KAJIAN PUSTAKA

2.1.10 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

2.1.10.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS) adalah “social studies is the integrated study of the science and

humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world”.

Maksudnya IPS adalah studi yang terintegrasi dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan budaya untuk meningkatkan warga negara. Dalam program sekolah , studi sosial memberikan studi yag sistematis dan terkoordinasi dalam disipilin ilmu seperti seperti antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama dan sosiologi, serta materi yang sesuai dari humaniora, matematika, dan IPA. Tujuan khusus dari kajian IPS adalah untuk membantu kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan berpendapat sebagai warga negara yang baik dari perbedaan kebusayaan masyarakat demokratis dalam suatu negara yang saling tergantung (Sapriya, 2009:10).

Jarolimek (1997) mengisyaratkan bahwa studi sosial bersifat praktis yaitu memberikan kemampuan kepada anak didik alam mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dalam menciptakan kehidupan yang serasi.

Studi sosial juga mempersiapkan anak didik untuk dapat memecahkan masalah sosial dan memiliki keyakinan akan kehidupan masa depan (Sardjiyo, 2008:1.25).

Menurut Wesley, IPS adalah : “those portions aspect of the social sciences that have been

selected and adapted for use informasi the school or the other instruction situation”.

Maksudnya IPS adalah aspek bagian dari ilmu-ilmu sosial yang telah dipilih, diadaptasi untuk digunakan sebagai informasi sekolah atau instruksi lainnya (Taneo, 2008:1.13).

Puskur (2007) mengartikan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial ( www.puskur.net ).

Somantri menjelaskan, IPS merupakan suatu penyerderhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan (Sapriya, 2009:11).

Taneo mendefisinikan IPS yaitu ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan (Taneo, 2008:1.14).

Berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan antara ilmu sosial dan ilmu lain yang telah Berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan antara ilmu sosial dan ilmu lain yang telah

2.1.10.2 Tujuan IPS di SD Dalam standar Isi Mata Pelajaran SD/MI menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan kehidupan sosial.

c. Mempunyai komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

2.1.10.3 Ruang Lingkup IPS di SD Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan.

c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. (Sardjiyo, 2009:1.29)

2.1.10.4 Pembelajaran IPS di SD Bidang studi IPS merupakan kajian ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Karakteristik pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dapat dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Materi Ilmu Pengetahuan Sosial Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. Adapun lima sumber materi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut:

1) Segala sesuatu atau apa saja ada dan terjadi disekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

2) Kegiatan manusia, misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.

3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

4) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dmulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang luar biasa.

5) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi dari makanan, pakaian, permainan dan keluarga.

b. Strategi penyampaian pembelajaran IPS Strategi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu strategi, yaitu materi disusun dalam urutan anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara dan dunia. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

IPS bertujuan untuk membekali pengetahuan bagi siswa untuk menjalani kehidupannya sekarang dan masa depan (Hidayati, 2008:26).

Model pembelajaran Group Investigation diterapkan dalam pembelajaran IPS kelas V semester 2.

a. Kompetensi Dasar

2.2 Menghargai jasa dan peranan perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan kemudian dilihat hasil belajarnya yang memuat indikator.

b. Materi Pokok Perjuangan tokoh kemerdekaan Indonesia.

c. Indikator

2.2.1 Mengidentifikasi tokoh-tokoh yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,

2.2.2 Menceriterakan peranan tokoh-tokoh yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,

2.2.3 Menjelaskan cara menghargai para tokoh yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3.1 Mengidentifikasi tokoh–tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,

2.3.2 Menceriterakan peranan tokoh-tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,

2.3.3 Menjelaskan cara menghargai tokoh-tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

2.2 Kajian Empiris

Penelitian ini diperkuat pada hasil penelitian yang terdapat dalam jurnal penelitian yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi:

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pt Ariadi, Ndara T. Renda dan Ni Wyn Rati (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV”. Jenis penelitian tersebut yaitu penelitian eksperimen semu. Penelitian tersebut menggunakan rancangan penelitian Nonequivalent posttest only control group design. Pada proses pembelajaran, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Group Investigation sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah proses pembelajaran, kedua kelas tersebut sama-sama diberikan posttest sebagai tes hasil belajar IPA. Bentuk tes hasil Penelitian yang pernah dilakukan oleh Pt Ariadi, Ndara T. Renda dan Ni Wyn Rati (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV”. Jenis penelitian tersebut yaitu penelitian eksperimen semu. Penelitian tersebut menggunakan rancangan penelitian Nonequivalent posttest only control group design. Pada proses pembelajaran, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Group Investigation sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Setelah proses pembelajaran, kedua kelas tersebut sama-sama diberikan posttest sebagai tes hasil belajar IPA. Bentuk tes hasil

=2,00). Penelitian yang mendukung lainnya adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh A.A.Ayu Nevi Yuli Yunita, Ni Nyoman Ganing, I Wayan Rinda Suardika (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 21 Dauh Puri”. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu. Desain dalam penelitian tersebut yaitu Nonequevalent Control Group Design. Sebelum proses pembelajaran, dilakukan pretest di kedua kelas. Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Group Invesigation. Setelah proses pembelajaran, kedua kelas sama-sama diberikan posttest sebagai tes hasil belajar. Bentuk yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu pilihan ganda. Hasil penghitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Group Investigation berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (t hitung = 7,897 > t tabel 2,000).

Penelitian yang sudah dilakukan oleh I Gde Agus Darmawan, Wyn Romi Sudhita dan I Gde Wawan Sudatha (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dengan judul” Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD”. Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only with non equivalent kontrol group design. Kelas eksperimen belajar dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation dan kelas kontrol belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah mendapatkan perlakuan, kelas kontrol dan kelas ekperimen diberikan posttest sebagai tes hasil belajar. Bentuk tes yang digunakan yaitu pilihan ganda. Hasil penghitungan uji-t menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran Group Investigation dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (t hitung = 5,5 > t tabel = 2,042).

Penelitian yang sudah dilakukan oleh I Ketut Budiastra, Dewa Nyoman Sudana, Nyoman Arcana (Vol. 3 No. 1 Tahun 2015) dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPA”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi experimen). Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan kooperatif tipe GI (Group Investigation) dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent posttest only control group design (Agung, 2011). Pemilihan desain ini karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan keterampilan berikir kritis dalam pembelajaran IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA kedua kelompok, dengan demikian tidak Penelitian yang sudah dilakukan oleh I Ketut Budiastra, Dewa Nyoman Sudana, Nyoman Arcana (Vol. 3 No. 1 Tahun 2015) dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPA”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi experimen). Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan kooperatif tipe GI (Group Investigation) dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent posttest only control group design (Agung, 2011). Pemilihan desain ini karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan keterampilan berikir kritis dalam pembelajaran IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA kedua kelompok, dengan demikian tidak

Penelitian yang sudah dilakukan oleh Gede Elga Pranata, Desak Putu Parmiti, I Md. Citra Wibawa (Vol. 3 No. 1 Tahun 2015) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil Belajar Siswa”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian ini menggunakan rancangan nonequivalent control group design. Dantes (2012) menerangkan bahwa dalam desain ini sering digunakan intact group, seperti kelas, yang menyebabkan randomisasi tidak dapat dilakukan. Kelas kontrol yang mendapat perlakuan model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran Group Investigation. Tes pilihan ganda digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa. Penghitungan ANOVA Independent pada hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen dan kontrol disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan data hasil belajar IPS siswa kelas ekperimen yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan kontrol yang belajar melalui penerapan model pembelajaran konvensional dengan signifikansi yang didapat sebesar 0,000 < 0,05. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat berpengaruh Penelitian yang sudah dilakukan oleh Gede Elga Pranata, Desak Putu Parmiti, I Md. Citra Wibawa (Vol. 3 No. 1 Tahun 2015) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil Belajar Siswa”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian ini menggunakan rancangan nonequivalent control group design. Dantes (2012) menerangkan bahwa dalam desain ini sering digunakan intact group, seperti kelas, yang menyebabkan randomisasi tidak dapat dilakukan. Kelas kontrol yang mendapat perlakuan model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran Group Investigation. Tes pilihan ganda digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa. Penghitungan ANOVA Independent pada hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen dan kontrol disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan data hasil belajar IPS siswa kelas ekperimen yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan kontrol yang belajar melalui penerapan model pembelajaran konvensional dengan signifikansi yang didapat sebesar 0,000 < 0,05. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat berpengaruh

Penelitian yang sudah dilakukan oleh Herniwati Wahid (Vol. V No. 3 Tahun 2015) dengan judul “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dan STAD Pada Materi Perkembangan Teknologi Di Sekolah Dasar”. Hasil penelitiannya adalah ada perbedaan hasil belajar setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan model-model tersebut. Secara terpisah mengindentifikasikan bahwa model pembelajaran Group Investigation lebih baik dari model pembelajaran STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada sekolah SSN dan RSSN lebih efektif dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian yang sudah dilakukan oleh Supriyati dan Mawardi (Vol. 5 No. 2 Tahun 2015) dengan judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Dan Inquiry Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD”. Hasil penelitiannya adalah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry ditinjau dari hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Maruto Bawen.

Penelitian yang sudah dilakukan Andri Pitoyo, Herman J. Waluyo, Sarwiji Suwandi dan Andayani (Vol.5, No.2, 2014) dengan judul “The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills viewed from Cognitive Style”. Hasil penelitiannya adalah kemampuan menulis siswa yang mengikuti model Penelitian yang sudah dilakukan Andri Pitoyo, Herman J. Waluyo, Sarwiji Suwandi dan Andayani (Vol.5, No.2, 2014) dengan judul “The Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students’ Writing Skills viewed from Cognitive Style”. Hasil penelitiannya adalah kemampuan menulis siswa yang mengikuti model

Penelitian yang sudah dilakukan Raisa Anggraini, Wince Hendri, dan Nawir Muhar dengan judul “Effect Of Cooperative Learning Model Type Group The Investigation Started With Giving Learning Outcomes Of Biology Quiz Class

VIII SMPN 18 Padang”. Hasil penelitiannya adalah pelaksanaan pembelajaran menggunakan kooperatif model pembelajaran Group Investigation yang dimulai dengan kuis memberikan efek positif pada siswa hasil belajar biologi.

Beberapa hasil penelitian yang telah disebutkan, terdapat perbedaan dan persamaan dengan apa yang peneliti lakukan. Perbedaannya terletak pada mata pelajaran yang digunakan yaitu penelitian yang telah disebutkan ditinjau dari hasil belajar IPA sedangkan peneliti ini ditinjau dari hasil belajar IPS. Persamaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Group Investigation dan jenis penelitiannya yaitu penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan desain penelitian adalah Nonequivalent Control Group Design. Sebelum proses pembelajaran dilakukan pretest terlebih dahulu dan diakhir pembelajaran dilakukan posttest. Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan guru dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Group Investigation.

Hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation efektif digunakan untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam meneliti apakah model pembelajaran Group Investigation efektif diterapkan dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan tokoh dalam kemerdekaan Indonesia.

2.3 Kerangka Berpikir

Menurut Uma Sekaran, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2015:91).

Kerangka berpikir dalam penelitian ini yaitu keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar IPS kelas

V. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru masih menerapkan model pembelajaran Instruksi Langsung dalam pembelajaran IPS. Dalam hal tersebut, penelitian ini akan membandingkan hasil belajar siswa akibat diberi perlakuan yang berbeda pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan diterapkan model pembelajaran yang biasa digunakan guru yaitu model pembelajaran Instruksi Langsung dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada kelas yang berbeda. Supaya lebih jelas, kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

Hasil Belajar Siswa Berpusat pada siswa

Model pembelajaran Instruksi Langsung (Direct Instruction)

Hasil Belajar Siswa Berpusat pada guru

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Terdapat dua macam hipotesis yang akan diuji (hipotesis kerja/hipotesis alternatif (Ha)) yang didasarkan pada teori yang dianggap handal dan lawannya yaitu hipotesis nol (Ho) yang masih diragukan kehandalannya dari teori yang digunakan (Sugiyono 2015:96). Rumusan hipotesis yang peneliti gunakan yaitu:

H a : Ada keefektifan penggunaan model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Gugus Melati Kota Semarang.

H 0 : Tidak ada keefektifan penggunaan model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Gugus Melati Kota Semarang.