30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan terdiri dari: tabung reaksi, labu Kjeldahl, kompor gas, pendingin liebig, erlenmeyer, kertas saring Whatman, buret 50 ml, cawan
porselin, desikator, oven, neraca analitis, blender, mortir dan stemper, dan alat-alat
gelas laboratorium lainnya. 3.2. Bahan yang digunakan
Bahan pereaksi bila tidak dinyatakan lain adalah berkualiatas pro analisis E.Merck, NaOH, H
2
SO
4
98, indikator campuran K
2
SO
4
dengan CuSO
4
.5H
2
O, dan indikator mengsel indikator campuran metil red dan metil blue dalam alkohol
96 , dan sebagai pelarut menggunakan aquadest.
3.3. Sampel
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan secara
eksperimental. Metodologi penelitian meliputi penyiapan sampel dan identifikasi analisa protein.
3.3.1. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan jangkrik yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah jangkrik yang diperoleh dari pasar tradisional Putri Hijau Medan.
31
3.3.2 Pengolahan sampel
Bagian yang digunakan adalah seluruh bagian tubuh jangkrik tanpa sayap. Pengolahan dilakukan dengan cara jangkrik segar dibersihkan dari kotoran
yang melekat kemudian dicuci dengan air bersih, lalu jangkrik digiling hingga halus menggunakan blender dengan penambahan air secukupnya. Kemudian
jangkrik yang telah digiling halus ini dikeringkan pada oven dengan suhu ± 55 C
hingga berat konstan. Hasil pengeringan ini yang dijadikan simplisia kering sebagai sampel untuk analisa penentuan kadar protein.
Untuk hasil olahan jangkrik jangkrik goreng dan rebus, setelah diolah lalu digiling halus menggunakan blender dengan menggunakan air secukupnya. Untuk
proses selanjutnya diberi perlakuan yang sama dengan jangkrik segar.
3.4. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan secara
eksperimental.
3.5. Pembuatan Pereaksi
- NaOH 40 diperoleh dengan melarutkan 40 gram pellet NaOH di dalam
aquadest bebas CO
2
hingga 100 ml. -
H
2
SO
4
0,02 N yaitu dengan mencampurkan 1,4 ml H
2
SO
4
98 dan akuades di dalam labu hingga 2500 ml. NaOH 0,02 N dibuat dengan melarutkan 0,8
gram NaOH dengan akuades bebas CO
2
di dalam labu 1000 ml Sudarmadji, 1989.
- Indikator campuran merupakan campuran dari 100 gram K
2
SO
4
dan 20 gram CuSO
4
.5H
2
O.
32 -
Pembuatan indikator mengsel yaitu dengan melarutkan 500 mg metal biru dan 450 mg metil merah dengan akuades di labu 500 ml Sudarmadji,
1989. -
Larutan asam trikloroasetat 10 dibuat dengan cara sebanyak 100 gr ATA dilarutkan dalam air suling secukupnya hingga 1000 ml Silalahi, 1994.
3.6 Pembakuan NaOH 0,02 N
Ditimbang seksama 100 mg kalium bifthalat kemudian dilarutkan dalam air bebas CO
2
sebanyak 30 ml. Ditambah 2 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan NaOH hingga terjadi warna merah muda mantap. Dilakukan perlakuan
yang sama tiga kali dan dihitung normalitas larutan. 1 ml natrium hidroksida 1 N
setara dengan 204,2 mg kalium biftalat. Normalitas NaOH =
bifthalat K
BE x
ml Vol.NaOH
mg Bifthalat
K Berat
− −
Data volume NaOH yang terpakai dan pembakuan NaOH 0,02 N dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.7 Penentuan Kadar Air