kompoten sebagai guru, yaitu 1 kurang menguasai bahan fisika, dan 2 kurang mampu mengajarkan bahan itu kepada siswa dengan tepat, menarik dan efektif Suparno Paul, 2007.

K. Konsep Gaya

1. Kinematika

Kinematika adalah suatu konsep tentang gerakan. Berisi pembahasan tentang gerakan benda tanpa mempertimbangkan penyebab gerakan tersebut. Dalam kinematika ada beberapa konsep yang mendukung, tetapi yang akan dibahas sesuai dengan yang disajikan pada Tabel II.1. a. Kelajuan dan Kecepatan Sesaat Kelajuan didefinisikan sebagai cepat rambatnya perubahan jarak terhadap perubahan waktu Bob Foster, 2004. Sedangkan, kecepatan didefinisikan sebagai cepat lambatnya perubahan kedudukan benda terhadap waktu Bob Foster, 2004. Kelajuan merupakan besaran skalar, sehingga tidak perlu tahu arah gerak benda tersebut. Kecepatan merupakan besaran vektor, sehingga harus tahu arah gerak benda tersebut. Setelah mengetahui definisi kelajuan dan kecepatan secara umum, maka akan dipersempit lagi menjadi kelajuan sesaat dan kecepatan sesaat. Kecepatan sesaat adalah sebuah benda yang sedang bergerak didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata untuk selang waktu Δt yang mendekati nol Marthen Kanginan, 2006. Sedangkan kelajuan sesaat adalah besarnya kecepatan sesaat Bob Fster, 2004. b. Percepatan Sebuah benda yang sedang bergerak terkadang mengubah kecepatannya sehingga dikatakan benda tersebut dipercepat atau diperlambat. Percepatan bertanda positif jika kecepatan bertambah, dan negatif jika kecepatan benda berkurang disebut juga perlambatan. Percepatan didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dibagi dengan perubahan waktu Foster Bob, 2004. �̅ = � − � − = ∆� ∆ Besaran ā adalah vektor, karena diperoleh dari pembagian sebuah vektor Δv dengan skalar Δt. Jadi percepatan juga ditentukan oleh besar dan arahnya. Arahnya sama dengan Δv dan besarnya adalah | ∆� ∆ |. Besar percepatan ini dinyatakan dalam satuan kecepatan dibagi oleh satuan waktu, misalnya ms 2 . Besaran ā pada persamaan di atas disebut percepatan rata- rata karena tidak dijelaskan apa-apa tentang perubahan kecepatan terhadap waktu dalam selang Δt, yang diketahui hanyalah perubahan kecepatan netto dan selang waktu totalnya. Jika perubahan kecepatan vektor dibagi selang waktunya, ∆� ∆ , ternyata konstan, tidak bergantung kepada selang waktu pengukuran percepatan, maka kita peroleh percepatan konstan. Percepatan konstan berarti perubahan kecepatan terhadap waktu seragam, baik besar maupun arahnya. Jika tidak ada perubahan kecepatan, artinya jika kecepatan konstan, baik besar maupun arahnya, maka Δv sama dengan nol untuk setiap selang waktu dan percepatannya juga sama dengan nol. Jika percepatan rata-rata yang diukur dalam berbagai selang waktu ternyata tidak konstan, maka dikatakan bahwa benda mengalami percepatan yang berubah. Percepatan dapat berubah besarnya, arahnya atau kedua-duanya. Dalam hal ini kita perlu mengetahui percepatan pertikel dalam suatu saat sembarang, yang disebut sebagai percepatan sesaat Haliday, 1985. Salah satu contoh gerak lengkung dengan percepatan konstan adalah gerak peluru proyektil. Gerak ini adalah gerak dua dimensi dari partikel yang dilemparkan miring ke udara, misalnya gerak bola pada permainan kasti. Kita anggap bahwa pengaruh gesekan udara terhadap gerak ini dapat diabaikan. Gerak peluru yang sering disebut juga gerak parabola adalah gerak dengan percepatan konstan g yang berarah ke bawah, dan tidak ada komponen percepatan dalam arah horizontal. c. Penjumlahan Vektor Kecepatan Kecepatan tidak hanya mengacu pada seberapa cepat sesuatu bergerak tetapi juga arahnya. Besaran seperti kecepatan yang memiliki arah dan besar merupakan suatu besaran vektor. Ada dua kecepatan, yaitu kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat. 1. Kecepatan rata-rata Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan dengan selang waktu tempuhnya Marthen Kanginan, 2006. Untuk gerak lurus satu dimensi, maka persamaan kecepatan rata-rata yaitu: �̅ = ∆ ∆ = − − Dalam gerak dalam bidang dua dimensi definisinya tetap, hanya ∆ diganti dengan vektor posisi ∆ . �̅ = ∆ ∆ = − − dengan adalah posisi pada = dan adalah posisi pada = . Bentuk konponen dari kecepatan rata-rata �̅ kita peroleh dengan mensubstitusi ∆ dengan ∆ + ∆ ke dalam persamaan di atas. �̅ = ∆ + ∆ ∆ = ∆ ∆ + ∆ ∆ �̅ = �̅ + �̅ dengan �̅ = ∆ ∆ = − − �� �̅ = ∆ ∆ = − − 2. Kecepatan sesaat Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan rata- rata untuk selang waktu ∆ yang mendekati nol Marthen Kanginan, 2006. Untuk kecepatan sesaat gerak pada bidang dua dimensi, dinyatakan: � = � � Bentuk komponen dari kecepatan sesaat � kita peroleh dengan mensubstitusi = + dalam Persamaan di atas, � = � � + = � � + � � � = � + � dengan � = � � �� � = � �

2. Hukum Newton

a. Hukum I Newton Hukum I Newton menyatakan: “Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol ” Giancoli, 2001. Hukum ini melibatkan sifat benda, yaitu inersia. Inersia kelembaman sebuah benda merupakan kecenderungan benda untuk tetap mempertahankan keadaannya terhadap perubahan gerak padanya. Dengan kata lain, sebuah benda yang diam cenderung tetap diam, atau sebuah benda yang sedang bergerak cendenrung akan bergerak lurus dengan kelajuan konstan. Seberapa besar inersia sebuah benda dinyatakan oleh besaran massa. Semakin besar massa sebuah benda, semakin besar inersianya, sehingga diperlukan gaya yang lebih besar untuk mengubah keadaan gerak benda. Karena Hukum I Newton berkaitan dengan inersia benda, maka seringkali Hukum I Newton disebut hukum inersia Bob Foster, 2004. Dalam buku yang berjudul Terpadu Fisika SMA untuk Kelas X, Bob Foster menjelaskan gaya-gaya yang bekerja pada seseorang yang duduk dengan posisi seperti di bawah ini. Gambar II.1. a Orang berada dalam keadaan diam. b Diagram gaya yang bekerja . Gaya total gaya resultan pada yang sedang mendorong meja tetapi orang dan meja tersebut tetap diam, maka dapat kita tuliskan sebagai F: F = F 1 + F 2 + F 3 + F 4 + F 5 + F 6 Karena orang tersebut diam, berarti kelajuannya konstan = 0, maka menurut Hukum I Newton, gaya F harus sama dengan nol, sebagaimana yang ditujukan pada gambar penjumlahan vektor-vektor gaya secara grafik. Secara matematik, kita tuliskan Hukum I Newton sebagai Jika ΣF i = 0, maka v = konstan. b. Hukum II Newton Dalam buku yang berjudul Fisika 2001, Giancoli menjelaskan bahwa hukum I Newton menyatakan bahwa jika tidak ada gaya total yang bekerja pada sebuah benda, benda tersebut akan tetap diam, atau jika sedang bergerak, akan tetap bergerak dengan laju konstan dalam garis lurus. Apabila ada gaya total yang diberikan pada benda tersebut, Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah. Atau, jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak, gaya tersebut akan memperkecil laju benda itu. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda dengan arah sebuah benda yang bergerak, maka arah kecepatannya akan berubah dan mungkin besarnya juga. Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, dapat kita katakan bahwa gaya total menyebabkan percepatan. Giancoli 2001, menjelaskan percepatan dan gaya. Bayangkan gaya yang diperlukan untuk mendorong sebuah gerobak yang gesekannya minimal. Apabila mendorong dengan pelan tetapi dengan gaya byang konstan dalam selang waktu tertentu, Anda akan mempercepat gerobak tersebut dari keadaan diam sampai laju tertentu, misalnya 3 kmjam. Jika Anda mendorong dengan gaya dua kali lipat, maka gerobak tersebut mencapai 3 kmjam dalam waktu setengah kali sebelumnya. Berarti percepatan akan dua kali lipat lebih besar. Jika Anda menggandakan gaya, percepatan akan menjadi dua kali lipat pula dan seterusnya. Dengan demikian, percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan. Tetapi percepatan juga bergantung pada massanya. Makin besar makin kecil percepatan, walaupun gayanya sama, sehingga percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya. Secara umum dinyatakan: “Percepatan sebuah benda benbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dnegan arah gaya total yang bekerja padanya” Sehingga � = ∑ ∑ = � c. Hukum III Newton Pasangan gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan, dan bekerja pada dua benda berbeda disebut sebagai pasangan gaya aksi- reaksi. Newton menyatakan pasangan aksi-reaksi ini dalam Hukum III Newton yang berbunyi: “ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda yang pertama ” Giancoli, 2001. Dengan kata lain, jika benda A melakukan gaya pada benda B, maka benda B akan melakukan gaya pula pada benda A dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, kedua gaya terletak sepanjang garis lurus yang menhubungkan kedua benda Halliday, 1985.

3. Posisi

Vektor Vektor adalah besaran yang mempunyai besar angka dan arah. Penjumlahan vektor-vektor dengan menggunakan dalil phytagoras hanya berlaku untuk vektor-vektor yang tegak lurus. Untuk vektor yang tidak tegak lurus, kita bisa menggunakan cara grafis, yaitu metode jajargenjang dan metode poligon. Di samping itu, kita juga bisa menggunakan rumus analitis jika sudut antara kedua vektor diketahui Bob Foster, 2004.

4. Macam-macam Gaya

a. Gaya Gesek Gesekan adalah gerakan relatif antara dua permukaan yang bersinggungan sedemikian hingga akibat persinggungan tersebut, gerakan yang satu terhadap yang lain menjadi tidak leluasa dan mengalami hambatan Soedojo Peter, 2004. Halliday 1985, menjelaskan bahwa jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain, maka masing-masing benda akan melakukan gaya gesekan satu terhadap yang lain. Gaya gesekakn pada masing-masing benda berlawanan arah dengan gerak relatifnya terhadap benda lain. Gaya gesekan secara otomatis melawan gerak. Gaya gesek adalah suatu gaya penting yang menyumbang pada kondisi keseimbangan benda. Gaya gesek statis cenderung untuk mempertahankan keadaan diam benda ketika sebuah gaya dikerjakan pada benda yang diam. Gaya gesekan kinetis atau dinamis cenderung untuk mempertahankan keadaan bergerak dari benda yang sedang bergerak Kanginan Marthen, 2006. b. Hambatan Udara Benda yang bergerak dibumi harus melalui udara. Udara tersusun atas molekul-molekul yang dapat menghambat gerak benda sehingga benda akan lebih sulit bergerak maju. Molekul udara dapat mampat, membuat ruang bagi benda bergerak untuk melewatinya. c. Gravitasi Galileo menyatakan bahwa benda-benda yang dijatuhkan didekat permukaan Bumi akan jatuh dengan percepatan yang sama, g, jika hambatan udara dapat diabaikan Giancoli, 2001. Gaya yang menyebabkan percepatan ini disebut gaya gravitasi. Penerapan Hukum II Newton untuk gaya gravitasi, percepatan a, kita gunakan percepatan ke bawah yang disebabkan oleh gravitasi g. Dengan demikian, gaya gravitasi pada sebuah benda, F, yang besarnya biasa disebut berat, dapat ditulis sebagai F = mg Jika suatu benda bekerja gaya, gaya itu pasti disebabkan oleh benda lain Hukum III Newton. Oleh karena setiap benda yang dilepas selalu jatuh bebas ke permukaan Bumi, Newton menyimpulkan bahwa pusat Bumilah yang mengerjakan gaya pada benda itu, yang arahnya selalu menuju ke pusat Bumi Marthen Kanginan, 2002. Newton menganalisis tentang gravitasi sehingga mengahasilkan hukum gravitasi universal-nya yang terkenal yang bisa kita nyatakan sebagai berikut Giancoli, 2001: “semua partikel di dunia ini menarik partikel lain dengan gaya yang berbanding lurus dengan hasil kali massa partikel-partikel itu dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antaranya. Gaya ini bekerja sepanjang garis yang menghubungkan kedua partikel itu” Besar gaya gravitasi dapat dituliskan sebagai: = Dengan m 1 dan m 2 adalah massa kedua partikel, r adalah jarak antaranya, dan G adalah konstanta universal yang harus diukur secara eksperimen dan menpunyai nilai numerik yang sama untuk semua benda.

L. Penilaian dengan Persen