Manusia Pra-Aksara di Indonesia
D. Manusia Pra-Aksara di Indonesia
Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di be- berapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. Berikut ini jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di
Indonesia.
Sumber: Lukisan Sejarah, 1995
Gambar 2.2
1. Pithecantropus Erectus
Eugene Dubois, Sarjana pertama yang meneliti
Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter
manusia purba di Indonesia.
dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Jenis manusia ini menurut para ahli kemampuan
36 Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII 36 Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII
Fosil sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 di dekat
Sumber: www.g-o.de
Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia
Gambar 2.3
fosil ini belum melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan Tengkorak Pithecanthropus
Erectus yang di temukan
tengkorak tersebut anak dari Pithecanthropus Erectus
Eugene Dubois.
dan von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang sama menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus Robustus.
2. Meganthropuis Paleojavanicus
Pada tahun 1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
3. Homo Soloensis dan Homo Wajakensis
Von Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali sebelas fosil tengkorak pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo. Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Von Koeningswald menilai hasil temuannya ini bahwa mahluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia. Mahluk ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari Solo).
Selanjutnya di dekat Wajak sebuah desa yang tak jauh dari Tulungagung Kediri ditemukan sebuah tengkorak yang disebut Homo Wajakensis. Jenis manusia purba ini tinggi tubuhnya antara 130–210 cm, dengan berat badan kira-kira 30–150 kg. Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol.
Kehidupan Manusia Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia
Dahinya masih menonjol, walaupun tidak seperti Pithecanthropus. Manusia ini hidup antara 25.000–40.000 tahun yang lalu. Cara hidup jenis Homo ini mengalami kemajuan dibandingkan jenis sebelumnya. Mereka telah membuat alat-alat dari batu maupun tulang. Binatang-binatang buruannya yang berhasil ditangkap dikuliti lalu dibakar. Umbian-umbian merupakan jenis makanan dengan cara dimasak. Walaupun masakannya masih sangat sederhana, tetapi ini menunjukkan adanya kemajuan dalam cara berpikir mereka dibandingkan dengan jenis manusia purba sebelumnya.
Gambar 2.4
Para peneliti kehidupan pra- aksara di Indonesia.
Sumber: Lukisan Sejarah, 1995
Perubahan-perubahan yang terjadi di alam merupakan tantangan bagi manusia. Dalam menghadapi tantangan alam maka manusia berpikir bagaimana cara menghadapinya agar dapat bisa bertahan hidup. Untuk menghadapi tantangan alam maka manusia menciptakan berbagai alat. Peralatan-peralatan hidup manusia ini mengalami perkembangan, mulai dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks, misalnya alat-alat dari batu, mulai dari yang kasar sampai yang halus bahkan sampai pada bentuknya yang mulai beragam. Jenis alat yang digunakanpun berkembang, misalnya mulai dari bahan dari batu sampai dengan logam. Proses perubahan itu dapat dikatakan sebagai perubahan budaya yang dimiliki oleh manusia. Peralatan- peralatan yang diciptakan oleh manusia merupakan hasil kebudayaannya.
Selain terjadi perubahan dalam kehidupan budaya, pada diri manusia terjadi pula perubahan dalam kehidupan sosial-ekonomi. Secara fitrahnya manusia adalah mahluk sosial, artinya mahluk yang selalu berinteraksi dengan yang lainnya sesama
38 Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII 38 Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII
Mereka secara bersama-sama mencari makanan yang disediakan oleh alam. Pencarian makanan secara berkelompok ini penting karena menyangkut keamanan, sebab pada saat itu masih banyak binatang buas dan tantangan alam yang sangat keras. Pembentukan kelompok seperti ini bisa dikatagorikan ke dalam kebutuhan ekonomi. Dengan demikian, kebutuhan sosial dan ekonomi merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia
Tempat Ditemukan
Penemu
Jenis manusia purba
Chou kou tien, Cina Davidson Black dan Franz Sinanthropus Pekinensis Weidenreich
(Homo Pekinensis) Taung Bechunaland, Afrika
Austrolopihecus Selatan
Raymond Dart
Africanus Broken Hill, Rhodesia
Raymond Dart dan
Homo Rhodesiensis
Robert Brom
Heidelberg, Jerman
Rudolf Virchow
Homo Heidelbergensis atau Homo Neanderthalesis
Sumber: Dokumen Penulis