Dasar Hukum Perintah Takziyah

B. Dasar Hukum Perintah Takziyah

  Hukum takziah disunahkan (mustahabb) sekalipun kepada seorang zimmi (non muslim yang tidak memerangi). Menurut Imam Nawawi, Imam Hambali, Imam Sufyan As-Sauri, takziah disunahkan sebelum jenazah dikubur dan 3 hari sesudahnya. Imam Hana i berpendapat takziah disunahkan sebelum jenazah dikuburkan.

  Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan atau duka yang dialami saudaranya.Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziyah adalah aplikasi dari sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketak- waan. Allah SWT ber irman,

  ْ ِناَوْدُع لاَو ِمْثلا َ َ اوُنَواَعَت َو ىَوْقَّلاَو ِِّبْلا َ َ اوُنَواَعَتَو

  Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan. (QS Al-Maidah: 2) Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziyah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi

  bagi yang melakukannya. Beliau bersabda:

  ْ

  َلُح ْنِم ُهَناَحْبُس ُ ّٰ ا ُهاَسَك َّ ِإ ٍةَبيِصُمِب ُهاَخَأ يِّزَعُي ٍنِمْؤُم ْنِم اَم ْ

  َمْوَي ِةَماَرَك لا ِل

  ( هجام نبا هاور) ِةَماَيِق لا

  Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan takziyah atas musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata kemuliaan pada hari kiamat. (HR Ibnu Majah).

  Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram mengutip hadis dari Abdullah Ibnu Ja’far ra, dimana dia berkata:

  A Ak k i id d a h A Ah h k l la a akk k Ku K r ri ii k k u l llu u um m 20 2 0 1 13 3 1 19 9 99 9 99 9 5 55 5 55 55 5 5

  ٍر َفْعَج ِلل اوُعَنْصا” َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ ّٰ ا َّل َص ُّ ِبَّلَا َلاَق - َلِتُق َيِح- ٍرَفْعَج ُ ْعَن َءاَج اَّمَل ْ َ َ

  ( َّيِئا َسَّنلا ِإ ُة َسْمَ لا ُهَجَرْخ أ )” ْمُهُلَغ ْشَي اَم ْمُهاَت أ ْدَقَف ,اًماَع َط

  Ketika berita kematian Ja’far datang sewaktu ia terbunuh, Rasulullah saw bersabda: Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far karena telah datang sesuatu yang meny- usahkan mereka. (HR. Imam Lima kecuali Nasa’i).

  Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulussalam menjelaskan hadis di atas sebagai berikut : Hadis ini dalil yang menunjukkan bahwa keharusan mengasihani dan menghi- bur keluarga yang ditimpa musibah kematian dengan memasakkan makanan baginya, karena mereka sibuk mengurusi kematian itu.