Sejarah dan Letak Geografis Desa Parpaudangan

1. Sejarah dan Letak Geografis Desa Parpaudangan

1.1. Sejarah Desa Parpaudangan

Desa Parpaudangan adalah salah satu Desa di Wilayah Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara yang terletak di Barat daya Kabupaten Labuhanbatu Utara. Desa Parpaudangan memiliki sejarah yang panjang hingga menjadi sebuah desa sampai sekarang. (Desa Parpaudangan 2016)

Lahirnya Desa Parpaudangan pada masa dahulu dimulai dari seseorang yang pindah dan menempati wilayah yang sekarang disebut Parpaudangan. Menurut para orang tua yang masih mengetahui asal- usul lahirnya Desa Sibongakras, orang tersebut adalah Keturunan si Rutu (Marga Berutu). Orang tersebut mempunyai 3 orang anak laki- laki yang diberi nama Tuan Jana, Tuan Kerahen, dan Tuan Sunting. Ketiga orang anaknya tersebut diberi warisan tanah atau wilayah untuk dijadikan sebagai ladang dan tempat untuk berkembang bagi keturunan mereka masing-masing. Ketiga wilayah yang diwariskan tersebut adalah Pinagar, Parpaudangan dan Pangguhen.

Selang beberapa ratus tahun kemudian keturunan Marga Berutu di Parpaudangan semakin banyak dan semakin berkembang, mereka lalu menjadikan Parpaudangan menjadi kerajaan dan mengangkat seorang pimpinan (raja). Wilayah kekuasaan kerajaan Parpaudangan meliputi Sitellu Tali Urang Julu, antara lain Lae Langge, Namuseng, Ulumerah, Kuta Ujung, Singgabur, Kuta Kersik, Cikaok, dan seluruh kampung/lebbuh yang merupakan Tanah Ulayat Marga Berutu.

Parpaudangan dulunya merupakan Pusat Kerajaan ditanah Marga Berutu dipimpin oleh raja Ekuten (Raja Panutan) dan Parpaudangan dulunya merupakan Pusat Kerajaan ditanah Marga Berutu dipimpin oleh raja Ekuten (Raja Panutan) dan

Raja Johannes mempunyai kekuatan supranatural yang dibekali oleh ayahnya. Belanda berencana membunuh raja Johannes melalui politik adu domba dengan cara menyelenggarakan pemilihan raja yang baru dengan mencalonkan Johannes dari Parpaudangan dan Barham dari Ulumerah. Dengan siasatnya Belanja berhasil menjadikan Barham dari Ulumerah terpilih menjadi raja.

Meskipun Barham sebagai Raja namun gaji tetap diberikan kepada Johannes, akibatnya Barham merasa iri dan tidak senang. Barham akhirnya merencanakan untuk membunuh Johannes lewat pembunuh bayaran yang merupakan pengawal pribadi Johannes. Raja Johannes akhirnya terbunuh dalam perjalanan menuju Barus yang merupakan pusat Kekuasaan Belanda pada tahun 1860-an. Pada masa kepemimpinan raja Barham Berutu kerajaan berpusat di Ulumerah, sejak saat itulah banyak penduduk Parpaudangan pindah ke daerah lain karena merasa tidak nyaman dan aman.

Sekitar tahun 1900-an Parpaudangan yang merupakan pusat kerajaan ditanah Marga Berutu terbagi menjadi 4 wilayah dan 7 lebbuh. Keempat wilayah masing-masing dipimpin oleh seorang Pertaki yakni Pinagar, Bongkaras, Pangguhen dan Lae Kualuh Hulu. Sedangkan ketujuh lebbuh antara lain Situko, Sipeggih, Kebahon, Jarungjung, Nantennun, Lebbuh Dokan, dan Pencinaren.

Sesuai perkembangan sistem pemerintahan dikala itu sebutan Pertaki berubah menjadi Kappung dan keempat wilayah tersebut Sesuai perkembangan sistem pemerintahan dikala itu sebutan Pertaki berubah menjadi Kappung dan keempat wilayah tersebut

Pada tahun 1941-1946 Parpaudangan dipimpin oleh Kappung Manggaccip. Pada masa itulah jalan Sidarne dibuka melalui sistem kerja paksa oleh Belanda. Pada sistem kerja paksa oleh Belanda, Kappung atau Kepala Kampung berperan menjadi mandor atau pengawas lapangan disetiap pekerjaan yang dipimpin belanda pada saat itu. Saat ini Desa Sibongkarakas terdiri dari 4 dusun yaitu Lae Kualuh Hulu, Situko, Sipeggih dan Nantenun. (Desa Parpaudangan 2016)

1.2. Letak Georafis Desa Parpaudangan

1.2.1. Letak

Desa Parpaudangan merupakan salah satu dari 11 (Sebelas) Desa dan 2 (Dua) Kelurahan di Kecamatan Kualuh Hulu yang terletak antara 2 0 LU 98 0 BT, mempunyai luas wilayah lebih kurang 1.400 km 2 . Batas-batas wilayah Desa Parpaudangan adalah sebagai berikut : Sebelah Utara

: Desa Perkebunan Kenopan Ulu Sebelah Selatan

: Desa Bandar Lama

Sebelah Barat

: Desa Pulo Dogom

Sebelah Timur : Desa Perkebunan Mambang Muda (Desa Parpaudangan 2016)

1.2.2. Topografi dan Kemiringan Lereng

Pada umumnya Desa Parpaudangan berada pada ketinggian antara 250-1.400 meter di atas permukaan laut. Dilihat dari kemiringan lerengnya, Desa Parpaudangan memiliki keadaan lereng yang bervariasi yaitu mulai dari datar, berombak, bergelombang, curam hingga terjal. (Desa Parpaudangan 2016)

1.2.3. Geologi

Desa Parpaudangan memiliki bermacam-macam jenis tanah. Jenis tanah yang ada umumnya merupakan jenis tanah Liparit, Permo

Karbon, Palaegon, Gabro Diabase, Sepentijn dan jenis tanah Juva. Tanah jenis ini sesuai untuk komoditi perkebunan seperti gambir, kopi dan tanaman keras lainnya. Penggunaan lahan di Desa Parpaudangan meliputi permukiman dan fasilitas umum, persawahan, perladangan dan perkebunan. (Desa Parpaudangan 2016)

1.2.4. Keadaan Iklim

Wilayah Desa Parpaudangan sebagian besar memiliki topografi yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Oleh karena itu sebagai wilayah yang beriklim tropis. Desa Parpaudangan juga memiliki udara sejuk yang dipengaruhi oleh iklim pegunungan. Suhu udara rata-rata berkisar

antara 18 0 sampai 28 0 C. Kelembaban udara relatif rata-rata berkisar antara 86%-92%. Di Desa Parpaudangan terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September hingga Desember. Sedangkan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei hingga Juli. Jumlah hari hujan rata-rata sepanjang tahun adalah sekitar 164 hari hujan dengan curah hujan sebesar 3.161 mm atau rata-rata sekitar 19,27 mm tiap bulannya. (Desa Parpaudangan 2016)